- Minggu, 5 September 2021
Motif Ukiran Istano Pagaruyung Cermin Nilai Luhur Bangsa
Oleh : Chandra Antoni
Melestarikan warisan budaya merupakan upaya benteng budaya terhadap pengaruh budaya negatif dari luar yang demikian cepat datangnya sebagai akibat arus komunikasi global yang sekarang sedang melanda dunia ini.
Bentengi budaya dari budaya negatif dari luar. Arus komunikasi global yang begitu deras melanda dunia saat sekarang ini. Melestarikan warisan budaya merupakan upaya dalam membentengi diri.
Ragam Hias Ukiran Tradisional Minangkabau, dalam Rumah Gadang di Sumatera Barat adalah bentuk kekayaan material. Motif ukirannya mencerminkan nilai luhur bangsa.
Salah satu bangunan peninggalan sejarah Indonesia yang menggunakan ukiran tradisional Minangkabau adalah Istana Baso Pagaruyung di Batusangkar, Sumatera Barat.
Dengan proses pembuatan ukiran yang mahal menjadi salah satu faktor menyebabkan kebudayaan ini sudah mulai banyak ditinggalkan.
Ukiran dalam Istana Baso Pagaruyung dipakai dalam lima bagian yaitu singok (atap), pintu, ventilasi,
langit-langit, dan kaki istana.
Simbolis ukiran Minangkabau mencerminkan kehidupan sehari-sehari masyarakat Minangkabau yang dituangkan dalam sebuah pituah Minangkabau.
Pituah-pituah tersebut mempunyai dua makna tafsiran yaitu denotatif dan konotatif, sehingga secara simbolis ukiran yang dibuat menyampaikan pesan yang tersirat dan tidak tersirat bagi setiap orang yang melihatnya, serta menjadikan sarana mendidik dan menegur masyarakat Minangkabau.
Ukiran-ukiran yang digunakan merupakan gambaran keadaan alam sekitar, seperti tumbuhan, binatang, benda, dan manusia.
Ukiran tersebut sesuai dengan falsafah hidup suku Minangkabau, alam takambang jadi guru.
Jika diartikan secara bebas, falsafah hidup tersebut menunjukkan bahwa alam merupakan medium pengajaran yang penting bagi suku Minangkabau.
Jika dilihat dari segi fungsional, motif ragam hias ukiran tidak hanya memiliki fungsi sebagai penghias, melainkan juga sebagai pengungkapan jiwa seni seseorang dan sebagai media pendidikan terhadap anak kemenakan.
Azrial (1995:8) dalam bukunya “Keterampilan Tradisional Minangkabau” mengemukakan bahwa ukiran tradisional Minangkabau adalah gambaran ragam hias timbul, yang tercipta dari kreasi seni orang Minangkabau dengan jalan mengorek bagian tertentu dari permukaan sebuah benda, sehingga membentuk suatu kesatuan ragam hias yang indah dan harmoni, yang biasanya juga mengandung makna tertentu.
Ragam hias ukiran tradisional yang digunakan dalam Rumah Gadang Minangkabau bervariasi jumlahnya
tergantung kedudukannya dalam suku.
Masing-masing jenis ukiran mengandung makna tersendiri yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Minangkabau.
Secara keseluruhan, makna yang terkandung merupakan pedoman bagi masyarakat suku Minangkabau dalam menjalankan kehidupan.
Makna ukiran tersebut bahkan dikuatkan dengan penggunaan ungkapan atau kata-kata adat.
Salah satu Rumah Gadang yang terkenal mewah dan megah dari dulu hingga sekarang adalah Istano Basa
Pagaruyung atau lebih sering dikenal dengan Istana Pagaruyung yang terletak di kecamatan Tanjung Emas, kota Batusangkar, kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.*
Tag :#pagaruyung
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
PERKEMBANGAN TERKINI PENGGUNAAN BIG DATA DI SISTEM E-GOVERNMENT
-
MERASA PALING HEBAT, JANGAN MAIN LABRAK SAJA
-
PEMANFAATAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK E-GOVERNMENT
-
ANGGOTA DEWAN JANGAN SEKADAR JADI TUKANG SALUR PROYEK
-
PERKEMBANGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
-
PERKEMBANGAN TERKINI PENGGUNAAN BIG DATA DI SISTEM E-GOVERNMENT
-
MERASA PALING HEBAT, JANGAN MAIN LABRAK SAJA
-
KALA NOFI CANDRA MENEBUS JANJI KE TANAH SUCI
-
PEMANFAATAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK E-GOVERNMENT
-
ANGGOTA DEWAN JANGAN SEKADAR JADI TUKANG SALUR PROYEK