HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Minggu, 26 November 2023

Guru Di Hari Guru

Opini Bahren
Opini Bahren

Guru di Hari Guru

Oleh: Bahren*

Sehari baru berlalu peringatan hari guru pada tanggal 25 November yang lalu. Peringatan yang diadakan rutin di setiap tahun oleh instansi pemerintah mulai dari tingkat nasional hingga di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Ada beberapa info dan berita yang sering dikabari ketika peringatan hari bersejarah bagi guru tersebut diantara info itu tentunya yang berkaitan dengan jumlah dan formasi penerimaan guru PNS maupun PPPK. Seperti dilansir oleh Asisten Deputi Perancangan Jabatan, Perencanaan, dan Pengadaan Sumber Daya Manusia Aparatur KemenPAN-RB bahwa Formasi PPPK Guru 2023 total tenaga honorer mencapai 2.355.092 orang, dari jumlah itu, 731.524 adalah guru. Adapun jumlah alokasi dan formasi PPPK Guru 2023 instansi daerah hanya 296.084, dari kebutuhan yang mencapai 580.202. dari data itu terlihat bahwa masih ada sekitar 300 ribuan tenaga honorer (guru) lagi yang belum akan mendapat jatah untuk diangkat menjadi PPPK tahun ini, ditambah dengan jumlah lulusan baru calon guru yang juga akan segera mencari pekerjaan sebagai guru. Hal ini sepertinya sudah menjadi berita dan kabar setiap tahunnya dikala memperingati hari guru.

Tapi, pernahkah kita sedikit melihat dan memperhatikan beberapa hal yang mestinya dipersembahkan bagi guru. Biasanya layaknya orang yang memperingati hari lahir atau berulang tahun. Guru yang biasanya kita panggil dan sebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Pada masa-masa ulang tahunnya justru semuanya mesti dikerjakan oleh sang pahlawan. Ketika ada kegiatan upacara misalnya sudah selayaknya lah para siswanya yang telah berhasil dan sukses datang ke sekolahnya untuk mengadakan dan menjadi pelaksana upacara, bukan Ibu dan Bapak guru yang sibuk latihan untuk menjadi pengibar dan penggerek bendera. Murid dan siswanya justru di liburkan atau disuruh ikut dalam upacara. Bu.kankah dalam kenyataan bahwa yang berulang tahun seharusnya diperlakukan sebagai seorang raja atau ratu? Mereka biasanya menikmati acara yang dibuatkan untuknya.

Tidak hanya iu, di hari guru, para guru selain mendapatkan beberapa karangan bunga dengan ucapan selamat hari guru, atau beberapa tangkai bunga plastik dari siswa-siswa yang memang ada niat semenjak beberapa hari sebelumnya ingin mempersembahkan bunga bagi gurunya. Guru malah sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuto berbagai lomba yang diadakannya sendiri, dengan dalih dari kita untuk kita. Mestinya semua kegiatan itu diinisiasi oleh murid-muridnya dan dipersembahkan bagi guru-guru mereka yang selama ini telah mendidik dan mengajari mereka tentang berbagai hal. Pata guru pada hari bahagianya itu dijadikan sebagai penonton dan penikmat karya para siswa dan alumninya sehingga apa yang telah dikerjakannya selama ini memang berkesan bagi para siswanya.

Tidak hanya itu, guru di hari guru mestinya tidak lagi menjadi ajang uji coba berbagai kebijakan dalam dunia pendidikan. Guru disibukkan dengan hal-hal yang lebih bersifat administrtif dari pada yang substantif mengenai pengajaran. Guru menjadi bulan-bulanan pryek kurikulum yang senantiasa berubah, belum lagi selesai dan tuntas melaksanakan sebuah kebijakan kurikulum, para guru telah diberi lagi beban lain untuk melaksanakan kurikulum yang baru. Akankah ini akan selalu begitu, guru dijadikan sebagai ajang pelaksana proyek yang tidak berkesudahan terutama proyek kurikulum yang bisa berubah dalam masa yang sangat singkat.. padahal efektif atau tidaknya sebuah kurikulum biasanya dilihat setelah lima tahun berjalan. Semoga hari guru tahun depan lebih memberi arti dan makna lagi bagi para guru. Selamat hari guru yang telah lewat sehari buat para guru ku.    

           *Dosen Sastra Minangkabau Fakultas Ilmu Budaya Unand


Tag :#Opini #Didaktika #Minangsatu

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com