HOME OPINI FEATURE

  • Minggu, 28 November 2021

Pameran Matrilini: Membungkus Realita Masyarakat Dan Fenomena Alam Dalam Bahasa Visual Iconik

Karya Romi Sarwani, Hegemoni, 120x120cm, akrilik, 2021, pada pameran bertajuk Icon di ruang galeri Taman Budaya Sumatera Barat, Padang, November 2021.
Karya Romi Sarwani, Hegemoni, 120x120cm, akrilik, 2021, pada pameran bertajuk Icon di ruang galeri Taman Budaya Sumatera Barat, Padang, November 2021.

Pameran Matrilini: Membungkus Realita Masyarakat dan Fenomena Alam dalam Bahasa Visual Iconik

Catatan : Muharyadi

 

Perupa Romi Sarwani pada karyanya Hegemoni, 120x120cm, akrilik, 2021 bertutur secara simbolik perihal pengaruh pucuk pimpinan dalam masyarakat yang dikemas secara visual dalam ranah estetik. Lihat bentuk segitiga yang di atasnya terletak deta simbol pimpinan terlihat sebagai dominasi kekuatan atas suatu kelompok atau orang banyak. 

Karya Romi ini juga memberi tanda-tanda memungkinkan manusia berfikir, atau berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh manusia itu atas suatu tahta yang cukup berpengaruh bahkan menjadi kekuatan. Karya ini bukan hanya menarik tapi mampu menghipnotis dan memukau mata pengunjung, pada pameran bertajuk "Icon" di ruang galeri Taman Budaya Sumatera Barat, Jalan Diponegoro, 31, Padang sejak 22 sampai 29 November 2021.

Karya Alexis berjudul "Artefak" Wood and stainless, 100x15x60 cm, 2021 dan Nasrul Palapa "Gadang Bungkuih Indak Barisi", 9 karya bervarisai, keramik besi, 200x100x100 cm, 2021 merupakan dua diantara puluhan karya perupa yang cukup menarik pada pameran bertajuk "Icon" di ruang galeri Taman Budaya Sumatera Barat, Jalan Diponegoro, 31, Padang sejak 22 sampai 29 November 2021.

Kedua perupa bertutur menjadi sarana komunikasi atau tanda yang memungkinkan publik berfikir, berdilog dengan apa yang ada di alam dengan segala fenomenanya melalui icon karya tiga dimensional berbungkus peristiwa sehari-hari yang dialami manusia bahkan fenomena alam sekitar manusia itu berada.

Artefak karya Alexis dapat dilihat sebagai benda bersejarah berupa "tempat parutan kelapa" tempo dulu yang digunakan masyarakat yang disebut "kukuran" untuk memarut kelapa sebelum diremas kemudian menghasilkan santan yang kini semakin sulit ditemui.

Ketertarikan perupa ini tentu beralasan, karena benda ini tak lagi ditemui di rumah-rumah penduduk atau bahkan jarang dimanfaatkan karena tergantikan tenologi mesin. Karya ini bukan hanya menarik, tetapi juga unik bermuatan seperangkat nilai-nilai.

Perupa Nasrul Palapa melalui karyanya berjudul "Gadang Bungkuih Indak Barisi", 9 karya bervarisai, keramik besi, 200x100x100 cm, 2021 turut memberi isyarat secara visual dalam ranah estetis. Simbol karyanya menggambarkan seseorang di tengah-tengah masyarakat yang berlagak sombong bahkan angkuh yang biasanya orang seperti tidak memiliki rasa malu dalam tataran nilai-nilai budaya. Karya ini disimbolkan melalui 9 karya yang bervariasi dan menarik untuk ditelusuri lebih jauh dan lebih dalam.

Secara umum dapat ditelusuri sejumlah karya pada pameran bertajuk Icon mirip dengan objek yang diwakilinya dan memiliki ciri-ciri sama dengan apa dilihat dan diamati para perupa. Tetapi Icon tidak memerlukan kesepakatan dalam memaknainya, dimana setiap obyek atau gambar bahkan mungkin karya tiga dimensi terlihat mewakili sesuatu obyek yang direpresentaikan kepermukaan dalam visual rupa ranah estetik.

Sejumlah karya-karya lain juga tak kalah mernarik ditampilkan belasan perupa diantaranya perupa Alberto, Alex Fitra, Alza Adrizon, Angga Deja Kurniawan, Ardianto, Benny Saputra, Defianto, Dika Adrian, Erlangga, Ferdian Ondira Asa, Hendra Sardi, Herisman Tojes, Hidayat, Irwandi, Ismed Sajo, Roni Sarwani, Syahrial Yayan, Yasrul Sami dan lainnya yang dikuratori Iswandi dan Osmulyadi.






Tag :#Karya#Pameran Icon#Taman Budaya#Sumbar

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com