- Jumat, 31 Mei 2024
Membangun Narasi Dharmasraya, Membingkai Kewibawaan
Membangun Narasi Dharmasraya, Membingkai Kewibawaan
Oleh: Pramono*
Membincangkan Dharmasraya, seakan tak sedap kalau hanya tentang nama sebuah kabupaten. Selalunya, diskusi tentangnya akan lebih bergairah jika digayutkan dengan kebesaran narasi silam Dharmasraya-nya. Tidak dapat dinafikan, kebesaran narasi itu pula yang menjadi inspirasi untuk menamai kabupaten yang terbentuk pada 7 Januari 2004 lalu itu. Harapannya sudah tentu bahwa kewibawaan yang melekat pada nama dharma (hukum) dan asyara (tempat segala sesuatu bergantung) menjadi cita-cita kabupaten ini untuk menjadi daerah yang penyelenggaraannya selalu didasarkan pada hukum dan aturan.
Sebagai pusat kerajaan dengan sederet kisah kejayaannya, Dharmasraya sering disebut dalam berbagai tulisan sarjana yang meneliti kerajaan-kerajaan di Nusantara. Tetapi, sayangnya tulisan utuh yang secara khusus mengupas tuntas Dharmasraya—baik masa silam maupun kekinian—masih langka. Potensi sejarah dan aneka warna budaya Dharmasraya belum terekam secara baik dalam bentuk tulisan. Padahal, rekaman itu sangat diperlukan sebagai bahan utama untuk membangun pengetahuan bersama dan membentuk imajinasi kolektif tentang (cita-cita) Dharmasraya.
Dengan demikian, potensi sejarah Dharmasraya masih menyediakan banyak celah untuk melahirkan literasi terhadapnya. Dengan menggali modal sejarah, dapat melahirkan berbagai macam informasi tertulis tentang Dharmasraya. Bahan-bahan tertulis inilah yang kemudian merupakan organ kemajuan sosial. Sudah banyak kajian yang telah membuktikan bahwa naiknya tingkat literasi masyarakat menjadi elan vital dalam meraih kemajuan. Sebaliknya, kemunduran tingkat literasi di tengah masyarakat akan menjadi ancaman terhadap kemajuan (Yudi Latif, 2010).
Namun demikian, kesadaran kebesaran narasi masa silam Dharmasraya jangan sampai menenggelamkan potensi kekinian, terutama potensi kekayaan kebudayaan. Budaya multikultur rasa Dharmasraya merupakan kekayaan sekaligus “mata tambang” baru yang belum tergali. Transformasi mitos, logos, dan etos yang melekat dalam khazanah kebudayaannya dapat dijadikan identitas bersama, identitas Dharmasraya.
Multikulturalisme sebagai Landasan Pembangunan Berwibawa
Keberagaman budaya di Dharmasraya mencerminkan kekayaan yang sangat berharga. Multikulturalisme di sini bukan hanya soal keberadaan berbagai suku, agama, dan adat istiadat yang hidup berdampingan, tetapi juga mengenai bagaimana semua elemen ini berinteraksi, saling mempengaruhi, dan bersama-sama membentuk identitas Dharmasraya yang unik. Dalam kerangka pembangunan, kekayaan multikultural ini merupakan aset besar yang dapat menjadi landasan menuju pembangunan yang berwibawa.
Menurut Imam B. Prasojo (2008), jika ingin tercipta saling pemahaman antar kelompok, maka seluruh komponen dituntut kreatif untuk memiliki kemampuan “seni bercinta” yang baik, sehingga menimbulkan rasa kebersamaan antarsesama. Seni bercinta yang dimaksud adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan penuh empati, memahami perbedaan sebagai kekuatan, dan menciptakan harmoni di tengah keragaman.
Dharmasraya, dengan berbagai suku dan budaya yang ada, memiliki potensi besar untuk mengembangkan seni bercinta ini. Upaya pembangunan yang berwibawa harus memperhatikan dan mengakomodasi keberagaman ini. Salah satu caranya adalah dengan memastikan bahwa setiap kelompok budaya memiliki ruang untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Dengan begitu, pembangunan tidak hanya dilihat sebagai upaya fisik semata, tetapi juga sebagai proses sosial yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Memperkuat Identitas Dharmasraya Melalui Kewibawaan Budaya
Potensi multikultur di Dharmasraya tidak hanya terletak pada keberagaman budayanya, tetapi juga pada bagaimana keberagaman ini dapat dikelola untuk kemajuan bersama. Berbagai kegiatan budaya, seperti festival, pameran seni, dan pagelaran adat, dapat dijadikan ajang untuk memperkenalkan dan mempromosikan kekayaan budaya Dharmasraya kepada dunia luar. Membangun kewibawaan Dharmasraya tidak bisa dilepaskan dari upaya memperkuat identitas budayanya. Identitas ini bisa diperkuat melalui berbagai inisiatif yang mendukung pelestarian dan pengembangan budaya lokal. Pemerintah daerah bisa berperan aktif dalam hal ini dengan menyediakan dana dan fasilitas untuk kegiatan budaya, mendukung penelitian tentang sejarah dan budaya Dharmasraya, serta mempromosikan Dharmasraya sebagai destinasi wisata budaya.
Selain itu, kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk komunitas budaya, akademisi, dan sektor swasta, sangat penting untuk memperkuat upaya ini. Dengan bekerja sama, berbagai pihak bisa saling mendukung dan mengisi kekurangan masing-masing, sehingga upaya pelestarian dan pengembangan budaya bisa berjalan lebih efektif.
Dharmasraya memiliki kekayaan multikultural yang sangat besar dan berpotensi menjadi landasan untuk pembangunan yang berwibawa. Dengan menggali dan memanfaatkan potensi ini secara maksimal, Dharmasraya dapat menciptakan masyarakat yang harmonis dan sejahtera. Upaya ini memerlukan kesadaran dan kerjasama dari seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah, komunitas budaya, dan sektor swasta. Dengan demikian, Dharmasraya dapat menjadi contoh bagaimana keberagaman budaya bisa menjadi kekuatan yang mendukung pembangunan berkelanjutan dan berwibawa.
*Dosen FIB Universitas Andalas
Tag :#Opini #Minangsatu
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
DAMPAK UJARAN KEBENCIAN DI MEDIA SOSIAL DAN SOLUSINYA
-
“BINGUNG”
-
MARAKNYA PERILAKU KENAKALAN REMAJA YANG BERUJUNG DENGAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
-
GALA MUDO, ADAT YANG DIADATKAN DI MINANGKABAU
-
SUMANDO NINIAK MAMAK
-
DAMPAK UJARAN KEBENCIAN DI MEDIA SOSIAL DAN SOLUSINYA
-
SARILAMAK, NAGARI ADAT LENGGANG 1000 TALAM
-
SARILAMAK, NAGARI ADAT LENGGANG 1000 TALAM
-
“BINGUNG”
-
NAGARI PASA DAN ICON MASJID RAYA PARIAMAN