HOME PENDIDIKAN KOTA PADANG

  • Minggu, 20 Juni 2021

FGD Revolusi Pembelajaran Sejarah, Guru Diminta Mengubah Paradigma Dengan Mendesain Pembelajaran Yang Disukai Peserta Didik

FGD Revolusi Pembelajaran Sejarah
FGD Revolusi Pembelajaran Sejarah

Padang (Minangsatu) - Selama ini banyak guru memiliki kecenderungan terlalu memaksakan ego sektoral dan ego mata pelajaran, agar anak didik pandai di bidang mata pelajaran tertentu. Guru terlalu memaksa peserta didik untuk belajar dengan cara yang dikehendaki guru tersebut. Menjadi tantangan bagi guru untuk mengubah paradigma dengan mendesain pembelajaran agar disukai peserta didik.

Demikian ditegaskan Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Dr. Sumardiansyah Perdana Kusuma saat menjadi pemateri pada Focus Grup Discussion (FGD) bertema Revolusi Pembelajaran Sejarah melalui daring dan tatap muka di Aula Gedung B STKIP PGRI Sumatera Barat Padang, Minggu (20/06/2021).

Acara yang dihadiri oleh ratusan guru sejarah Sumatera Barat via zoom tersebut juga menghadirkan pembicara-pembicara lainnya seperti Prof. Dr. H. Ansofino, M. Si Ketua STKIP PGRI Sumbar, Dr. Siti Fatimah, M. Pd, M. Hum Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang, Dr. Zulfa, M. Hum, M. Pd Dosen STKIP PGRI Sumbar, Khairul Jasmi Ketua Iluni Sejarah UNP, Drs. Raymon, M. Pd Kabid PSMK Disdik Sumbar, dan Dra. Etty Kasyanti Ketua AGSI Sumbar. Adapun yang menjadi pembahasan dalam FGD kali ini adalah Revolusi Pembelajaran Sejarah dihubungkan dengan konsutruksi pemikiran, momentum perubahan, dan ikhtiar AGSI untuk mendorong pembelajaran sejarah.

Menurut Sumardiansyah, dalam mewujudkan revolusi pembelajaran sejarah tersebut guru tidak hanya bertugas mengubah paradigma, namun juga merawat dan menjaga tumbuh kembang kesukaan belajar itu.

"Tugas guru tidak hanya meraih simpati peserta didik, namun lebih dari itu bagaimana guru bisa memupuk, merawat, dan mengembangkan kecintaan tersebut hingga pada akhirnya mata pelajaran (sejarah) tersebut benar-benar melekat bagi siswa dan beranjak menjadi kebutuhan bagi siswa," ulasnya.

Tak ketinggalan Sumardiansyah berbagi resep dan strategi untuk mewujudkan Revolusi pembelajaran sejarah.
"Tahap belajar sejarah dapat di sederhanakan menjadi History Thinking (berfikir), History Graphic (Menulis), dan History Telling ( bercerita). Bila siswa sudah memiliki kemampuan itu,berarti kita guru sejarah telah sukses mengajar sejarah pada anak didik," tegasnya.

Sementara Itu, Ketua Iluni Sejarah UNP Khairul Jasmi (KJ) menyoroti perihal banyaknya orang yang ingin menjadi bagian sejarah namun memiliki minat yang rendah terhadap pembelajaran sejarah itu sendiri.

"Zaman ini banyak orang tak ingin belajar sejarah , namun ia tetap ingin membuat sejarah. Tugas guru sejarahlah untuk bisa menjadikan pembelajaran ini menarik dan disukai siswa," ulasnya.

Terkait strategi guru dalam meningkatkan kompetensi dan wawasan materi ajar, KJ mengajak guru-guru sejarah Sumatera Barat untuk memperkaya referensi melalui penggunaan Buku Saku Guru Sejarah.

"Ayo para guru sejarah seluruh Sumatera Barat, kita buat buku saku, buku kecil tentang sejarah lokal yang selama ini belum tergali. Dengan demikian sebagai guru, kita tidak menjadi guru yang "text book" namun juga menjadi seorang "book writer", tentunya hal tersebut juga berguna dalam memberikan materi ajar kepada peserta didik, jelasnya.

Senada dengan KJ, Kabid PSMK Disdik Sumbar Drs.Raymon, M.Pd menyampaikan bahwa guru sejarah harus tumbuh dan kembang dalam kreatifitas dan mampu berfikir "out of the box".

"Guru sejarah harus keluar dari kerangka berfikir standar, kita harus menampilkan masa depan dalam konsep yang nyata sebagai hasil kontemplasi dan analisa belajar dari masa lalu," paparnya.

Menanggapi pelaksanaan FGD di PGRI Sumbar, Prof. DR. Ansofino, M.Si sebagai ketua STKIP PGRI Sumatera Barat sangat menyambut baik acara tersebut dan berharap kegiatan serupa bisa digelar pada tahun-tahun mendatang.

"Kami sangat apresiasi dengan terselenggaranya kegiatan ini. Semoga AGSI semakin berkontribusi terhadap kemajuan pendidikan sejarah di Indonesia. STKIP PGRI siap menjadi pendukung utama mencetak tenaga-tenaga pengajar sejarah handal. Karena itu, Insya Allah tahun depan STKIP PGRI akan bertransformasi menjadi Universitas PGRI Sumatera Barat," katanya.

Terakhir, Ketua AGSI Sumatera Barat Etty Kasyanti selaku Ketua AGSI menyampaikan terimakasih untuk support semua pihak atas terlaksananya acara ini. 

"Atas nama AGSI Sumbar kami ucapkan terimakasih pada seluruh pemateri, tim kerja AGSI Sumbar, Ikatan Alumni IKIP / UNP, STKIP PGRI Sumbar, serta MGMP Sejarah Sumatera Barat. Alhamdulillah acara yang dirancang secara kilat ini dapat berjalan lancar dan sukses," pungkasnya.*


Wartawan : Rivo
Editor : Benk123

Tag :#padang

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com