HOME PARIWISATA INTERNASIONAL

  • Sabtu, 27 Juli 2024

Pariwisata Israel Jeblok, Hotel-hotel Terancam Bangkrut

Penampakan salah satu hotel di Tel Aviv (Foto: Istimewa)
Penampakan salah satu hotel di Tel Aviv (Foto: Istimewa)

Pariwisata Israel Jeblok, Hotel-hotel Terancam Bangkrut

Tel Aviv (Minangsatu) - Israel merasakan dampak nyata terhadap tindakan pasukan militernya membombardir Palestina. Israel mengalami penurunan wisatawan sampai hotel-hotel di negara itu terancam kolaps.

Dilansir dari detik, dari laporan yang dibuat oleh Asosiasi Hotel Israel (IHA), 10% hotel-hotel yang berada di Israel terancam bangkrut. IHA yang mewakili 450 hotel di wilayah Israel dan mempekerjakan kurang lebih 42.000 pekerja di hotel-hotel itu.

IHA mencatat selama periode Januari hingga Juni 2024 sektor perhotelan di sana sulit untuk meningkatkan keuangan mereka. Terlebih untuk hotel-hotel di wilayah yang mengandalkan pariwisata sebagai lubang pemasukannya. Laporan tersebut baru mereka keluarkan pada 24 Juli kemarin.

Hotel-hotel di sepanjang perbatasan wilayah utara telah ditutup selama sepuluh bulan sejak awal peperangan di Gaza dimulai. Sementara itu, untuk wilayah yang menampung para pemukim yang dievakuasi seperti Laut Mati dan Eilat, mengalami peningkatan jumlah hunian.

CEO IHA, Sivan Detauker mengatakan untuk bisa bertahan pada industri ini, semua pihak harus bisa bergandengan untuk terciptanya keamanan industri dan tak ada lagi perusahaan yang gulung tikar.

"Menjaga industri pariwisata adalah kepentingan nasional dan semua pihak terkait harus bekerja sama untuk mencegah penutupan hotel. Dan juga untuk meningkatkan keamanan bagi industri yang terbukti menjadi aset strategis bagi Israel," kata Sivan seperti dikutip dari Yedioth Ahronoth, Jumat (26/7/2024).

Dari perkara perang yang terjadi ini, Sivan juga mengatakan kalau sektor yang dinaunginya telah mengalami berbagai kesulitan dan salah satunya adalah kekurangan pekerja. Dan yang paling berpengaruh adalah ketidakpastian ekonomi yang membuat sektor tersebut sulit untuk diterka masa depannya.

Melanjutkan laporan IHA, pada paruh pertama tahun 2024 ini wisatawan yang berkunjung hanya sekiranya 969.000. Angka tersebut mengalami penurunan sebanyak 81% dari tahun ke tahun dan menurun 84% jika dibandingkan dalam periode yang sama sebelum Covid-19.

Penurunan itu terjadi di wilayah langganan wisatawan asing seperti Nazareth, Yerusalem, dan Tel Aviv. Menurut Kementrian Pariwisata setempat, penurunan wisatawan juga terjadi pada periode Januari hingga Juni 2024. Hanya sekitar 500.000 wisatawan saja, berbeda dengan periode yang sama di tahun lalu yang menyentuh angka dua juta wisatawan.

Sebaliknya, tingkat hunian domestik mencapai angka 10,4 juta, angka tersebut meningkat 53% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu, setengah dari jumlah tersebut rata-ratanya merupakan pengungsi.

Pada kuartal pertama, pengungsi yang berasal dari selatan banyak yang meninggalkan hotel sehingga sebagian besar pengungsi adalah yang berasal dari utara.

Akhirnya, tingkat hunian mencapai angka yang meningkat di wilayah yang menampung pengungsi dari utara seperti Haifa, Netanya, Tiberias, dan Herzliya. Dengan tingkat hunian secara seluruhnya mencapai 62%, turun 1% dari tahun lalu, dan turun 6% dari tahun 2019.

Tel Aviv mengalami tingkat hunian 57%, angkat itu menurun 11% jika melihat di tahun sebelumnya, dan bila dibandingkan dengan tahun 2019 angkanya anjlok 25%. Adapun tingkat hunian di Yerusalem yang hanya menginjak angka 41%, turun 31% dibandingkan dengan tahun lalu, dan menurun 43% dibandingkan dengan tahun 2019.

Kemudian tingkat hunian di Nazareth tercatat di angka 33%, menukik 40% dibandingkan tahun 2023, dan turun 52% dibandingkan dengan tahun 2019.

Di tengah angin buruk yang berhembus pada pariwisata Israel. Sebaliknya, angin segar tengah berhembus ke pariwisata di Lebanon. Wisatawan yang datang ke negara tersebut tengah meningkat, walaupun ancaman serangan Israel akan menuju ibu kota mereka di Beirut.

Presiden Asosiasi Agen Perjalanan dan Pariwisata, Jean Abboud, menjelaskan di tanggal 15 Juli kedatangan wisatawan melalui Bandara Internasional Rafik Hariri di Beirut mencapai angka 14.000 penumpang.

"Jika ketenangan regional yang sedang dibahas saat ini berhasil, musim panas ini berpotensi bisa melampaui angka tahun lalu," kata Jean.

Sementara itu, surat kabar Maariv menyebut Negara Israel sebagai 'Negara yang Runtuh', dari laporan mereka terdapat kurang lebih 46.000 bisnis di Israel harus gulung tikar. Hal tersebut imbas dari serangan-serangan yang tengah terjadi, pengaruhnya terasa hingga sektor ekonomi.

"Ini adalah angka yang sangat tinggi yang mencakup berbagai sektor. Sekitar 77 persen dari bisnis yang telah tutup sejak awal mula perang, sekitar 35.000 bisnis kecil yang hanya memiliki lima karyawan dan yang paling rentan terkena dampak ekonominya," sebut CEO CofaceBdi, perusahaan layanan informasi dan manajemen risiko kredit, Yoel Amir..


Wartawan : Rivo Septian
Editor : melatisan

Tag :#Pariwisata Israel #Hotel Terancam Bangkrut

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com