HOME OPINI TAJUK

  • Rabu, 27 Maret 2019

Ada Apa Gerangan Danau Diateh?

Danau Diateh masih keruh, dijepret Rabu (27/3)
Danau Diateh masih keruh, dijepret Rabu (27/3)

Ada Apa Gerangan Danau Diateh?

Saat tajuk ini dibuat, sudah lebih 15 ribu viewers berita di laman Minangsatu yang berjudul Fenomena Langka Danau Diateh, Air Berubah Warna dan Berbau Amis. Berita yang dipublish pukul 05:59:19 WIB, Selasa (26/3) ini segera menggurita dan viral.

Sisi baiknya adalah, kepedulian masyarakat terkait kejadian yang menimpa danau kembaran Danau Dibawah ini cukup tinggi. Buktinya, selain belasan ribu viewers itu, komentar dan like juga sangat banyak. Masyarakat merespon.

Seperti diberitakan, kejadian air danau yang mengeruh serta berbau amis itu sudah terjadi sejak tiga bulan yang lalu. Maklum, air Danau Diateh yang mengalir ke Batang Gumanti dari muaro danau di Jorong Usak Nagari Alahan Panjang itu menjadi sumber air untuk kebutuhan cuci dan bersih-bersih bagi masyarakat Alahan Panjang dan sekitarnya. Bahkan air danau ini juga menjadi air baku untuk PDAM Unit Alahan Panjang.

Masyarakat mengeluh lantaran pakaian mereka berubah warna usai dicuci.  Pihak PDAM angkat tangan lantaran tidak bisa menjernihkan dan mengolah air itu supaya layak minum. Supaya tidak menimbulkan korban, pihak PDAM memutuskan sambungan ke pipa-pipa distribusinya.

Tak pelak, Alahan Panjang pun terancam krisis air!

Menurut sejumlah tokoh masyarakat, juga seperti yang diberitakan Minangsatu, perihal ini sudah dikeluhkan oleh warga. Media sosial sudah heboh dengan peristiwa itu. Bahkan pengaduan tertulis pun sudah mereka layangkan kepada pihak-pihak terkait.

Hingga tulisan ini dibuat, kita memang belum mendengar tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pihak terkait. Kecuali PDAM yang mematikan distribusi air, penelitian menyeluruh terkait fenomena ini belum kunjung dilakukan.

Pada saat yang hampir bersamaan, sebagaimana diberitakan pula oleh Minangsatu, di Jakarta beberapa hari yang lalu dilakukan Rapat Koordinasi (Rakor) terkait Penyelamatan Danau Prioritas Nasional dan Revitalisasi Gerakan Penyelamatan Danau. Sumatera Barat (Sumbar) yang memiliki banyak danau, tentu sangat berkepentingan, sehingga wakil Gubernur Nasrul Abit pun hadir.

Danau Maninjau dan Danau Singkarak, termasuk dalam limabelas danau prioritas nasional.

Meskipun dari 840 danau besar, 735 danau kecil, dan 15 danau yang masuk prioritas nasional untuk tahun 2015-2019, Danau Diateh tidak termasuk prioritas itu, tetapi peristiwa mengeruhnya air disertai bau amis itu tidak bisa diabaikan begitu saja.

Kita berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar segera merespon kejadian itu.

Selain solusi sementara yang perlu dicarikan buat mengatasi kebutuhan air buat masyarakat setempat, penelitian yang mendalam perlu dilakukan untuk mencari penyebab, gerangan apa yang membuat air Danau Diateh keruh dan amis?

Apalagi saat ini simpang siur isu terkait penyebab peristiwa tersebut sudah malang melintang di dunia maya. Ada yang menyebut karena dampak gempa Solok Selatan. Ada pula yang mengaitkan dengan pestisida yang kerap dipakai para petani di Alahan Panjang dan sekitarnya. Macam-macam kemungkinan mengemuka.

Bisa saja air danau keruh karena gempa, karena kemungkinan dasar danau adalah bagian dari patahan sepanjang Solok dan Solok Selatan. Apalagi diketahui, Danau Diateh adalah danau tektonik, yang asal muasal jadinya lantaran peristiwa tektonis.

Coba lihat, seperti dikutip di laman www.sumbarprov.go.id, terdapat tujuh segmen patahan di Pulau Sumatera, empat di antaranya ada di Sumbar. Dua segmen patahan, bersambung di sekitar Danau Diateh. Yakni segmen Sumani yang ujung utaranya di utara Danau Singkarak, bersambung ke Sumani, Solok, Selayo, dan berakhir di tenggara Danau Diateh. Dan segmen Suliti yang bermula dari utara Danau Diateh dengan lebar zona 4 km, terus sepanjang 90 km menelusuri Batang Suliti (Surian dan Muara Labuh) di tenggara, terus sepanjang Batang Liki (Muara Labuh-Sangir), dan berakhir di sekitar Gunung Kerinci.

Nah, bukan tidak mungkin dugaan sejumlah pihak yang menyebut kekeruhan itu disebabkan dampak gempa Solsel, sebab memang Danau Diateh adalah titik temu dua segmen patahan Sumatera. Sederhana saja, seperti menghoyak belanga, material-material yang mengendap, termasuk mungkin serpihan belanga, pun mengambang ke permukaan.

Lalu, akibat kekeruhan itu, atau mungkin pula dampak energi gempa, menyebabkan ribuan ikan mati, dan air pun anyir dibuatnya? Namun, sayangnya tidak ada laporan ikan mati itu. Atau akibat pestisida?

Pelik bukan? Karena itu, tajuk ini hanya akan menggarisbawahi beberapa pertanyaan saja; Ada apa gerangan dengan Danau Diateh? Kenapa air danau keruh? Kenapa amis alias anyir?

Harapan kita, pertanyaan-pertanyaan ini perlu dijawab lekas. Selekas pihak berkompeten mengoordinasikan seluruh sumberdaya yang ada, baik di pemerintah, perguruan tinggi, maupun di masyarakat. Tentu saja yang paling diharapkan adalah solusi serta bagaimana tindakan yang harus dilakukan.

Kita tunggu.


Tag :TajukMinangsatu

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com