HOME LANGKAN TAMBO

  • Selasa, 31 Desember 2024

Pasumayan Koto Batu: Menggali Sejarah Kerajaan Pertama Minangkabau

 Kerajaan Minangkabau
Kerajaan Minangkabau

Pasumayan Koto Batu: Menggali Sejarah Kerajaan Pertama Minangkabau

Oleh : Andika Putra Wardana

Dalam sejarah Minangkabau, kerajaan Pasumayan Koto Batu adalah kerajaan pertama di Sumatera Barat. Kerajaan ini menciptakan budaya, adat, dan tradisi lokal. Karena sumber sejarah yang tersedia sebagian besar berupa tambo atau cerita lisan, mendapatkan informasi tentang kerajaan ini membutuhkan pendekatan yang teliti dan kritis.

Situs Pasumayan Koto Batu terletak di wilayah yang sekarang disebut Pariangan Padang Panjang, di lereng Gunung Marapi. Lokasi ini memiliki arti strategis dan simbolis. Lereng Gunung Marapi adalah tempat yang ideal untuk pertanian dan kehidupan masyarakat. Gunung ini juga dianggap suci karena menjadi pusat spiritual orang Minangkabau. Meskipun tidak ada batas yang jelas, kerajaan ini menguasai wilayah di sekitar gunung. Pemerintahannya berpusat di Pariangan, yang kemudian menjadi tempat orang Minangkabau berasal.

Sri Maharajo Dirajo adalah raja pertama kerajaan ini, memerintah bersama permaisurinya, Puti Indo Jolito. Mereka membentuk fondasi pemerintahan yang kuat bersama. Sri Maharajo Dirajo digambarkan sebagai seorang raja yang bijak dan berwibawa. Datuk Suri Dirajo, yang juga berfungsi sebagai penasihat utama dalam struktur pemerintahan kerajaan, mengambil alih takhta setelah Sri Maharajo Dirajo meninggal. Kerajaan ini mengadopsi Undang-Undang Simumbang Jatuh, yang terdiri dari dua bagian Si Gamak-gamak dan Si Lamo-lamo. Selain memberikan dasar keadilan kepada masyarakat, hukum ini memberi penguasa wewenang penuh untuk menetapkan hukuman.

Pasumayan Koto Batu memiliki struktur sosial yang berbeda dari yang lain. Tempat-tempat sidang seperti Balai Saruang, Balai Nan Panjang, Balai Pasujian, dan Balai Kaciak menunjukkan sistem pemerintahan berbasis musyawarah. Semua balai ini digunakan untuk berbicara tentang urusan kerajaan dan membuat keputusan. Selain pemerintahan, prinsip adat Minangkabau berakar pada masa Pasumayan Koto Batu. Dua tokoh penting, Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang, yang berasal dari generasi penerus kerajaan, memainkan peran penting dalam membentuk sistem adat yang sekarang dikenal sebagai Koto Piliang dan Bodi Caniago.

Warisan dan Pengaruh

Budaya Minangkabau berasal dari Kerajaan Pasumayan Koto Batu. Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang, dua penerus utama kerajaan ini, mendirikan kerajaan baru setelah runtuh. Kerajaan Bungo Setangkai di Sungai Tarab dan Dusun Tuo di Lima Kaum menunjukkan kelangsungan tradisi dan sistem adat yang telah ada sejak masa Pasumayan Koto Batu. Hingga saat ini, struktur masyarakat Minangkabau didasarkan pada sistem adat Koto Piliang, yang aristokratis, dan Bodi Caniago, yang demokratis. Kedua kebiasaan ini menunjukkan keterkaitan antara nilai-nilai egaliter dan kepemimpinan berbasis hierarki.

Meskipun keberadaan Kerajaan Pasumayan Koto Batu masih menjadi bahan perdebatan di kalangan sejarawan, nilai-nilai yang diwariskan kerajaan ini tidak diragukan lagi membentuk identitas masyarakat Minangkabau. Dari sistem hukum hingga tradisi musyawarah, semua menunjukkan keunikan peradaban yang dibangun oleh leluhur mereka.

Kerajaan Pasumayan Koto Batu menceritakan kisah masa lalu masyarakat Minangkabau dan cara mereka memahami identitas dan prinsip mereka. Menggali sejarah kerajaan ini adalah upaya untuk menciptakan hubungan antara masa kini dan masa lalu dan memastikan bahwa legenda tentang kebesaran leluhur tetap hidup di hati orang. Pasumayan Koto Batu menunjukkan bahwa peradaban Minangkabau telah menjadi salah satu yang paling kaya dan berakar dalam di Indonesia selama bertahun-tahun.


Wartawan : Andika Putra Wardana
Editor : melatisan

Tag :#Kerajaan #Minangkabau

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com