HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Kamis, 26 Oktober 2023

Paguyuban Kelompok Seni Tradisi Saluang Dendang

Lindawati
Lindawati

Paguyuban Kelompok Seni Tradisi Saluang Dendang

Oleh: Lindawati

Pendiri “BIJO”, saudari Jawahir, S.S., sudah lama berkecimpung dalam kegiatan seni tradisi Minangkabau sehingga sudah lama dikenal masyarakat kepiawaiannya. Sejak dari di bangku kuliah sampai sekarang, beliau tampil berdendang diiringi seorang pesaluang. Di Radio Susi FM tahun 2007 sampai tahun 2012, beliau membawakan acara pantun balega. Di RRI Padang, membawakan acara Kato Bajawek dalam Pantun (2012-20115). Di Balai Pelestarian Kebudayaan di Sumatra Barat, beliau menjadi Instrukrur Seni Tradisi. Sementara, di Balai Bahasa Padang, Dra Jawahir menjadi juri tetap pada pemilihan duta bahasa tingkat Sumatra Barat. Bahkan, sekarang, dia sudah didaulat menjadi pembicara pada diskusi yang diselenggarakan oleh organisasi perempuan Minangkabau mancanegara yang bernama “Mandeh Minang Mancanegara (3-M)”, yang dulunya bernama “Bundokanduang Mancanergara”.

Apa-apa yang dikerjakannya selama ini tak ada satupun dokumennya. Tak ada yang dapat diuploaa ke youtube. Sebagai pihak (kelompok) yang diundang pada berbagai kegiatan, bagaimana bisa mereka mendokumentasikan pertunjukannya sendiri. Dokumentasi yang ada pada pengundang tentu untuk kepentingan pengundang. Mereka juga segan untuk meminta. Hal itu dikarenakan manajemen yang mereka pakai adalah manajemen tukang pangkeh abuak ‘tukang cukur’. Apa-apa dikerjakan sendiri, bernego sendiri, mempersiapkan sendiri, melaksanakan sendiri, dan menerima upah sendiri. Dulu,  pernah ada  canel “Saluang Dendang Mendunia” tetapi sekarang canel itu tidak lagi dibawah kekuasaan mereka. Yang menguasai sudah orang lain. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka, pegiat seni tradisi Minangkabau itu sekarang sudah pada tua,  ‘gagap teknologi’ lagi umumnya.  

Menyadari akan umur yang beranjak tua, mereka risau dengan masa depan. Kalau sudah tidak diundang lagi, dengan apa mereka akan hidup. Berbekal kerisauan bersama itu, Jawahir mengumpulkan teman-temannya pada tanggal 14 Oktober 2023 di markas BIJO. Saat itu dibahas rencana untuk membangun komunitas  SALUANG DENDANG se kota Padang. Hadir saat itu kira-kira 20 orang pegiat, pemerhati, dan penikmat saluang dendang. Saat itu juga hadir tim pengabdian dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas  beserta pengasuh budaya dari Dinas Kebudayaan Bapak Suhendri. Kepada kami, mereka sampaikan kecemasan, keluhan, dan harapan. Mereka berharap ada pihak yang memberi perhatian dan membersamai para seniman tradisi menghadapi dan menjawab tantangan yang mereka hadapi. Mereka para seniman tradisi terkhusus seniman Saluan Dendang malam itu berkumpul untuk membentuk paguyuban.

Menanggapi apa yang dikeluhkan para seninan Saluang Dendang itu, Pak Suhendri merespon dan memberi masukan. Beliau menyatakan bahwa memang perlu ada ada peguyuban  seniman tradisi khusus seniman Saluan Dendang. Mereka di situ bisa berbagi pengalaman, merencanakan apa yang harus dilakukan untuk mengahadapi masalah yang mereka hadapi. Pak Suhendri memberi masukan agar kegiatan mereka  ke depan dimanej dengan baik. Mereka perlu melibatkan anak muda yang melek teknologi.  Tidak maslah anak muda yang dilibatkan adalah anak-anak atau saudara para seniman saluang dendang itu sendiri.  Manajemen diperlukan untuk mengatur bagaimana orang-orang yang terlibat dalam sebuah kelompok  saluang dendang bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Bagaimana membagi tugas dan tanggung jawab. Siapa mengerjakan apa, itu harus jelas pengaturannya.

Anak muda yang melek teknologi diharapkan bisa membuat rekaman yang baik dan bagus untuk kemudian menayangkan di media sosial seperti YOUTUBE. Kalau kegiatan mereka dikemas dengan baik tentu bisa diharapkan banyak penontonnya dan kalau banyak peneonton, tentu ada cuannya. Semoga Aamiin.


Tag :#Opini #Didaktika #Minangsatu

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com