HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Selasa, 12 Oktober 2021

MEMAJUKAN PENDIDIKAN BAHASA MELALUI MEDIA MASSA KAJIAN ATAS PERAN FILSAFAT ILMU

 opini Elfi Rosda
opini Elfi Rosda

MEMAJUKAN PENDIDIKAN BAHASA MELALUI MEDIA MASSA

KAJIAN ATAS PERAN FILSAFAT ILMU

Oleh: Elfi*

Dua tahun terakhir seluruh dunia diserang oleh wabah Covid-19 yang merubah tatanan yang ada di semua aspek termasuk pendidikan. Di Indonesia misalnya, dunia pendidikan mengalami perubahan yang sangat dahsyat dalam hal pelaksanaan secara teori dan praktik. Pendidikan yang awalnya didominasi oleh proses belajar mengajar secara tatap muka kini beralih menjadi pembelajaran yang dilakukan dalam jaringan atau daring. Hal ini tentu memberikan rasa canggung dan kaku pada awalnya karena menuntut semua orang yang terlibat dalam proses pembelajaran harus menyesuaikan diri dengan berbagai bentuk perubahan yang ada.

Pendidikan yang diperoleh oleh seseorang memiliki sumber yang berbeda. Ada yang sumbernya diperoleh secara formal yang mana pendidikan ini di fasilitasi oleh sekolah baik yang diterima dengan pembelajaran secara langsung atau face to face maupun dalam jaringan atau online. Nursikin (2016) ia berpendapat bahwa pendidikan sering dilihat sebagai pragmatis daripada kehidupan. Akibatnya, praktik pendidikan, terutama di lingkungan formal seperti operasional sekolah, tidak memperhatikan potensi dan kemanusiaan siswa. Praktik pendidikan ini dari sudut pandang kemanusiaan merupakan pelanggaran besar terhadap hak asasi manusia. Dan secara tidak langsung, hal itu menghambat potensi dan kreativitas tumbuh kembang anak. Tentu saja praktik pendidikan ini tidak sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Sumber daya pendidikan informal biasanya diperoleh seseorang melalui proses informal seperti kursus, media, dan lembaga pelatihan.

Pendidikan yang diterima anak-anak sangat beragam dan setiap anak memiliki proses pendaftaran yang berbeda. Misalnya dalam bahasa itu. Menurut artikel Rerin Maulinda, Peran Filsafat Ilmu dalam Mempromosikan Pendidikan Bahasa melalui Media, pembelajaran dimulai dari anak. Mengetahui suara ibu dan ayah adalah langkah pertama dalam mempelajari tata bahasa yang akan diikuti anak-anak masa depan ketika mereka lahir. Bahasa pertama yang diterima anak Anda disebut bahasa ibu atau bahasa pertama. Rerin Maulinda juga menambahkan pendapat ahli pada tulisannya. Singkatnya, menurut Kneller (1971), pendidikan membutuhkan filsafat untuk banyak masalah pendidikan yang tidak dapat dipecahkan oleh sains. Dalam pengertian ini, peran filsafat pendidikan adalah untuk merangsang kebijakan dan praktik pendidikan di bidang ini dengan menggunakan sifat teori pendidikan yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional bagi masyarakat.

Baso Tola (2014) juga menyatakan dalam jurnalnya bahwa pemahaman filsafat yang baik memungkinkan orang untuk secara konsisten mengembangkan pengetahuan yang telah dipelajarinya. Filsafat mempelajari dan berpikir tentang hakikat segala sesuatu secara komprehensif, sistematis, terpadu, universal dan mendasar, dan hasilnya memberikan pedoman dan arahan untuk pengembangan ilmu yang relevan. Oleh karena itu, ada beberapa teori yang menjadi acuan untuk mendukung terselenggaranya pendidikan dengan sebaik-baiknya, yang juga mendukung terselenggaranya falsafah pendidikan yang baik.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pendidikan menurut filsafat haruslah seimbang antara yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung. Dalam konteks penerimaan kemampuan berbahasa seseorang, pendidikan bahasa secara langsung dapat diperoleh dari pendidikan formal di sekolah sedangkan untuk pemerolehan kemampuan bahasa informal biasanya di dapatkan melalui interaksi sosial dengan masyarakat. Pendidikan bahasa secara informal dan tidak langsung juga bisa diperoleh melalu media massa.

Penjelasan pada bagian awal tadi menegaskan kepada kita bahwa peralihan sistem belajar menjadi dalam jaringan atau daring secara postitif dapat memberikan peluang kepada  peserta didik untuk mendapatkan sumber belajar yang lebih banyak dari media massa terutama media elektronik seperti surat kabar online, majalah online, buku online dan sebagainya. Hal negatif juga tentu tidak bisa kita elakkan dengan perkembangan informasi yang begitu cepat melalui media massa secara online terkadang membuat peserta didik memiliki kecendrungan mempercayai suatu informasi sesuai dengen keberanan sudut pandangnya tanpa mengkonfirmasi. Mengingat keterbatasan komunikasi secara online ini tak jarang peserta didik mencari sendiri informasi yang ingin diketahui karena lebih gampang dan lebih cepat terjawab dari pada menanyai pendidiknya secara langsung.

Di sinilah peran penting dari filsafat ilmu dalam pendidikan bahasa melalui media masa di mana dengan mengetahui dan memahami filsafat peserta didik diharapkan mampu mengetahui, memahami, menganalisis serta mengevaluasi tatanan bahasa dan informasi yang di dapatkan melalui media massa agar dapat dipahami secara tepat dan jelas. Hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan “seberapa kesiapan pendidikan di Indonesia dalam menanamkan nilai filsafat kepada peserta didiknya?”

 

*Dosen IAIN Batusangkar

 

 

 

 


Tag :#Opini # ELFI

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com