HOME SOSIAL BUDAYA PROVINSI SUMATERA BARAT

  • Jumat, 19 Agustus 2022

Pelatihan Eco Print Menarik Perhatian Perajin Sumbar Untuk Mempelajari

Hasil jadi Eco print yang sangat indah berbasis bahan alami.
Hasil jadi Eco print yang sangat indah berbasis bahan alami.

Padang (Minangsatu) - Sebanyak 50 perajin tenun, songket dan batik dari 18 kota/kabupaten se-Sumbar mengikuti pelatihan pengembangan Eco print sebagai salah satu produk unggulan industri kreatif dengan memanfaatkan bahan alami bernuansa estetik tinggi di Hotel Padang, Jalan Bagindo Aziz Chan Padang sejak 15 sd 19 Agustus 2022.

Kegiatan yang baru pertama kali diadakan di Sumatera Barat dibawah OPD Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Barat itu mendapat apresiasi yang luar biasa. "Program ini diminati peserta pelatihan yang belum pernah sama sekali memperoleh ilmu tentang eco print yang kini sangat digemari publik, di luar batik tulis," ujar panitia pelaksana fungsional Disperindag Prov. Sumbar bidang non agro, Yassirli, saat di jumpai di ruang pelatihan, Kamis 18/8/2022.

Peserta pelatihan Eco Print se Sumbar dengan masing-masing karya jadi bernilai estetika tinggi.

"Selama ini rata-rata peserta hanya mengetahui bahwa eco print tersebut sama dengan batik tulis yang banyak dibuat oleh perajin dan seniman. Padahal antara batik dan eco prin sangat jauh berbeda, baik proses pengerjaan maupun hasil jadinya," tutur Yassirly.

Sementara instruktur batik dan eco print nasional yang juga pimpinan sanggar batik "Canting Buana" Padangpanjang, Widdiyanti, ditempat yang sama menyebutkan, dari peserta yang mengikuti pelatihan mewakili kota/kabupaten se Sumbar, rata-rata memiliki antusias tinggi untuk mempelajari eco print sebagai produk unggulan berbasis bahan alami dengan tetap mengindahkan nilai-nilai dan estetika  eco print.

Menurut Widdiyanti, sektor eco print kini mulai merambah dunia tekstil di tanah air yang sangat menjanjikan dari aspek finansial dengan beragam motif yang diangkat kepermukaan yang bersumber alam lingkungan diantaranya memanfaatkan bagian dari tumbuh-tumbuhan alami non kimiawi.

Sementara pola bahan alami dan ramah lingkungan dengan media kulit, kertas, keramik dan kayu.
"Teknik membuat motif kain dari tumbuh-tumbuhan diantaranya seperti bunga, daun dan akar yang diletakkan di atas kain untuk warna dasar yang menggunakan pewarna alam seperti ait rebusan jengkol, kulit nangka atau kulit manggis," ujar Widdiyanti seniman batik dan eco print yang juga penggagas pertama diwujudkankanya ecoprint di Sumbar itu menjelaskan.

Proses Awal pembuatan Eco Print memanfaatkan bahan alami non kimiawi diantaranya dedaunan yang ada di alam di atas dasar kain.

Untuk proses pengerjaan eco print tidak terlalu sulit. Cukup dengan daun-daun berupa daun jati, daun si kaduduak yang banyak dijumpai di hutan-hutan atau di sekitar tempat tinggal kita yang dapat dijadikan motif bernilai seni dan estetika tinggi.

"Jika menginginkan dasar kain berwarna dapat pula membuat warna alam sendiri seperti air rebusan kulit jengkol, air rebusan teh, air rebusan kulit mangis, untuk hasil warna akhir tergantung dari bahan pengunci yang digunakan," ujar Widdi Yanti memaparkan.

Sesuai langkah dan prosedur ecoprint, mulanya kain dimordant dengan menggunakan tawas kemudian dicuci melalui proses seperti ; meletakkan bunga atau daun diatas kain. Kemudian dipukul-mukul daun yang ada diatas kain, dilanjutkan dengan proses kukus dimana kain setelah dibentang diletakkan bunga atau daun diatas kain untuk digulung dan diikat selama lebih kurang 2 jam. Kain kemudian diangin-anginkan, diperkuat dengan fiksasi (alat pelindung) guna mengunci warna dengan tawas atau cuka hingga selesai dikerjakan.

Zulmi Aryani, salah seorang peserta dari Muara Labuah Solok Selatan, menyebutkan, selama ini dirinya baru mengetahui kerajinan eco print dari mulut ke mulut dan media sosial. Tetapi setelah memcoba mempraktekkannya langsung di lapangan, ternyata cukup menarik untuk dipelajari, karena pekerjaannya tidak memakan dan menguras tenaga dan hasilnya pun luar biasa. "Apalagi bahan utama di ambil dari alam sekitar berupa dedaunan," tuturnya menceritakan pengalaman selama 5 hari menekuni eco print

Dua pemerhati Eco Print yang juga memiliki sanggar Eco print Sumbar Maslindawati dan Prima Andika, keduanya dari Payakumbuh ditempat yang sama memuji kemauan dan kerja keras peserta pelatihan.

Rata-rata mereka berambisi untuk terus mengembangkan eco print di daerah masing-masing sebagai bentuk kegiatan bernilai seni dan berbasis bahan alami. "Bagi kami selaku pemerhati eco print, selain bisa memetakan kemampuan masing-masing peserta dari berbagai daerah juga mendapat bimbingan khusus perihal eco print dari instruktur nasional yang ternyata urang awak Widdiyanti," ujar keduanya mengakhiri.


Wartawan : Muharyadi
Editor : ranof

Tag :#Pelatihan eco print #Proses produksi eco print #Sumbar

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com