- Jumat, 2 September 2022
Pematung Ulet Ranah Minang, "Yusman" Membawa Nilai Kejuangan Nasional
Pematung Ulet Ranah Minang, "Yusman" Membawa Nilai Kejuangan Nasional
Oleh : Muharyadi
Jakarta (Minangsatu) - Siapa sangka "Yusman" seniman kelahiran desa kecil Suka Menanti, Pasaman, Sumatera Barat, 12 November 1964, menjadi pematung fenomenal yang mencatat rekor tersendiri di tanah air. Berkat kegigihan dan keuletan menekuni dunia seni patung membuat namanya melambung tinggi di jajaran seniman seni rupa Indonesia, khususnya dunia seni patung.
Ia bukan hanya ulet dan gigih berkarya melahirkan karya-karya terbaik, tapi juga mampu menerobos beragam dinding birokrasi pemerintahan untuk menjadikan karya monumentalnya sebagai representasi simbol perjuangan para pahlawan tanah air di berbagai daerah dan provinsi di tanah air.
Sebagaimana dapat ditelisik dalam dua kali pameran tunggal sebelumnya, Yusman oleh Kurator A. Sudjud Dartando dalam pameran tunggal "Menandai Indonesia" 32 tahun Yusman berkarya 2017 disebutkan, ikut membangun identitas nasional.
Mengingat karya-karya Yusman dalam sejarah seni patung nasional perlu ditempatkan secara khusus dalam mata rantai seni patung Indonesia dengan menautkannya melalui kiprah sang maestro Edhi Soenaraso sebagai ikon kuat dalam perancangan patung peringatan monumental, kiprah Yusman dapat ditempatkan ke dalam satu tarikan sejarah yang berbeda konteks waktu. Bahkan kata A. Sudjud, sebagai pematung yang mencetak rekor membuat diorama terpanjang di tanah air, sosok Yusman tergolong fenomenal.
Secara ideologis karya Yusman akan terus diingat seiring dengan fluktuasi spirit patriotisme, dimana kini tengah mendapat tantangan serius. Kekuatan karya Yusman sangat ditentukan oleh sejauh mana orang mengingat patung-patung peringatannya dan kadar nasionalisme masyarakat.
Beralasan jika pada pameran tunggal ke tiga kali ini di galeri nasional (1 sd 30 September 2022) bagi Yusman merupakan momen tersendiri perjalanannya selama ini dalam ranah seni patung Indonesia. Betapa tidak, dalam catatan kita pameran ini diselenggarakan untuk memaknai jejak perjuangan Jenderal besar Sudirman pada generasi muda dan publik melalui tampilan tidak kurang 35 judul dari 40an patung figuratif dan nonfiguratif, serta maket monumen, dan relief.
Sebagaimana dilansir melalui Kepala Galeri Nasional (GNI) Jakarta, Pustanto ; “pameran ini dapat mengundang publik untuk mengingatkan kembali memori kolektif kita terhadap sosok Jenderal Sudirman yang sangat berjasa dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Bagi Yusman sendiri alumni SMSR Negeri Padang (1985) dan ISI Yogyakarta (1994) ini salah satu bentuk apresiasi sebagai salah seorang pematung Indonesia yang piawai dan tetap konsisten, yang berdedikasi dan berkonstribusi besar terhadap seni patung Indonesia sejak hampir empat dekade terakhir di tanah air.
Dari catatan sejarah yang berhasil kita himpun ; sejak ribuan tahun silam, seni patung telah dijumpai pada banyak daerah dan lokasi di muka bumi ini diantaranya terdapat di museum, taman-taman kota dan tempat umum lainnya. Dalam perjalanannya, seni patung terus mengalami perubahan dan perkembangan, patung telah memiliki bentuk dan jenis patung yang sangat beragam. Dan melihat seni patung tentulah harus ditinjau dan dibedakan berdasarkan bentuk, fungsi, ukuran, bahan hingga proses perwujudannya menjadi karya seni.
Penampilan karya seni patung pada kepemimpinan Soekarno - presiden RI pertama - dan era sesudahnya terutama patung monumental di tempat-tempat umum atau ruang publik dengan beragam bentuk figuratif maupun non figuratif telah menjadi pemandangan umum di tanah air. Tentu ada alasan tersendiri, karena selain dapat memperindah nuansa ruang terbuka juga memiliki nilai-nilai estetika tersendiri. Apalagi monumen yang menggambarkan nilai-nilai perjuangan, selain bernilai estetika, juga memuat persoalan peristiwa dan sejarah bagi republik ini.
Karena itu pulalah sederetan patung Jenderal Sudirman yang dengan bentuk sosok Sudirman memakai jubah, tongkat dan keris dan lainnya ini sebagai adegan yang terjadi dalam perjalanan gerilya jenderal Sidirman dengan pasukannya merupakan wujud kecintaan pematung "urang awak" akan peristiwa bersejarah di negeri ini. Juga merupakan taruhan bagi Yusman yang selama ini cinta terhadap para pejuang untuk kemudian dalam karya seni di negeri ini.
“Saya ingin mengajak para generasi muda dan masyarakat luas untuk lebih mengenal sejarah bangsa sekaligus mengenal sosok-sosok pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia sekaligus untuk memupuk jiwa nasionalisme dan patriotisme dalam mencintai bangsa terutama generasi muda tidak akan menjadi generasi yang tuna sejarah," urai Yusman.
Hal yang terpenting bagaimana pun Yusman, anak kedelapan dari sembilan bersaudara buah perkawinan H. A Menan (ayah) dan HJ. Salamah (keduanya almarhum) tentulah ingin memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara ini melalui wawasan kolaborasi antara seni patung dan bidang sosial lainnya secara visual berbentuk berbentuk seni patung dengan nilai sejarah tinggi. Konten pameran memberikan wawasan dan pengetahuan pada pemangku kepentingan untuk memberikan ruang bagi seni dalam tata kota maupun perencanaan pembangunan berwawasan lingkungan bermuatan sejarah dengan seperangkat nilai-nilai di dalamnya sebagaimana tersirat pada pamerannya kali ini.
Tag :#Pematung yusman #pameran tunggal #Galeri nasional #Panglima besar #Jenderal sudirman
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
SURGA TERSEMBUNYI SUMATERA BARAT, PESONA ALAM YANG JARANG DIJAMAH
-
KAN JAHO DINILAI TIM PROVINSI
-
MAHASISWA KKN UNAND AJAK SISWA SD DI LUBUK TAROK, KABUPATEN SIJUNJUNG HIDUP BERSIH DAN SEHAT
-
MAHASISWA KKN UNAND ADAKAN SOSIALISASI PEMBUATAN PUPUK KOMPOS DI LUBUK TAROK, SIJUNJUNG
-
PROGRAM APOCIL (APOTEKER CILIK): PENTINGNYA EDUKASI PENGGUNAAN OBAT SEJAK DINI
-
AJARAN DAN KARAKTER DALAM PERMAINAN ANAK
-
ATASI TRAUMA PASCA BENCANA DENGAN BERMAIN
-
SURGA TERSEMBUNYI SUMATERA BARAT, PESONA ALAM YANG JARANG DIJAMAH
-
JULUKAN
-
PERMAINAN MINANGKABAU,TRADISI YANG HIDUP