HOME LANGKAN TAMBO

  • Rabu, 4 Desember 2024

Asal Usul Silek Minangkabau

Silek Minangkabau
Silek Minangkabau

Asal Usul Silek Minangkabau

Oleh : Andika Putra Wardana

Silek Minangkabau, atau yang lebih dikenal sebagai silat Minangkabau, merupakan warisan budaya yang telah berkembang selama berabad-abad di tanah Minangkabau, Sumatera Barat. Seni bela diri ini bukan hanya sekadar teknik pertahanan diri, tetapi juga cerminan dari filosofi hidup masyarakat Minang yang menjunjung tinggi keharmonisan dan nilai-nilai kebijaksanaan.

Silek Minangkabau diperkirakan berasal dari abad ke-12. Menurut catatan lokal dan cerita lisan, Datuak Suri Dirajo, seorang pemimpin Minang, mendirikan lokasi silek pertama di Pariangan, Padang Panjang pada tahun 1119 Masehi. Empat pengawalnya, yang berasal dari berbagai latar belakang budaya, membantunya yaitu, Kambiang Utan dari Kamboja, Harimau Campo dari Negeri Champa, Kuciang Siam dari Thailand, Anjiang Mualim dari Persia.

Silek Minangkabau berasal dari tradisi bela diri yang berasal dari berbagai wilayah, yang membuatnya menjadi seni bela diri yang unik dan kaya akan variasi gerakan. Silek awalnya dibuat untuk membantu remaja Minangkabau yang merantau melindungi diri. Dalam tradisi Minang, pemuda yang merantau diharapkan untuk belajar bertahan hidup dan menjaga nagari (daerah asal) mereka. Oleh karena itu, silek digunakan sebagai alat pertahanan dan sarana pendidikan bagi generasi muda Minang.

Silek Minangkabau memiliki filosofi mendalam yang menekankan kebijaksanaan dan harmoni. Salah satu prinsip utamanya adalah "panjago diri", yang berarti melindungi diri sendiri, dan "parik paga dalam nagari", yang berarti mempertahankan negeri. Filosofi ini menekankan bahwa silek berfungsi untuk menjaga kedamaian dan keseimbangan dalam masyarakat, bukan untuk menyerang.

Seorang guru silek di Pariaman, Pak Harun Rangkayo, berkata, "Silek adalah cermin dari karakter orang Minang yang mengedepankan kesopanan dan keharmonisan. Menurut filosofi ini, "Dalam setiap gerakan ada pelajaran tentang kesabaran dan kebijaksanaan." Teknik silek berfokus pada menghindar, mengunci, dan meredakan konflik daripada menyerang.

Dalam pepatah Minangkabau, "Musuah pantang dicari, basuo pantang diilakan", silek adalah hal yang sangat penting. Pesilat dididik untuk menghindari konflik sebisa mungkin, tetapi mereka juga harus siap menghadapi situasi di mana konflik tidak dapat dihindari.

Latihan silek dilakukan secara rahasia selama penjajahan Belanda untuk menghindari pengawasan penjajah. Akibatnya, banyak teknik silek masih asli hingga saat ini.Di era modern, silek tidak hanya menjadi seni bela diri tetapi juga bagian dari seni pertunjukan, seperti randai. Randai adalah teater tradisional Minangkabau yang memadukan gerakan silek, musik, dan cerita rakyat. Pertunjukan ini sering ditampilkan dalam acara adat dan perayaan, menjadi cara untuk memperkenalkan silek kepada generasi muda dan masyarakat luas.

Pada zaman sekarang ini, melestarikan silek menjadi penting. Silek adalah identitas budaya Minangkabau dan warisan seni bela diri. “Silek adalah warisan budaya yang harus dilestarikan agar generasi mendatang dapat memahami identitas mereka sebagai orang Minang,” kata Wardi Metro, seorang peneliti seni bela diri.


Wartawan : Andika Putra Wardana
Editor : melatisan

Tag :#Silek #Minangkabau

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com