HOME OPINI FEATURE

  • Senin, 20 Februari 2023

Faldo Saupar; Tentang Sorong, Nasi Padang, Dan Gelar Magister Di UGM

Faldo Saupar (Kiri) dan Bayu Pamungkas (kanan/reporter Minangsatu)
Faldo Saupar (Kiri) dan Bayu Pamungkas (kanan/reporter Minangsatu)

Yogyakarta (Minangsatu) - Mendung sedang berat, menjelang hujan turun. Jogja sedang adem-ademnya. Begitu suasana saat saya hendak makan siang di Rumah Makan Sabana Murah 3 UGM, Jl. Kaliurang, Km. 4.5, Yogyakarta, Senin (20/02). 

Pulang dari masjid Taqwa usai salat Dzuhur, pekan ke dua di Jogja, saya belum merubah pilihan tempat makan. RM Sabana Murah di utara kampus UGM ini, senada dengan namanya, begitu 'reasonable'. 

Mulai dari rasanya yang khas 'urang awak', ternyata racikan masakan Minang memang sesuai lidah masyarakat seluruh tanah air. Terbukti, saya melihat sudah bermacam ragam orang yang makan disini.

Saya tau beragam dari bahasa yang mereka pakai saat bercengkrama kala makan. Bahasa Jawa tentu paling dominan, pernah juga saya dengar bahasa Batak, bahasa Indonesia logat Papua. Juga saya mendengar bahasa yang belum saya dengar sebelumnya. Bahkan, saya juga sering melihat 'bule' makan disini. Tapi selain racikan, tentu tarif adalah hal yang diperhitungkan mahasiswa. Ya, disini bersahabat. 

Makan siang hari ini, berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Setelah saya mengambil sepiring nasi dan lauk, saya melihat seorang laki-laki sedang memejamkan mata untuk beberapa saat sebelum makan. Mungkin dia sedang berdoa, dan tentu saja ini mencuri perhatian saya. 

Kemudian saya sengaja duduk di dekatnya, hanya saja beda meja. Setelah suapan pertama, saya senyum dan menyapanya. Dia membalas sapaan, akhirnya saya meminta izin untuk makan satu meja dengannya. 

Tanpa basa-basi, saya tanya dia tinggal dimana dan asal. Dia bilang dari Sorong, Papua. Sambil menikmati masakan Minang, kamipun bertukar nama. 

Panggilannya Faldo. Saya sempat berpikir, Rifaldo Salampessy, mantan pemain Timnas dan Persipura Jayapura. Tapi bukan. Lengkapnya Faldo Saupar. Saupar adalah marga. 

Sejak 2016, Faldo setia makan di Rumah makan Minang ini. Karena memang, hidangannya memanjakan lidah, selaras dengan selera yang menyinggahinya. Kemudian entah apa kalimat saya berikutnya, sampailah kami di pembahasan tentang jalan Faldo yang luar biasa dalam menempuh pendidikan. 

Baru tamat SMP, pada tahun 2013, Faldo kabur dari Sorong ke Boyolali. Faldo ikut salah seorang perantau, dan tanpa izin orang tua. Karena kata Faldo kalau dia izin, orang tuanya tak akan mengizinkan. 

Faldo kecil sudah punya nyali yang besar dan rencana yang matang. Ia ikut ke Boyolali, membawa berkas lengkap; KK, ijazah, SKHU SMP. Faldo belum punya KTP waktu itu. 

Sampai di Boyolali, ia mendaftar di SMKN 1 Boyolali. Berhasil lulus seleksi, dan menamatkan sekolahnya dengan beasiswa. Selama di sekolah, Faldo tinggal di asrama sekolah yang disediakan pihak sekolah untuk anak yang berprestasi dan jauh dari orang tua. Faldo salah satunya. 

Tapi, tak sesingkat itu tentunya. Faldo hidup di Boyolali tanpa keluarga, dan tak punya kendaraan untuk mobilitas aktifitas hariannya. Sering ia berjalan kaki sejauh 1 sampai 2 Km, untuk keperluan-keperluannya. Namun Faldo tak pernah patah semangat. 

Selama masa sekolah juga, berkali-kali ia di hubungi orang tuanya agar pulang saja ke Sorong, hidup bersama orang tua. Faldo tetap bertahan. Ia tidak mau pulang, karena ingin selalu mencoba hal baru dan tak mau terpengaruh rasa malas. 

Tamat sekolah, Faldo kembali diminta untuk pulang. Orang tuanya menunggu di Sorong. Tapi Faldo tak berniat pulang sedikitpun. Faldo ingin terus melanjutkan pendidikan. Dan akhirnya dengan segenap kegigihan, pada tahun 2016, Faldo berhasil menjadi salah satu mahasiswa di jurusan Teknik Industri Pertanian, UGM. 

Di bangku S1, Faldo juga mendapatkan beasiswa. Namun nominal yang ia terima tidak dapat menutupi semua kebutuhannya. Di luar jam kuliah, Faldo bekerja di salah satu perusahaan ekspedisi. Perjuangan Faldo menjalani masa pendidikan tidak mudah. Itulah sebabnya Faldo sedikit telat menyelesaikan studinya. 

Tapi meski begitu, ternyata Faldo tak henti dengan impiannya. Putra Sorong ini kembali memutuskan untuk melanjutkan pendidikan. Faldo pun sudah terdaftar sebagai mahasiswa pascasarjana di jurusan Teknik Pertanian, UGM. Hanya saja ia sedang menunda studi, karena sedang mengikuti rangkaian seleksi beasiswa. 

Faldo sudah berhasil memberi 'surprise' untuk orang tuanya. Berangkat tanpa izin, tamat sekolah, berhasil meraih gelar sarjana, dan sekarang sedang menempuh pendidikan strata 2. Namun meski begitu, pastilah doa orang tua menyertainya. Dari panjang jalannya hidup Faldo kita belajar esensi pantang menyerah. 

Hampir tiga puluh menit kami bercengkrama, akrab seperti lama. Saya dan Faldo pun bertukar kontak, kalau-kalau nanti ada waktu bercerita kembali. Kami tuntaskan urusan dengan kasir, dan pulang dengan jabat tangan hangat. 

Begitulah, dan memang siapapun adalah guru, dan di manapun adalah sekolah.

 

 


Tag :#minangsatu #papua #nasipadang #ugm

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com