HOME LANGKAN TAMBO

  • Rabu, 12 Maret 2025

Estetika Tari Minangkabau: Refleksi Budaya Dan Falsafah Adat

Estetika Tari Minangkabau: Refleksi Budaya dan Falsafah Adat

Oleh: Andika Putra Wardana

Tari tradisional Minangkabau dari Sumatera Barat merupakan salah satu warisan budaya yang kaya akan nilai estetika, etika, dan logika. Tarian ini tidak hanya sekadar gerakan tubuh, tetapi juga mencerminkan falsafah adat Minangkabau yang mendalam. Falsafah adat Minangkabau, yang dikenal dengan istilah adat salingka nagari, menjadi landasan utama dalam penciptaan dan penyajian tari tradisional ini. Menurut Daryusti, peneliti dan dosen STKIP Nasional Padang Pariaman, estetika tari Minangkabau tidak dapat dipisahkan dari logika, etika, dan estetika yang terkandung dalam adat Minangkabau.

Tari Minangkabau memiliki fungsi yang beragam dalam kehidupan masyarakat, mulai dari ritual, ekspresi emosi, pembentukan karakter individu, hingga pewarisan nilai budaya. Sebagaimana diungkapkan oleh Daryusti, seni tari dalam kehidupan manusia berfungsi sebagai sarana untuk mengekspresikan emosi dan membentuk karakter individu. Selain itu, tari juga menjadi media untuk mewariskan nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi.

Salah satu aspek menarik dari tari Minangkabau adalah keterkaitannya dengan falsafah adat yang terdiri dari alua, patuik, raso, dan pareso. Alua merujuk pada ketentuan adat dan agama Islam yang telah digariskan oleh nenek moyang. Idrus Hakimy Dt. Rajo Penghulu menjelaskan bahwa alua berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya, termasuk dalam konteks tari. Dalam tari Minangkabau, alua terlihat dari logika, etika, dan estetika penampilan tari yang sesuai dengan adat dan agama Islam. Misalnya, pada masa lalu, penari tari tradisional Minangkabau adalah laki-laki, karena gerakan tari ini bersumber dari gerakan pencak silat, yang melibatkan penyerang dan penangkis.

Patuik merujuk pada keseimbangan dan kesesuaian dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam tari Minangkabau, keseimbangan ini terlihat dari jumlah penari yang selalu genap dan berpasangan. Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumatera Barat menyatakan bahwa angka genap selalu digunakan dalam adat Minangkabau, termasuk dalam tari. Hal ini mencerminkan keseimbangan antara baik dan buruk, bersih dan kotor, serta kiri dan kanan.

Raso mengacu pada rasa kebersamaan dan keharmonisan dalam masyarakat Minangkabau. M. Nasroen menjelaskan bahwa raso atau saraso berarti sehina semalu, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai kebersamaan ini tercermin dalam gerakan tari Minangkabau yang rampak, yaitu gerakan yang dilakukan secara serentak oleh para penari. Jacqueline Smith, dalam bukunya tentang komposisi tari, menjelaskan bahwa rampak dalam tari dapat menciptakan kesan kebersamaan yang kuat.

Pareso merujuk pada pemeriksaan atau evaluasi terhadap suatu kegiatan untuk mencari kebenaran. Dalam konteks tari Minangkabau, pareso dapat dilihat dari segi waktu, ruang, dan tenaga yang digunakan dalam pertunjukan. Geralddine Diondstein, dalam kerangka estetiknya, menjelaskan bahwa ruang, waktu, dan tenaga merupakan elemen penting dalam menciptakan keindahan dalam tari. Tari Minangkabau yang dulunya dipentaskan di rumah gadang atau halaman rumah adat, kini telah berkembang dan dapat dipentaskan di panggung prosenium.

Selain falsafah adat, teknik penari juga memegang peranan penting dalam menciptakan estetika tari Minangkabau. Penari diharapkan mampu melakukan garak, garik, pandang, kutiko, dan tanggak dengan baik. Garak merujuk pada penampilan fisik penari yang sesuai dengan bentuk tari, sementara garik mengacu pada gerakan yang telah menyatu dengan penari. Pandang adalah ekspresi wajah yang sesuai dengan karakter tari, sedangkan kutiko dan tanggak merujuk pada keluwesan dan keutuhan tari.

Dalam perkembangannya, tari Minangkabau tidak hanya berfungsi sebagai sarana upacara adat, tetapi juga sebagai sajian estetis yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Perubahan ini menunjukkan bahwa tari Minangkabau tetap relevan dan terus berkembang seiring dengan perubahan zaman.


Wartawan : Andika Putra Wardana
Editor : melatisan

Tag :#Tari Minangkabau #Tradisional

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com