HOME VIRAL UNIK

  • Minggu, 14 September 2025

Pariangan: Desa Tuo, Tambo Purba, Dan Jejak Kuliner Yang Tak Lekang Waktu

Pariangan Desa Tuo
Pariangan Desa Tuo

Pariangan: Desa Tuo, Tambo Purba, dan Jejak Kuliner yang Tak Lekang Waktu

Oleh: Andika Putra Wardana

Kabut tipis masih menyelimuti sawah bertingkat ketika matahari mulai muncul di balik Gunung Marapi. Dari dapur-dapur rumah gadang, aroma hangat kawa daun, minuman khas yang terbuat dari daun kopi, bukan biji menguar, menemani obrolan pagi warga. Inilah suasana Nagari Pariangan, Tanah Datar, yang oleh banyak orang disebut sebagai “Nagari Tertua Minangkabau” berdasarkan tambo. Bukan hanya keindahan lanskapnya yang memikat, tetapi juga kuliner tradisionalnya yang sarat makna.

Nagari Tertua dalam Tambo

Pariangan menempati posisi istimewa dalam sejarah Minangkabau. Menurut tambo, kitab tradisi lisan Minangkabau, nagari inilah tempat awal nenek moyang Minang bermukim. Identitas itu masih terjaga lewat arsitektur rumah gadang, sistem sosial nagari, dan ritual adat yang hingga kini dijalankan. Tidak heran, CNN Travel pernah menobatkannya sebagai salah satu desa terindah di dunia, karena keaslian budaya dan keindahan alamnya yang berpadu harmonis.

Pariangan bukan hanya menyimpan sejarah, tetapi juga dapur tua yang melahirkan kuliner unik dan jarang ditemui di tempat lain. Menurut laporan Jurnal Minang, ada hidangan tradisional yang masih dijaga di sini yaitu:

1. Situai - bubur yang dipadukan dengan ketan, sering disajikan untuk pekerja sawah sebagai sumber tenaga.

2. Timaba - masakan dari putik nangka, buah palam, cabai, dan garam yang biasanya disantap setelah sakit sebagai pemulih stamina.

3. Galu-galu dan Limbadua - olahan berbahan tumbuhan lokal dengan rasa gurih-segar.

4. Sarabai Bakarambia - sejenis kue serabai yang dipanggang dengan kelapa, manis dan legit.

5. Lado Tanak - sambal khas yang dimasak lama dengan santan, menghasilkan rasa pedas yang pekat.


Kuliner ini bukan sekadar menu, tetapi bagian dari siklus hidup masyarakat, dari bekerja di sawah, pemulihan kesehatan, hingga pesta adat.

Kawa Daun, Ikon Kuliner Pariangan

Dari semua kuliner Pariangan, yang paling mencuri perhatian wisatawan adalah kawa daun. Minuman ini dibuat dari daun kopi yang dikeringkan, diseduh seperti teh, lalu disajikan dalam batok kelapa. Kawa daun punya potensi besar sebagai destinasi wisata kuliner. Di Pariangan, minuman ini hadir dalam berbagai varian yaitu original, dicampur susu, atau ditambah telur.

Popularitas kawa daun juga terbukti secara ekonomi. Warung-warung kawa daun di Pariangan ramai dikunjungi wisatawan, terutama akhir pekan. Rasanya unik, ada pahit samar, hangat di tenggorokan, sekaligus aroma khas yang membuatnya berbeda dari kopi biasa.

Di Pariangan, kuliner selalu lebih dari sekadar mengenyangkan. Setiap hidangan adalah cara masyarakat mengekspresikan syukur dan kebersamaan. Gotong royong di dapur rumah gadang saat alek nagari (pesta adat) memastikan setiap orang ikut terlibat, dari menyiapkan bumbu hingga menyajikan makanan. Kuliner menjadi perekat sosial yang menjaga harmoni masyarakat.

Namun, kuliner tradisional Pariangan juga menghadapi tantangan. Generasi muda lebih akrab dengan makanan cepat saji, sementara hidangan seperti Timaba atau Situai makin jarang dibuat. Jika tidak dilestarikan, resep-resep kuno ini bisa hilang. Di sisi lain, peluang terbuka lebar, wisata kuliner yang menggabungkan keindahan desa adat, kawa daun sebagai ikon, serta paket pengalaman “memasak bersama masyarakat” bisa menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara.

Sumber: Jurnal Minang, Undiksha


Wartawan : Andika
Editor : boing

Tag :#Viral #Unik #Kuliner #Minang

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com