HOME SOSIAL BUDAYA KABUPATEN PADANG PARIAMAN

  • Senin, 8 November 2021

Gubernur: Kearifan Lokal Tingkat Nagari Membentuk Kepemimpinan Sejak Dini

Gubernur Sumbar, Mahyeldi (kanan) dan Bupati Padang Pariaman, Suhatri Bur, pada acara Batagak Kudokudo Surau Lubuak Tajun, Kaum Sikumbang Datuak Putiah, Pakandangan, Padang Pariaman, Senin (8/11/2021).
Gubernur Sumbar, Mahyeldi (kanan) dan Bupati Padang Pariaman, Suhatri Bur, pada acara Batagak Kudokudo Surau Lubuak Tajun, Kaum Sikumbang Datuak Putiah, Pakandangan, Padang Pariaman, Senin (8/11/2021).

Padang Pariaman (Minangsatu) - Kearifan lokal di tingkat nagari di Sumatera Barat adalah pondasi pembentukan jiwa kepemimpinan di daerah. Karena kearifan lokal harus terus dilestarikan.

"Salah satu kearifan lokal itu adalah pendidikan di surau (mushalla) milik kaum atau suku. Selain ilmu keagamaan, surau di Sumbar juga berfungsi memberikan pendidikan silat dan adat. Dua hal itu adalah pondasi untuk membangun jiwa kepemimpinan," kata Gubernur Sumbar, Mahyeldi saat memberi sambutan pada acara Batagak Kudokudo Surau Lubuak Tajun, Kaum Sikumbang Datuak Putiah, di Jorong Sarang Gagak, Nagari Pakandangan Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman, Senin (8/11/2021).

Menurutnya dengan memiliki pondasi yang kuat, maka pengembangan potensi diri untuk menjadi seorang pemimpin akan lebih mudah saat memasuki pendidikan formal dan belajar berorganisasi.

Saat ini tidak semua kaum atau suku di Minangkabau yang masih memiliki surau. Perannya mulai terdegradasi, sebagian besar digantikan oleh pendidikan formal di sekolah. Meskipun di masjid tetap ada pendidikan keagamaan, tetapi dibandingkan peran surau pada masa lalu, posisinya tidak sama lagi.

Karena itu ia mengapresiasi suku-suku yang masih mempertahankan surau untuk mendidik generasi mudanya untuk bisa menjadi pemimpin masa mendatang. "Pada masa perjuangan dan awal kemerdekaan, sejarawan mencatat ada sekitar 2.000 tokoh asal Minangkabau yang berperan di tingkat nasional. Sesungguhnya peran kearifan lokal di tingkat nagarilah yang menciptakannya. Karena itu dengan adanya gerakan kembali ke nagari, sesungguhnya hal itu pula yang ingin dibangkitkan," ujarnya.

Bupati Padang Pariaman, Suhatri Bur mengatakan Surau Lubuak Tajun selain berfungsi sebagai surau kaum juga dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat terutama saat puluhan ribu peziarah mendatangi Surau Lubuak yang berada tidak jauh dari lokasi. "Saat jadwal ziarah, Surau Lubuak akan penuh oleh jemaah. Sebagian bisa memanfaatkan Surau Lubuak Tajun untuk beribadah dan sekadar melepas penat," katanya.

Tokoh masyarakat sekaligus ulama Padang Pariaman, Bagindo M Letter mengatakan pada awalnya setiap suku di Minangkabau memiliki satu surau dan setiap nagari ada masjid. Karena itu jumlah surau di Minangkabau sangat banyak sampai sekarang. "Kita berharap surau tempat pendidikan generasi muda ini tetap bisa dipertahankan di masing-masing suku," ujarnya.

Turut hadir pada acara itu, Staf Ahli, Asisten, dan Kepala perangkat daerah di lingkungan Pemkab. Padang Pariaman, para ulama, niniak mamak ulakan, tokoh masyarakat, Camat dan Walinagari se-kabupaten Padang Pariaman.


Wartawan : Rilis/Adpim-Sbr
Editor : ranof

Tag :#Kearifan lokal#Ulakan#Padang pariaman#Sumbar#

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com