- Kamis, 13 Maret 2025
Merajut Kebersamaan Dalam Keragaman: Refleksi Dari Tadarus Puisi & Pameran Puisi Eksperimental

Merajut Kebersamaan dalam Keragaman: Refleksi dari Tadarus Puisi & Pameran Puisi Eksperimental
Oleh: Viktoria Aso (Mahasiswi UKWMS)
Puisi adalah ruang kebebasan, tempat suara-suara hati berpendar tanpa batas. Ia lahir dari pengalaman, pergulatan batin, dan kepekaan terhadap kehidupan. Dalam setiap lariknya, puisi mampu menyampaikan pesan yang lebih dalam dari sekadar kata-kata. Hal ini terasa begitu nyata dalam acara Tadarus Puisi & Pameran Puisi Eksperimental yang digelar oleh Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) Kampus Madiun. Acara yang menghadirkan mahasiswa, dosen, dan tokoh sastra ini menjadi momentum berharga dalam merajut kebersamaan dalam keberagaman melalui sastra.
Di tengah dunia yang semakin penuh dengan perbedaan pendapat, sastra hadir sebagai jembatan yang menghubungkan berbagai perspektif. Puisi, sebagai salah satu cabang sastra, memiliki kekuatan untuk menciptakan ruang dialog yang lebih intim dan mendalam. Dalam acara ini, kehadiran komunitas Gusdurian Madiun dan sastrawan Fileski Walidha Tanjung menjadi bukti bahwa sastra bukan hanya milik akademisi, tetapi juga masyarakat luas. Dengan latar belakang yang beragam, setiap individu membawa sudut pandang tersendiri yang kemudian menyatu dalam satu panggung ekspresi bersama.
Salah satu momen yang menggugah dalam acara ini adalah pembacaan puisi oleh Dr. Ardi Wina Saputra, dosen sekaligus penggagas acara, yang membawakan puisi Ramadan Malam Lebaran karya Sitor Situmorang. Pilihan puisi ini terasa begitu relevan dengan semangat Ramadan yang penuh refleksi dan kebersamaan. Lebih dari sekadar membacakan, beliau juga menekankan bagaimana sastra dapat menjadi alat untuk menanamkan nilai toleransi dan kemanusiaan di tengah masyarakat yang semakin beragam.
Fileski Walidha Tanjung juga menekankan pentingnya puisi sebagai media refleksi dan penyampaian gagasan. Ia melihat acara ini sebagai ruang kreatif yang tidak hanya mendorong mahasiswa untuk berekspresi, tetapi juga memperkuat ekosistem sastra di Madiun. Apresiasi ini mengingatkan kita bahwa literasi bukan sekadar tentang membaca dan menulis, tetapi juga tentang membangun kesadaran kolektif dan membuka ruang dialog yang lebih luas.
![]() |
Keterlibatan dosen dalam acara ini juga memberikan inspirasi tersendiri. Partisipasi Dr. Gregoria Ariyanti, Arielia Yustisiana, dan Wenny Wijayanti dalam pembacaan puisi menunjukkan bahwa sastra tidak mengenal sekat keilmuan. Bahkan di antara disiplin ilmu yang berbeda, puisi tetap dapat menyatukan berbagai pemikiran dan emosi dalam satu ruang yang sama. Hal ini menjadi bukti bahwa sastra bukan hanya untuk mereka yang bergelut di bidang bahasa dan sastra, tetapi juga bagi siapa saja yang memiliki keresahan dan keinginan untuk menyampaikan sesuatu.
Acara ini mengajarkan banyak hal, terutama tentang bagaimana seni dapat menjadi medium untuk membangun pemahaman dan empati. Puisi yang dipamerkan dalam bentuk eksperimental juga menunjukkan bahwa kreativitas tidak memiliki batasan. Eksperimen visual berbasis diksi yang ditampilkan oleh mahasiswa menjadi bentuk ekspresi yang unik dan segar, membuktikan bahwa puisi bisa berkembang mengikuti zaman tanpa kehilangan esensinya.
Di era digital ini, ketika informasi beredar begitu cepat dan sering kali memicu polarisasi, keberadaan acara seperti Tadarus Puisi & Pameran Puisi Eksperimental menjadi oase yang menyejukkan. Sastra mengajarkan kita untuk mendengar, memahami, dan merasakan lebih dalam. Ia tidak menghakimi, tetapi mengajak kita untuk melihat dunia dengan perspektif yang lebih luas dan penuh kasih.
Harapannya, acara seperti ini bisa terus berlanjut dan menjadi tradisi yang memperkaya dunia kepenulisan dan sastra di Madiun. Lebih dari sekadar perayaan kata-kata, acara ini adalah perayaan kebersamaan dalam keberagaman, tempat di mana setiap suara menemukan ruangnya, dan setiap hati menemukan resonansinya dalam bait-bait puisi.
![]() |
Dalam acara ini, Fileski membacakan puisi karyanya yang berjudul
“Sungai yang Tersesat”
Aku pernah menjadi sungai besar,
mengalir deras seperti urat nadi bumi,
tapi aku tersesat,
di lorong-lorong beton,
di sempitnya belukar pemukiman,
di dada yang sesak tanpa oksigen.
Aku mengetuk pintu rumah-rumah,
yang bukan milikku,
dengan tangan yang gemetar,
menyeret jendela, merobek pintu,
sebab aku mencari jalanku.
Aku bukan tamu yang sopan,
aku datang membawa amarah,
dan reruntuhan doa yang tak didengar.
Dulu, aku penyembuh dahaga ladang-ladang,
kini aku hanya teriakan malam,
menggulung lampu-lampu kota,
mengubur nyawa ke dalam lumpur,
membasuh sejarah dengan kesedihan.
Salahkah aku,
jika aku menuntut jalan pulang?
2025
Haris Saputra koordinator Gusdurian juga membacakan puisi karya Fileski:
“Benih-Benih Yang Berpuasa”
Lihatlah benih di dalam tanah,
ia tidak memaksa dirinya tumbuh,
ia menunggu, menahan,
ia percaya pada sang waktu.
Puasa adalah tanah yang mengajari benih
untuk merasakan lapar,
agar nanti ia tahu betapa manisnya hujan.
Kita adalah benih-benih kecil
yang ditanam di ladang takdir,
menunggu saatnya berbuka
untuk mekar di bawah lindungan cahayanya.
2025
Tag :#Puisi #Madiun
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
WASPADA, MODUS PENIPUAN M-BANKING SEMAKIN CANGGIH, BANK NAGARI DAN OJK BERIKAN 11 TIPS KEAMANAN
-
MENIKMATI KOPI DENGAN KONSEP SLOWBAR DI KURI SLOWBAR 195
-
RUTE BARU WINGS AIR KE MENTAWAI: AKSES LEBIH MUDAH, PARIWISATA DAN EKONOMI KIAN BERKEMBANG
-
IN MEMORIAM DR.H.M.RAFLES, M.SI GURU BERKHARISMA TINGGI ITU TELAH TIADA
-
PCNO, PENGABDIAN DAN KISRUH ORGANISASI
-
SAWAHLUNTO KOTA LAYAK ANAK DAN PENDAPATAN DAERAH
-
MEROSOTNYA KEPERCAYAAN PUBLIK TERHADAP POLRI: ANTARA "KEBAPERAN" DAN REFORMASI YANG DIPERLUKAN
-
TRADISI MAANTA PABUKOAN KE RUMAH MINTUO DI PESISIR SELATAN: WARISAN BUDAYA RAMADAN MINANGKABAU
-
TRADISI PACU KUDO: AJANG SILATURAHMI DAN TRADISI BERKUDA DI PAYAKUMBUH
-
MERAJUT KEBERSAMAAN DALAM KERAGAMAN: REFLEKSI DARI TADARUS PUISI & PAMERAN PUISI EKSPERIMENTAL