HOME SOSIAL BUDAYA KABUPATEN SOLOK
- Selasa, 2 April 2019
Mangalah Tubo Langkisau Di Batang Aie Alahan Mati Jawi-Jawi

JAWI-JAWI (Minangsatu) - Ekosistim Batang Aie (Sungai) Alahan Mati masih hidup rupanya. Sungai yang sekonyong menjadi pembatas dua Jorong di nagari Nagari Jawi-jawi, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok itu, tetap menyimpan sumber kehidupan bagi warga Jorong Pinang Sinawa dan Jorong Pasar Jumat.
Berbeda dengan rupa sungai kebanyakan, batang aie Alahan Mati Jawi-Jawi berisi batu-baru air berbagai ukuran. Dari batu kecil seukuran kerekel, hingga batu besar. Di sela-sela batu itulah bermacam jenis ikan berkembang. Bagi warga sekitar, sejak doeloe, habitat ikan air tawar di Batang Aie Alahan Mati menjadi sumber kehidupan.
Masyarakat menangkap ikan dengan cara mangalah, sistim manual dengan menghempang aliran sungai dengan tumpukan batu ditaburi jerami sawah. Saat air tergenang, para pencari ikan kemudian menabur Tubo Langkisau (jenis ramuan tanaman beracun) dari hulu sungai." Kegiatan mangalah sudah mulai hilang. Sebagai sebuah tradisi lama, kita mengembangkannya menjadi budaya di Kampung Budaya Jawi-Jawi," Walinagari setenpat Laswir Malin Putiah, Minggu (31/3) siang.
Konon, tradisi "Manubo" ini telah berlangsung ratusan tahun. Musim berganti, sejak tahun 2000-an, budaya usang itu mulai berhenti. Pemikiran masyarakat berkembang, hingga cara-cara konvensional ditinggalkan.
Masyarakat mulai menangkap Ikan dengan cara mudah. Dengan menggunakan zat kimia, seperti putas dan atau menggunakan energi listrik dari baterai yang dikenal dengan menyentrum. " Kita ingin menghidupkan lagi budaya Mangalah dengan Tubo Langkisau. Selain tidak menganggu lingkungan, kegiatan ini menarik dikembangkan sebagai atraksi budaya," kata Laswir.
Tubo Langkisau merupakan olahan akar tanaman beracun yang dicampur air untuk ditebar di huku sungai. Selang beberapa jam, ikan-ikan mulai keracunan hingga bermunculan ke permukaan air .
Masyarakat yang penasaran menanti di pinggir sungai, dengan hati riang kemudian menceburkan diri ke sungai untuk berebut ikan. Suasana unik dan gembira muncul. Masyarakat berkejaran menangkap ikab dengan menggunakan tangguak, keranjang dan atau tangan kosong saja.
Praktis, tradisi Manubo Ikan di batang aie Alahan Mati Jawi-Jawi menjadi daya tarik bagi kunjungan wisata. Sekurangnya suasana itu di peroleh Tomi (36), warga Kota Solok yang datang menyaksikan kegiatan Manubo begitu mendengar adanya atraksi Budaya. "Seru melihatnya. Sudah lama tradisi mengalah dengan mengunakan tubo ini tidak dilakukan lagi," ucapnya.
Dengan adanya kegiatan berbau tradisional ini, mengingatkan masyarakat kepada tradisi masa lalu, masa dimaba batang aie adalah lahan perekonomian masyarakat. Suasana semakin meriah, ketika kelompok amak-amak ikut terjun dan berebut ikan di sungai untuk kemudian menyiapkan bahan masakan buat makan bersama.
Walinagari Jawi-jawi Laswir Malin Putiah mengaku, tradisi Manubo sudah lama hilang. Dengan adanya momentum ulang tahun Kabupaten Solok ke 106, bersama perangkat nagari, tokoh masyarakat, pemuda, pihaknya menghidupkan kembali tradisi mangalah ikan dengan tubo langkisau.
Kegiatan ini menurut Laswir memiliki nilai-nilai budaya yang sarat dengan ketaladan tentang kerukunan antar masyarakat.
"Sejatinya tradisi manubo ikan adalah lebih menyatukan tali persaudaraan antar masyarakat. Ini bukti toleransi antar warga yang berlangsung sejak dulu," ucap Laswir.
Hari ini, ketika nagari Jawi-Jawi telah ditetapkan sebagau Kampung Wisata Budaya, Laswir menyebutkan tradisi ini akan di singkronkan dengan program kebudayaannya Nagari Jawi Jawi.
Dengan mengembangkan wisata budaya, diharapkan masyarakat akan semakin berperan dalam melestarikan nilai-nilai kebudayaan. " Arah pengembangan Wisata budaya di Jawi Jawi lebih kepada membangkitkan peran serta masyarakat agar bagaimana mengelola kepariwisataan berbasis masyarakat dan menghidupkan kembali tradisi-tradisi lama ," jelasnya.
Dengan konsep tersebut, Wali Nagari Jawi Jawi ingin mengajak para wisatawan berbaur dengan masayarakat setempat. Pengunjung ditawari menjalani cara hidup warga jawi-jawi, seperti mandi di sungai untuk laki-laki, di pancuran untuk perempuan.
Wisatawan juga diajak ke sawah, lalu mereka ikut permainan anak nagari, memainkan kesenian tradisional, kemudian duduk di lapau pada malam hari untuk merasakan bagaimana keseharian warga Jawi-Jawi. " Kita sudah menyediakan rumah gadang sebagai home stay. Selama di Jawi-Jawi diharapkan wisatawan mendapatkan pengalaman baru, termasuk mencicipi suasana Manubo ikan," tutur Laswir.
Editor : melatisan
Tag :#mangalah
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
PAWAI ALEGORIS MERIAH DI KABUPATEN SOLOK
-
NAGARI TALANG BABUNGO TERIMA PENGHARGAAN SEBAGAI DESA PERCONTOHAN ANTIKORUPSI
-
BERSAMA BAZNAS, BUPATI SOLOK SERAHKAN 400 PAKET SEMBAKO DI KECAMATAN GUNUNG TALANG
-
AKTIF DALAM PROGRAM GENTING, PT SEMEN PADANG RAIH PENGHARGAAN DARI PEMKAB SOLOK
-
DINAUNGI YAYASAN KARTIKA PURNA YUDHA PPAD, DAPUR SPPG SARI BULAN SELAYO SEGERA LAUNCHING PROGRAM MBG
-
MENGENANG BUNG HATTA SANG PROKLAMATOR, PADA PERINGATAN 80 TAHUN INDONESIA MERDEKA
-
KIASAN “SENI BERBAHASA HALUS DAN SYARAT MAKNA”
-
MENGAPA MEMILIH HENDRY CH BANGUN ?
-
HAPUS MATA PELAJARAN SEJARAH
-
ALAN MARTHA, KISAH HATTRICK DAN QUATRICK PRIA PARIAMAN