HOME KESEHATAN KOTA PADANG

  • Sabtu, 17 Oktober 2020

Lebih Sepuluh Ribu Positif Covid-19 Di Sumbar, Pakar Epidemiologi Sarankan Semi Lockdown Dan Edukasi Masif

Defriman Djafri, S.K.M., M.K.M., Ph.D
Defriman Djafri, S.K.M., M.K.M., Ph.D

Padang (Minangsatu) - Berdasarkan catatan dari laman resmi Pemprov Sumatera Barat, kasus konfirmasi positif Covid-19 mengalami peningkatan tajam. Hingga hari ini, Sabtu (17/10) total kasusnya sementara mencapai 10.654 dengan penambahan 360 kasus dari 3.656 spesimen yang diperiksa.

Menanggapi hal tersebut, Pakar Epidemiologi sekaligus Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas (FKM Unand) Defriman Djafri, S.K.M., M.K.M., P.hD. menyarankan penerapan semi lockdown dan edukasi masif mengenai kesehatan untuk upaya pengendalian.

“Kalau dari segi epidemiologi yang perlu dipertimbangkan ialah semi lockdown. Karena memang jika dibuat secara luas, daerah-daerah dengan mobilitas tidak terlalu banyak dapat sedikit diperlonggar. Tetapi di dalam pandemi, terkadang kita tidak bisa bicara wilayah administratif seperti itu sebab orang akan bergerak dari wilyah satu ke wilayah lainnya. Ya makanya kalau mau satu pulau saja, Sumatera”, tuturnya memaparkan.

Lebih lanjut disampaikan bahwa dalam menyelamatkan nyawa, setiap pihak harus berhati-hati dan pemerintah harus melakukan analisis secara komprehensif. Jika tidak, skenario herd immunity sangat mungkin terjadi dan menginfeksi orang hingga menyentuh angka 70% atau 80%.

Meskipun Sumatera Barat sudah memiliki komponen mumpuni yaitu testing, tidak cukup untuk diandalkan sebagai pengendalian. Komponen-komponen lain patut dievaluasi dan turut diperhatikan. Apakah sudah seimbang antara testing dengan tracking, tracing, isolasi, dan promosi literasi? Hal itu menjadi bagian dari serangkaian upaya yang sedapat mungkin direncanakan dengan baik.

Adanya testing secara masif tentu akan menangkap banyak kasus yang sebelumnya tidak terlihat di permukaan. Oleh karena itu, perlu indikator-indikator yang dinilai untuk memastikan kasus Covid-19 masih terkendali atau tidak.

Jika dipandang melalui salah satu parameternya yakni angka reproduksi efektif (Rt), sampai sekarang angka penularan tidak pernah lagi dikatakan terkendali karena tidak pernah di bawah 1. “Jelas bukti saat ini menunjukkan kita tidak cukup mengandalkan testing saja sebagai pengendalian, kita juga harus melakukan tracing dengan benar supaya dapat melindungi orang lain agar tidak tertular. Bukan berarti mengetahui jumlah kasus, tetapi penularannya sudah terjadi. Itu sama saja tidak terkendali atau tidak memutus mata rantai”, tambahnya.

Terlebih jika testing dilakukan terhadap orang-orang yang berada di ujung masa inkubasi infeksi. Tadinya sudah menularkan ke orang lain, tetapi baru terdeteksi dua atau tiga hari setelah ia sembuh. Padahal semestinya di dalam testing dan tracing memutus mata rantai, deteksi diketahui sejak awal ketika masa-masa infeksius tersebut delapan hari pertama.

Terakhir, kepada masyarakat, ia berpesan agar senantiasa menyelamatkan nyawa masing-masing. “Ingatkan keluarga kita, tetangga kita, teman kita, sanak saudara bahwa Covid-19 ini nyata. Sebab bagaimanapun, mencegah lebih baik daripada terinfeksi yang risiko ke depannya ialah lembah kematian.”


Wartawan : Sabrina Fadilah Az-zahra
Editor : susi

Tag :#KasusCovidSumbar #PakarEpidemiologi #SemiLockdown #EdukasiMasif #Padang

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com