- Selasa, 11 Maret 2025
Sejarah Kerajaan Inderapura: Kejayaan, Pengaruh, Dan Keruntuhan

Sejarah Kerajaan Inderapura: Kejayaan, Pengaruh, dan Keruntuhan
Kerajaan Inderapura adalah salah satu kerajaan penting yang pernah berdiri di pesisir barat Sumatra, tepatnya di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Kerajaan ini berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Jambi, serta menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan di kawasan tersebut. Meskipun secara formal berada di bawah Kerajaan Pagaruyung, Inderapura pada praktiknya memiliki otonomi sendiri dalam mengatur pemerintahan dan urusan luar negerinya. Dengan letaknya yang strategis, kerajaan ini menjadi penghubung penting dalam perdagangan rempah-rempah antara Sumatra, Jawa, dan dunia luar.
Kerajaan Inderapura didirikan pada tahun 1347 dan berkembang menjadi entitas politik yang mandiri seiring berjalannya waktu. Nama "Inderapura" sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti "Kota Raja". Awalnya, wilayah ini merupakan daerah rantau dari Minangkabau yang dipimpin oleh seorang wakil dari Pagaruyung. Namun, dengan kekayaan sumber daya alam berupa lada dan emas, Inderapura tumbuh menjadi kerajaan yang kuat dan berpengaruh. Pada masa kejayaannya, wilayah kekuasaannya membentang dari Padang di utara hingga Sungai Hurai di selatan, menjadikannya sebagai salah satu pelabuhan utama dalam perdagangan internasional.
Puncak kejayaan Inderapura terjadi pada abad ke-16, terutama setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511. Hal ini menyebabkan arus perdagangan bergeser ke pantai barat Sumatra dan Selat Sunda, menjadikan Inderapura sebagai pusat perdagangan lada yang penting. Kerajaan ini memiliki hubungan dagang yang erat dengan Kesultanan Banten di Jawa, serta menjalin aliansi dengan Kesultanan Aceh melalui ikatan perkawinan antara putri Sultan Munawar Syah dari Inderapura dengan Sultan Firman Syah dari Aceh. Hubungan ini semakin memperkuat posisi Inderapura dalam percaturan politik di Sumatra.
Struktur pemerintahan Inderapura bersifat monarki dengan seorang Sultan atau Raja sebagai pemimpin tertinggi. Pemerintahan kerajaan terbagi dalam beberapa koto (daerah) yang dipimpin oleh menteri dan penghulu. Masyarakatnya hidup dari pertanian dan perdagangan, dengan lada dan emas sebagai komoditas utama yang diekspor ke berbagai wilayah. Selain itu, Inderapura juga dikenal sebagai salah satu penghasil beras utama di Sumatra, menjadikannya sebagai wilayah yang makmur dan sejahtera.
Namun, kejayaan Inderapura mulai meredup ketika Kesultanan Aceh di bawah Sultan Iskandar Muda memperluas pengaruhnya ke wilayah pesisir barat Sumatra pada abad ke-17. Aceh menempatkan panglimanya di Inderapura dan mengontrol perdagangan lada di wilayah tersebut. Pengaruh Aceh mulai melemah setelah kematian Sultan Iskandar Muda pada tahun 1636, tetapi pada saat yang sama, ancaman baru datang dari Belanda (VOC) yang mulai memasuki wilayah tersebut. VOC menandatangani perjanjian dengan Inderapura untuk memonopoli perdagangan lada dan emas, namun kehadiran Belanda juga memicu konflik internal dalam kerajaan.
Pada akhir abad ke-17, Inggris mulai menancapkan pengaruhnya di Sumatra, termasuk di Inderapura. Inggris mendukung Sultan Muhammadsyah, sementara Belanda mendukung Raja Adil dalam perebutan takhta kerajaan. Konflik antara kedua kekuatan kolonial ini melemahkan posisi Inderapura, dan pada tahun 1687, terjadi pemberontakan yang berujung pada mundurnya Inggris dari wilayah tersebut. Namun, tekanan dari Belanda semakin meningkat dan pada tahun 1701, rakyat Inderapura menyerbu kantor VOC, yang kemudian dibalas dengan serangan besar-besaran dari Belanda. Serangan ini menghancurkan perkebunan lada dan memaksa keluarga kerajaan melarikan diri.
Pada tahun 1792, serangan terakhir dari Belanda mengakhiri riwayat Kerajaan Inderapura. Raja terakhir, Raja Pesisir, melarikan diri ke Muko-Muko di bawah perlindungan Inggris dan akhirnya meninggal di sana pada tahun 1824. Setelah kekalahan dari Belanda, Inderapura kehilangan kedaulatannya dan menjadi bagian dari administrasi kolonial. Pada tahun 1825, cucu Sultan Pesisir, Marah Yahya, diangkat sebagai Tuanku Regen Inderapura oleh Belanda, tetapi pengaruh kerajaan ini terus melemah. Pada tahun 1911, regen terakhir dipensiunkan, menandai berakhirnya Kesultanan Inderapura secara resmi.
Meskipun telah runtuh, Kesultanan Inderapura meninggalkan warisan budaya dan sejarah yang penting. Beberapa peninggalan fisik seperti makam raja-raja Inderapura dan puing-puing istana masih dapat ditemukan di wilayah Pesisir Selatan. Selain itu, Inderapura juga menjadi bukti bagaimana perdagangan internasional di masa lalu berperan dalam membentuk politik dan ekonomi di wilayah Sumatra. Kejayaan dan kejatuhannya mengajarkan pentingnya persatuan dan kewaspadaan terhadap intervensi asing yang dapat mengancam kedaulatan suatu bangsa.
Kerajaan Inderapura tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Minangkabau dan Sumatra Barat. Dengan memahami sejarahnya, kita dapat lebih menghargai warisan budaya yang telah ditinggalkan serta menjadikannya sebagai pelajaran bagi generasi mendatang.
Editor : melatisan
Tag :#Sejarah #Kerajaan Inderapura
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
SIGINYANG SALUANG PAUH: MENJAGA WARISAN BUDAYA MINANGKABAU DI KOTA PADANG
-
GALA: GELAR ADAT YANG MENJADI IDENTITAS MASYARAKAT MINANGKABAU
-
PERAN IBU DAN MAMAK DALAM KELUARGA MINANGKABAU: MENGAPA AYAH HANYA TAMU?
-
SISTEM KEKERABATAN MATRILINEAL MINANGKABAU: MENGAPA LAKI-LAKI MENJADI PILAR KOMUNIKASI ANTAR SUKU?
-
PERAN HARIMAU NAN SALAPAN DALAM PERANG PADRI: KONFLIK YANG MENGUBAH MINANGKABAU
-
SAWAHLUNTO KOTA LAYAK ANAK DAN PENDAPATAN DAERAH
-
MEROSOTNYA KEPERCAYAAN PUBLIK TERHADAP POLRI: ANTARA "KEBAPERAN" DAN REFORMASI YANG DIPERLUKAN
-
TRADISI MAANTA PABUKOAN KE RUMAH MINTUO DI PESISIR SELATAN: WARISAN BUDAYA RAMADAN MINANGKABAU
-
TRADISI PACU KUDO: AJANG SILATURAHMI DAN TRADISI BERKUDA DI PAYAKUMBUH
-
MERAJUT KEBERSAMAAN DALAM KERAGAMAN: REFLEKSI DARI TADARUS PUISI & PAMERAN PUISI EKSPERIMENTAL