HOME PERISTIWA PROVINSI SUMATERA BARAT

  • Kamis, 28 Maret 2019

Tentang Keruh Dan Bau Amis Di Danau Diateh, Ini Pendapat Pakar

Apakah kejadian di danau Diateh merupakan blooming algae seperti yang terjadi di Danau Natron Tanzania (foto Wikipedia)
Apakah kejadian di danau Diateh merupakan blooming algae seperti yang terjadi di Danau Natron Tanzania (foto Wikipedia)

Padang (Minangsatu) – Terjadinya over populasi ganggang di Danau Diateh, bisa menjadi penyebab keruhnya air danau. Sedangkan perkembangbiakan ganggang secara drastis (over populasi), secara ekologi disebut dengan istilah blooming algae, disebabkan oleh banyak faktor.

Demikian disampaikan pengajar di jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Andalas (Unand), Muhammad Nazri Janra, saat ditanya Minangsatu, Kamis (28/3) terkait dugaan penyebab kekeruhan air di Danau Diateh disebabkan tumbuhan ganggang yang sudah over populasi itu.

Namun Muhammad Nazri Janra mengingatkan, kekeruhan yang terjadi itu bisa saja akumulasi beberapa faktor. “Keruh kemungkinan akumulasi beberapa factor. Termasuk ganggang tadi,” ungkapnya.

Peristiwa blooming algae, bisa disebabkan karena penggunaan pupuk kimia di daerah sekitar yang kemudian ter-bleaching oleh hujan dan masuk ke danau. “Juga bisa oleh sisa-sisa makanan dari ikan keramba di danau, terutama jika pemberian makanan dilakukan berlebih, seperti kasus di Singkarak dan Maninjau,” imbuhnya.

Meski demikian, Muhammad Nazri janra menggarisbawahi, perlu dilakukan penelitian yang seksama, untuk mengungkap fenomena keruh dan amisnya air danau itu. “Perlu dilihat langsung ke lapangan,” tukasnya.

Begitu pula perihal bau amis, Muhammad Nazri Janra menduga penyebabnya adalah ganggang. “Kemungkinan memang ganggang. Sebab ganggang bisa mengeluarkan ekskresi, atau zat buangan, yang berbau tidak enak. Bisa amis atau busuk, terutama kalau sudah blooming tadi,” tuturnya.

Pendapat senada disampaikan pengajar Jurusan Biologi FPMIPA Unand, Chairul. Dikatakan, seperti kejadian di Danau Maninjau, pada skala yang lebih besar akan merusak ekologi danau. “Ujungnya, tentu merusak ekosistem di sana,” sebutnya.

Chairul juga berpendapat, ganggang yang merupakan salah satu spesies dari keluarga algae ini pada kondisi normal dibutuhkan dalam ekosistem. “Namun blooming algae adalah bencana!” tukasnya.

Menurut Muhammad Nazri Janra, ada beberapa solusi yang bisa dilakukan apabila terjadi blooming algae, tergantung skalanya. “Dalam skala kecil, seperti pada tambak atau kolam, bisa dilakukan penggantian air secara total. Tapi pada danau, skalanya cukup besar. Biasanya, yang dilakukan adalah mengurangi sumber-sumber penyebab blooming algae itu. Misalnya dengan mengurangi dan mengendalikan pemakaian pupuk kimia, dan menghindari pemberian makan ikan keramba yang berlebihan,” ujarnya.

Setelah itu, lanjut Muhammad Nazri Janra, secara bertahap dilakukan penyingkiran populasi algae yang ada, dengan menggunakan semacam zat kimia (Cupri sulfat atau Kapur Ca(OH)2 dan CaO sebagai koagulan yang mampu menggumpalkan dan mengendapkan material algae itu.

Apabila alga mengendap, baru disiphon atau disedot endapan tersebut. “Kelompok-kelompok algae, seperti ganggang, bisa dilokalisasi dengan menggunakan teknik seperti orang membatasi tumpahan minyak di perairan. Yakni dengan melokalisasi dan membersihkan,” pungkasnya.

Sementara itu, hari ini, Kamis (28/3), tim dari Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Barat diturunkan ke lokasi. “Kita turunkan tim. Dari analisa mereka nanti, baru bisa kami sampaikan hasilnya,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumbar Siti Aisyah kepada Minangsatu, Rabu malam (27/3).


Wartawan : te
Editor : T E

Tag :saveDanauDiateh #bloomingalgae

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com