HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Kamis, 5 Januari 2023

Manatiang Di Minangkabau, Apakah Sebuah Nostalgia?

Opini Jamil
Opini Jamil

Manatiang di Minangkabau, Apakah Sebuah Nostalgia?

Oleh:  Abdul Jamil Al Rasyid*

Manatiang berasal dari kata tatiang yang memiliki arti meletakkan sesuatu, ketika kata tatiang mendapatkan imbuhan (ma-) atau (me-) dalam bahasa Indonesia maka ia akan memiliki makna melakukan kegiatan. Kata tatiang ketika dilekati oleh imbunhan (ma-) akan menjadi manatiang artinya kegiatan  meletakan makanan untuk dimakan bersama. Di Minangkabau manatiang merupakan sebuah tradisi yang masih eksis hingga sekarang. Manatiang biasanya dilakuan oleh kaum laki-laki dengan membawa makanan dari dapur ke ruang tengah rumah untuk disajikan buat para tamu undangan. Manatiang dapat kita jumpai pada acara baralek acara baralek ini terdiri atas dua, baik itu alek baiak (alek dengan latar kebahagiaan) ataupun alek buruak  (alek dengan latar kesedihan). Makanan yang biasanya dibawa dalam manatiang adalah nasi, samba dan lainnya.

            Di Minangkabau para tamu undangan sangat istimewa, apalagi tamu undangan tersebut adalah orang yang dihormati serta di hargai di dalam Nagari. Misalnya saja seorang Datuak, Datuak di Minangkabau apabila dia pergi ke sebuah acara pesta masalnya. Dia tidak di perbolehkan makan diluar seperti yang kita lihat. Karena makan dengan hidangan tersebut membuat harga diri Datuak menjadi turun atau rendah.  Makanya hingga sekarang yang penulis lihat di tempat domisili penulis, bahwa Datuak datang ke acara baralek makan di dalam, atau makan dengan di tatiangan, biasanya ini disebut makan seprah.

   Sekarang dalam sebuah acara baralek, zaman semakin berkembang dan semakin instan. Dalam acara baralek ketika kita makan, akan tersedia hidangan France Dinner. France Dinner adalah tata cara penyajian makanan yang kita kenal dengan prasmanan. Dimana dalam hidangan prasmanan tersebut makanan dengan mengambil sendiri. France Dinner menurut penulis juga memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan makan di dalam rumah. Hidangan France Dinner lebih simpel dan lebih mudah karena makan dengan manatiang membutuhkan orang yang banyak dan juga tenaga yang banyak. Makanya sekarang sangat jarang kita melihat para pemuda yang biasanya ketika acara baralek manatiang di rumah-rumah.

            Dari hal tersebut penulis bisa melihat bahwa, manatiang yang dilakukan oleh para pemuda tersebut memang memiliki sebuah kelemahan, mereka mengira dengan adanya kegiatan manatiang akan menghabiskan tenaga dan waktu. Akan tetapi dengan para pemuda tersebut yang ikut manatiang setidaknya pergeseran nilai yang ada dalam manatiang tersebut tidak begitu terasa. Apalagi sekarang pemuda sudah tidak bisa manatiang dan juga sudah tidak peduli lagi dengan tradisi yang sudah terjadi di masa lampau. Pergeseran tersebut yang menjadi masalah karena penulis melihat banyak pemuda yang tidak bisa manatiang sekarang. Pemuda sekarang sudah tidak peduli dengan hal tersebut. Alasan pemuda tidak ikut manatiang sekarang menurut penulis adalah dengan semakin berkembangnya zaman yang semakin canggih. Dengan keadaan pemuda yang acuh tidak acuh dengan tradisi manatiang. Pemuda sebaiknya menghidupkan kembali tradisional manatiang ini karena dengan tradisi ini timbul rasa kebersamaan antar pemuda tersebut. Semangat gotong royong yang dihadirkan dalam tradisi manatiang ini.

Apa yang salah, tidak ada yang bisa disalahkan dengan keadaan zaman semakin berkembang saat ini. sekarang orang dalam acara baralek akan membuat alek tersebut se simpel mungkin. Mulai dari pekerjaan hingga makanan. Karena menurut pendapat seseorang, baralek adalah acara yang membutuhkan energi dan pikiran yang banyak. Dengan hal tersebut salah satu yang menjadi beban pikiran yang paling berat adalah manatiang, karena manatiang merupakan salah satu bagian penting dalam prosesi baralek. Dalam baralek, setiap tamu yang datang biasanya akan dikasih makan. Seharusnya dengan berkembangnya zaman, maka hal ini yang membuat kita semua mencarikan solusi agar nilai-nilai dari tradisi tidak tergerus oleh kemajuan zaman, agar tidak terjadi seperti tradisi manatiang ini. Kita semua pasti mengetahui bahwa yang instan lebih baik, tetapi kita juga tidak boleh melupakan nilai-nilai yang ada dalam sebuah tradisi.

             Tujuan dari manatiang biasanya adalah untuk menjalin silaturahmi antara pemuda. Tetapi seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa sekarang pemuda sudah tidak peduli lagi dengan manatiang tersebut. Memang di tempat domisili penulis misalnya tidak semua para tamu undangan makan dengan hidangan France Dinner. Ada juga tamu khusus yang makan di dalam dengan di tatiangan. Contoh dari tamu itu misalnya Datuak atau Niniak Mamak, Ipar/ Bisan, Bako/ Baki dan lainnya. Tradisi seperti ini masih dipertahankan di tempat penulis, tetapi di tempat lain apakah ada yang seperti ini?

            Tentu jawaban dari semua itu adalah tergantung tempatnya. Apalagi sekarang lebih menghilang tradisi yaitu baralek di hotel. Karena menurut penulis itu adalah sebuah pergeseran nilai budaya yang dilakukan, karena di hotel yang serba instan tersebut akan menghilangkan semua tradisi yang sudah melekat dalam masyarakat. Penulis tidak menyalahkan, tetapi alangkah baiknya kita sama-sama menghargai tradisi yang sudah berkembang dalam adat kita. Di hotel kita tidak akan menemukan orang yang manatiang, tetapi kita akan menemukan makanan yang dipesan melalui catering.

    Untuk itu, kita  sebagai orang Minangkabau minimal mengetahui bahwa sebelum zaman semakin berkembang, dahulu di Minangkabau itu ada seperti ini. Setidaknya menurut penulis manatiang di Minangkabau di kampung penulis masih ada, tetapi sudah mulai tergerus juga oleh zaman. Penulis tidak menyalahkan pergeseran tersebut, tetapi sangat menyayangkan kepada orang yang menghilangkan tradisi manatiang tersebut karena dengan manatiang itu adalah untuk makan di Minangkabau. Di Minangkabau makan memiliki aturan tersendiri di setiap kampung. Sebelum makan kita akan melakukan pasambahan. Dengan serba instan tersebut dan makan dengan sendiri-sendiri, apakah itu kebersamaan atau memang manatiang itu sudah kulot untuk saat ini, Atau sekarang manatiang sekarang sudah menjadi nostalgia?

*Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas, Anggota Lembaga Mahasiswa Jurusan (Lmj) Sastra Minangkabau

 

 


Tag :#Opini #Jamil #minangsatu

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com