HOME SOSIAL BUDAYA KOTA PADANG PANJANG

  • Selasa, 1 Agustus 2023

Maxfer, Profesor Universitas Laiden Belanda Temukan Makam Neneknya Di Padang Panjang

Dua warga Belanda Maxfer Werda dan Joras yang mencari makam dan sejarah hidup leluhurnya di Kota Padang Panjang, diabadikan depan air mancur Lembah Anai sesuai arsip poto mereka bawa.
Dua warga Belanda Maxfer Werda dan Joras yang mencari makam dan sejarah hidup leluhurnya di Kota Padang Panjang, diabadikan depan air mancur Lembah Anai sesuai arsip poto mereka bawa.

 

Pd.Panjang (Minangsatu) - Ingin tahu terhadap perjalanan hidup leluhurnya, hingga wafat di Kota Padang Panjang, dua orang warga Belanda, masing masing, Maxfer Werda dan Joras (ayah dan anak-red), melakukan penelusuran di bumi berjuluk Serambi Mekkah ini.

Dua hari melakukan penelusuran jejak sejarah leluhur mereka, dari  Selasa (25/7/202) sampai Rabu (26/7/2023). Maxfer dan Joras   akhirnya menemukan makam sang nenek. Termasuk lokasi rumah tempat kelahiran ibu dari Maxfer Werda. Yakni, rumah yang kini  berlokasi di Radio Bahana FM, samping kantor PDAM jalan Soekarno_ Hatta.

Keberhasilan Maxfer dan Joras menemukan perjalanan riwayat moyang mereka,  tidak terlepas dari  panduan jajaran Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kota Padang Panjang sekaligus penerjemah, Fitri Diane Pratiwi Syukri.

Sebelum melakukan penelusuran, Maxfel dan Joras mengunjungi DPK guna menggali informasi.

Menurut Fitri, sewaktu datang ke DPK untuk mencari  jejak sejarah moyang mereka, keduanya  memperlihatkan  foto-foto daerah Bukik Suruangan tempo dulu, lapangan pacu kuda Bancalaweh, bangunan peninggalan Belanda  sekarang menjadi SMA Negeri 1, dan lapangan tenis, tutur Fitri, Senin (31/7/2023).

Ditambahkan Fitri, setelah melihat dokumen foto dari Maxfel dan Joras, kemudian kita memandu mereka sesuai dengan keterangan mereka sampaikan. Pertama ditelusuri, yakni makam nenek dari Maxfer (63).

“ Setelah kita cocokkan penjelasannya, makam tersebut ditemukan di belakang Musala Asyifa, Kelurahan Tanah Pak Lambiak. Meninggal sekitar tahun 1930. Kita cukup senang, karena warga setempat turut membantu berikan informasi lokasinya,” kata Fitri.

Kemudian, Joras yang merupakan profesor di Universitas Leiden ini, juga meminta staf DPK untuk menelusuri kuburan Belanda di kelurahan itu, yang terletak di Belakang Tangsi Gudang Pupuk dekat SDIT Ma’arif saat ini.

Setelah itu, Max dan Joras berkunjung ke SMAN 1 Padang Panjang, di Kelurahan Guguk Malintang. Berdasarkan cerita Max, kakeknya dulu menjadi Kepala Sekolah di situ sekitar tahun 1922 hingga 1930. Kakeknya bernama Cornelius. Setelah istri kakeknya meninggal, mereka sekeluarga balik ke Belanda. Ibu Max saat itu baru berusia 3 bulan.

" Jadi lokasi Radio Bahana ini tempat kelahiran ibunya. Mereka mendiami rumah itu sejak 1927. Kakek dan neneknya lahir di Padang Panjang pada tahun yang sama kira-kira 1887," terangnya.

Diceritakan Fitri, Max dan Joras sangat terkesan di Padang Panjang. Apalagi setelah berkunjung ke Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM).

" Satu kalimat yang terucap oleh Joras disaat berpisah, orang Padang Panjang baik-baik dan ramah. Dan kami senang sekali, tempat ini pernah menjadi bagian dari keluarga kami, " ujar Fitri menirukan ucapan Joras.

Sementara Kepala DPK Kota Padang Panjang, Yan Kas Bari, SE ikut merasa  senang dengan hasil penelusuran sejarah tersebut. Dia berharap foto-foto Kota Padang Panjang tempo dulu yang mereka miliki bisa direpro, dan ditempatkan di galeri arsip DPK sebagai arsip sejarah kota Padang Panjang.

 


Wartawan : Asril Dt Pangulu Batuah
Editor : melatisan

Tag :#Maxfer #Profesor Universitas Laiden #Makam Nenek #Padang Panjang

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Bergabung ke Komunitas Whatsapp Dunsanak MinangSatu