- Rabu, 12 Maret 2025
Kubuang Tigo Baleh: Jejak Sejarah Dan Kearifan Lokal Di Luhak Tanah Datar

"Kubuang Tigo Baleh: Jejak Sejarah dan Kearifan Lokal di Luhak Tanah Datar"
Minangkabau adalah salah satu etnis terbesar di Indonesia dengan sejarah dan budaya yang kaya. Salah satu wilayah yang memiliki peran penting dalam sejarah Minangkabau adalah Kubuang Tigo Baleh, sebuah konfederasi nagari yang terletak di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Kubuang Tigo Baleh tidak hanya dikenal sebagai bagian dari Luhak Tanah Datar, tetapi juga memiliki keunikan tersendiri dalam struktur sosial, budaya, dan politik masyarakat Minangkabau.
Nama Kubuang Tigo Baleh berasal dari dua kata: Kubuang dan Tigo Baleh (Tiga Belas). Menurut tambo dan cerita rakyat, nama ini berkaitan dengan kedatangan 73 orang dari daerah Kubuang Agam ke wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Solok. Dari 73 orang tersebut, 13 orang memilih menetap dan mendirikan nagari-nagari di sekitar Solok dan Selayo, sementara 60 orang lainnya melanjutkan perjalanan ke daerah Lembah Gumanti, Surian, dan Muara Labuh. Ketiga belas orang inilah yang menjadi cikal bakal nama Kubuang Tigo Baleh. Mereka mendirikan nagari-nagari yang kemudian menjadi inti dari konfederasi ini. Nagari Solok dan Selayo dianggap sebagai "Payung Sekaki" (pelindung) bagi nagari-nagari di sekitarnya.
Kubuang Tigo Baleh terdiri dari 13 nagari inti yang kemudian berkembang menjadi lebih dari 30 nagari melalui pemekaran. Beberapa nagari inti tersebut adalah Solok, Selayo, Gantungciri, Panyakalan, Cupak, Muaropaneh, Talang, Saok Laweh, Guguak, Koto Anau, Bukiksileh, Dilam, dan Taruangtaruang. Selain itu, terdapat pula beberapa nagari pemekaran yang kini tersebar di beberapa kecamatan seperti Payung Sekaki, Danau Kembar, Lembah Gumanti, Pantai Cermin, dan Tigo Lurah.
Dalam struktur sosialnya, Kubuang Tigo Baleh memiliki Selayo sebagai pusat adat. Balai Nan Panjang Kubuang Tigo Baleh yang terletak di Nagari Selayo berfungsi sebagai pusat penyelesaian sengketa adat. Jika suatu perkara tidak dapat diselesaikan di tingkat nagari, maka akan dibawa ke Kerapatan Adat Nagari Selayo. Selayo dianggap sebagai "bapak" Kubuang Tigo Baleh dan memiliki tanggung jawab untuk "manyalasaikan nan kusuik, manjanihkan nan karuah" (menyelesaikan yang rumit, menjernihkan yang keruh). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran Selayo dalam menjaga keharmonisan sosial di wilayah Kubuang Tigo Baleh.
Salah satu legenda yang melekat erat dengan Kubuang Tigo Baleh adalah kisah Datuak Parpatih Nan Sabatang, seorang tokoh penting dalam sejarah Minangkabau. Makam Datuak Parpatih Nan Sabatang terletak di Munggu Tanah, Jorong Batu Palano, Nagari Selayo. Kisah ini mencatat bagaimana Datuak Parpatih Nan Sabatang membawa tongkat dari Jawa yang kemudian tumbuh menjadi pohon besar di Bawah Jao, perbatasan antara Nagari Solok dan Selayo. Selain itu, masyarakat Silungkang yang ingin membawa jenazahnya dikelabui dengan kuburan samaran yang diisi dengan sebatang pohon pisang. Hal ini melahirkan ungkapan "angguak anggak geleang amuah, tunjuak luruih kaliankiang bakaik" (orang Selayo menunjukkan arah kuburan samaran, tetapi membelakangi kuburan asli).
Makam Datuak Parpatih Nan Sabatang juga dipercaya mengeluarkan bunyi gelegar sebelum terjadinya musibah besar, seperti gempa bumi tahun 1926, banjir besar tahun 1927, masuknya tentara Jepang tahun 1943, dan peristiwa G30S/PKI tahun 1965. Dulunya, makam ini sering dijadikan tempat berkaul oleh masyarakat setempat sebelum ajaran Islam yang lebih murni berkembang melalui Muhammadiyah. Pada tahun 1993, makam ini direhabilitasi dengan model atap bagonjong melalui bantuan pemerintah dan swadaya masyarakat.
Dalam penelitian sejarah, Prof. Peggy R. Sanday dari California, Amerika Serikat, pernah mengunjungi makam ini didampingi oleh dua ahli adat dari Batusangkar. Mereka mengakui bahwa makam di Selayo ini adalah makam Datuak Parpatih Nan Sabatang karena di Limo Kaum tidak ditemukan bukti yang kuat. Pernyataan ini didukung oleh tulisan Alm. Anas Navis dalam artikelnya berjudul "Makam Itu Makam Datuak Parpatih Nan Sabatang" yang dimuat di harian Singgalang pada 1 September 1991.
Kubuang Tigo Baleh adalah wilayah yang kaya akan sejarah dan budaya Minangkabau. Nagari-nagari di dalamnya memiliki hubungan yang erat, dengan Selayo sebagai pusat adat. Makam Datuak Parpatih Nan Sabatang di Selayo menjadi simbol kekeramatan dan kearifan lokal masyarakat Minangkabau. Keberadaan Kubuang Tigo Baleh dan legenda Datuak Parpatih Nan Sabatang menjadi bukti betapa kaya dan kompleksnya sejarah serta budaya Minangkabau. Dengan menjaga dan mempromosikan warisan budaya ini, kita dapat terus menghargai dan mempelajari kearifan lokal yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita.
Editor : melatisan
Tag :#Sejarah #Kubuang Tigo Baleh
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
PERAN IBU DAN MAMAK DALAM KELUARGA MINANGKABAU: MENGAPA AYAH HANYA TAMU?
-
SISTEM KEKERABATAN MATRILINEAL MINANGKABAU: MENGAPA LAKI-LAKI MENJADI PILAR KOMUNIKASI ANTAR SUKU?
-
PERAN HARIMAU NAN SALAPAN DALAM PERANG PADRI: KONFLIK YANG MENGUBAH MINANGKABAU
-
SYARAK MANGATO, ADAT MAMAKAI DI MINANGKABAU
-
ESTETIKA TARI MINANGKABAU: REFLEKSI BUDAYA DAN FALSAFAH ADAT
-
TRADISI MAANTA PABUKOAN KE RUMAH MINTUO DI PESISIR SELATAN: WARISAN BUDAYA RAMADAN MINANGKABAU
-
TRADISI PACU KUDO: AJANG SILATURAHMI DAN TRADISI BERKUDA DI PAYAKUMBUH
-
MERAJUT KEBERSAMAAN DALAM KERAGAMAN: REFLEKSI DARI TADARUS PUISI & PAMERAN PUISI EKSPERIMENTAL
-
BEBERAPA MITOS YANG DIPERCAYAI MASYARAKAT MINANGKABAU SEBELUM MENINGGALNYA KERABAT/ORANG TERDEKAT
-
SIKAP TOLERANSI DAN RASA TOLONG MENOLONG DI BULAN SUCI YANG PENUH BERKAH