HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Rabu, 1 Juni 2022

Media Pembelajaran Pada Masa Pandemi Antara Harapan Dan Kenyataan

Elfi
Elfi

Media Pembelajaran pada Masa Pandemi antara Harapan dan Kenyataan

Elfi, S.Pd, M.Pd*

 

Pandemi covid 19 memberikan perubahan yang sangat drastis dalam dunia pendidikan. Pembelajaran yang tadinya luring, sekarang menjadi daring alias online. Tentu saja perubahan drastis tanpa persiapan ini membuat dunia pendidikan kelimpungan, baik guru maupun siswa. Bagaimana tidak, guru yang tadinya hanya mengandalkan isi kepalanya dalam menjelaskan materi di depan kelas tanpa menggunakan media, sekarang dihadapkan kepada pembelajaran online, dengan menggunakan laptop dan aplikasi sebagai media pembelajaran. Ada teman saya seorang guru SMP, sebelumnya jarang menjamah yang namanya laptop, tiba-tiba harus menggunakan lap top dalam mengajar. Untuk anak SMP, google classroom adalah aplikasi yang popular digunakan. Selain karena aplikasi tersebut gratis, namun juga lebih mudah menggunakannya. Teman saya yang sudah agak berumur itu minta tolong kepada saya mengajarkan bagaimana menggunakan google classroom. Akhirnya, setelah satu minggu belajar bisa juga dia menggunakannya. Itulah sebuah contoh betapa banyak guru yang masih gagap teknologi, sungguh suatu hal yang membuat saya miris dengan kondisi ini.

Dampak positif dari pandemi covid 19 bisa dirasakan dengan hadirnya media pembelajaran yang mau tidak mau harus digunakan guru dalam mengajar. Guru-guru mulai mengikuti workshop bagaimana membuat video pembelajaran seperti kinemaster, toontastic, FilMoraGo, YouCut,  Powtoon, dan Sparkol VidioScribe. Tidak semua guru yang mau belajar membuat video pembelajaran, kebanyakan dari mereka adalah guru-guru muda yang energik. Namun kebanyakan Guru-guru senior yang masih belum bisa move on dari pengalaman mengajarnya yang berpuluh-puluh tahun menggunakan printed book dengan media seadanya, mulai kasak kusuk mencari bantuan kepada orang-orang yang bisa membantunya membuat video pembelajaran. Namun ada juga guru-guru senior tersebut yang memamfaatkan mahasisa PPL yang praktek disekolahnya untuk membuat video pembelajaran. Mahasiswa PPL memang selalu menjadi makanan empuk guru pamong untuk disuruh-suruh membantunya menyelesaikan tugasnya, karena  mereka butuh nilai dan pengalaman. Tentu saja aspek kepatuhan mejadi salah satu aspek agar mereka mendapatkan nilai yang bagus dari pamongnya.Agak miris memang, namun itulah yang terjadi di lapangan.

Selain google classroom, guru jaman now, sudah akrab dengan yang namanya media Zoom. Melalui media Zoom guru bisa mengajar melakukan tatap muka secara virtual. Mereka bisa melihat secara langsung apakah siswanya belajar atau tidak. Mereka bisa berinteraksi secara virtual. Guru dan siswa bisa melakukan presentasi dengan menggunakan sharescreen. Guru bisa menampilkan PPT, audio dan video kepada siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik. Namun dalam aplikasinya, ada saja kendala yang ditemukan. Ada teman saya curhat tentang  pengalamannya mengajar di Zoom. Siswanya banyak yang tidak mengaktifkan video, lalu dia menyuruh siswanya tersebut mengaktifkannya. Si siswa mengikuti perintah guru, namun lima menit setelah itu dia kembali menonaktifkan vidionya. Si guru memanggil siswa tersebut, namun tidak ada jawaban, karena si siswa sudah pergi entah kemana, yang ada hanya foto close up nya di zoom. Akhirnya sepanjang pembelajaran teman saya tersebut hanya marah-marah saja dan merasa sangat kesal karena tidak dihargai. Bisakah teknologi menggantikan peran guru? Ternyata media hanya berfungsi membantu guru, bukan menggantikan peran guru.

Guru-guru yang malas, tidak suka menggunakan Zoom, mereka lebih memilih aplikasi Whatsapp dalam mengajar. Lucunya melalui whatsapp, mereka tidak menjelaskan materi dengan mengirim video pembelajaran yang dibuatnya sendiri, namun  hanya memberikan tugas untuk dikerjakan oleh siswa di rumah. Mengenai pembelajaran dengan whatsapp ini, ada lagi teman saya yang curhat kepada saya. Dia merasa kewalahan mengajarkan anaknya bahasa Inggris dirumah, karena ada tugas yang diberikan guru melalui whatsapp, namun anaknya tidak mengerti, akhirnya disela-sela pekerjaannya di kampus, dia sibuk menyelesaikan tugas anaknya. Ternyata pembelajaran online menambah beban orang tua terutama ibu-ibu. Jadi, apakah pembelajaran secara online mencerdaskan?

Guru-guru bahasa jaman now yang kreatif dan inovatif seharusnya bisa memamfaatkan teknologi dan media pembelajaran dengan berselancar di dunia maya. Banyak sekali aplikasi di Playstore yang bisa didowload untuk mengajarkan bahasa Inggris kepada siswa, seperti Elllo (English Listening Lesson Library Online). Elllo menyediakan lebih dari 3000 audio dan video pembelajaran bahasa Inggris untuk keterampilan mendengar yang bisa diakses oleh siswa secara langsung, tanpa dikenakan biaya. Dalam aplikasi Elllo ini, selain terdapat audio dan video, siswa dapat melihat transcript yang dapat membantu siswa mengecek pemahamannya. Siswa juga bisa mengerjakan quiz dengan menjawab pertanyaan yang ada di quiz. Siswa bisa belajar listening secara mandiri. Mereka bisa melakukan latihan listening dan mengecek apakah jawabannya benar atau salah. Mereka bisa mendowload aplikasi elllo di HP mereka dan bisa melakukan latihan listening dimanapun dan kapanpun. Aplikasi ini sudah saya gunakan untuk mengajar Listening kepada mahasiswa saya jauh sebelum pandemi melanda negara ini. Mahasiswa saya sudah terbiasa belajar secara mandiri dengan menggunakan Elllo. Mereka bisa latihan Listening setiap hari dimanapun, dan kapanpun mereka inginkan. Sudah ada penelitian yang dilakukan mahasiswa untuk skripsinya di kelas saya tentang penggunaan aplikasi elllo ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan kemampuan listening mahasiswa secara signifikan setelah menggunakan elllo ini. Bayangkan, tidak satupun mahasiswa saya yang mendapatkan nilai B, nilai mereka berkisar antara A dan A-. Pengalaman mengajar dengan aplikasi Elllo ini saya tularkan juga kepada guru-guru bahasa Inggris di daerah saya. Banyak diantara mereka tertarik dan mengajarkannya kepada siswanya untuk belajar listening secara mandiri. Media pembelajaran memang memperlihatkan peranannya ketika dia digunakan secara efektif bukan?

Selain Elllo, guru juga bisa memamfaatkan British Council sebagai media pembelajaran bahasa Inggris berstandar internasional yang menyediakan media berupa audio dan video dengan materi yang berstandar internasional. Melalui british council, guru bisa menggunakan media pembelajaran dan sekaligus mengembangkan materi ajar untuk semua keterampilan bahasa Inggris. Disini juga disediakan latihan dan transcript, dan kunci jawaban sebagai panduan bagi guru, tinggal bagaimana guru memamfaatkan media ini untuk pembelajaran.

Elllo dan British Council merupakan media andalan saya dalam mengajar dan mengembangkan materi ajar Bahasa Inggris. Untuk media ini, saya diminta khusus oleh dosen saya Prof. Dr. Haris Effendi Thahar untuk mempresentasikannya di depan teman-teman saya di Prodi S3 Ilmu keguruan Bahasa. Sungguh suatu kesempatan yang luar biasa bagi saya karena bisa berbagi dengan teman-teman seperjuangan. Berbagi itu indah bukan?

Media pembelajaran memang berkembang cukup tajam, terselip hararapan kepada guru masa depan untuk terus bergerak maju kedepan terus belajar dan menjadi yang terdepan menggunakan teknologi dalam pengajaran, menemukan media pembelajaran yang pas dan sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga pendidikan di Indonesia menjadi yang terdepan.

*Mahasiswa S3 Ilmu Keguruan Bahasa UNP

 

 

 


Tag :#Opini #Didaktika #Elfi

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com