HOME SOSIAL BUDAYA KOTA SAWAHLUNTO
- Kamis, 2 September 2021
BPNB Sumbar Kenalkan Generasi Muda Tentang Sejarah Dan Budaya Sawahlunto Kota Heritage UNESCO
Sawahlunto (Minangsatu)- Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumbar menggelar kegiatan edukasi pelestarian nilai budaya dengan tema "Menelusuri Jejak Budaya di Jalur Rempah Sawahlunto" di Hotel Inna Ombilin Heritage Sawahlunto, Rabu (1/9)
Kegiatan ini diikuti 40 peserta utusan berbagai kelompok dan komunitas di Sumatera Barat. Selain pemberian materi oleh narasumber, peserta juga mengunjungi situs situs sejarah tambang Ombilin dan sejumlah obyek wisata di Kota Sawahlunto.
Wakil Walikota Sawahlunto Zohirin Sayuti dalam sambutannya mengatakan Kota Sawahlunto adalah kota sejarah dan kota budaya. Kota sejarah tambang Ombilin, tambang batubara pertama di Indonesia," jelasnya
Batubara merupakan bahan bakar utama industri dan manufaktur pada masa itu. Sumber Daya Alam tak terbarukan, energi Batubara sampai saat masih menjadi bahan bakar utama pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik negara.
Pembukaan tambang batubara Ombilin berdampak luas terhadap lingkungan sosial dan pertumbuhan ekonomi. Kota Sawahlunto dengan cepat tumbuh menjadi sebuah kota industri dengan peradaban modern. Emas hitam di perut bumi menjadi incaran banyak negara maju di Eropa. Negara negara penjajah seperti Inggris dan Perancis mengirimkan tim ekspedisi mereka untuk mencari dan menemukan cadangan emas hitam perut bumi terutama di negara jajahan mereka.
Hasil produksi tambang Ombilin menjadi penghasil devisa bagi pemerintah kolonial. Negera Kerajaan Belanda melalui Gubernur Hindia Belanda secara besar besar menanamkan modal dan investasi di wilayah Sumatera Barat untuk mendukung produktivitas tambang ombiin.
Pembangunan pelabuhan Teluk Bayur dan pembangunan konektifitas jalur Kereta Api dari Tambang Ombilin Sawahlunto menuju Pelabuhan Teluk Bayur sepanjang 90 Kilometer adalah proyek investasi besar masa itu.
Mega proyek saat itu banyak memperkerjakan tenaga kerja asing, khususnya dari negara Eropa. Menurut cacatan sejarah, sekitar 500 pekerja asing tinggal dan menetap di Kota Sawahlunto. Banyak diantara mereka tidak sempat pulang ke negaranya lalu sakit dan meninggal dunia. Mereka dimakamkan di Kherkoff, sebuah komplek pemakaman Belanda di daerah Lubang Panjang, Kota Sawahlunto.
Tidak hanya pekerja asing, warga pribumi dengan suku bangsa tanah ada di Sawahlunto. Dulunya mereka datang selain menjadi buruh tambang, mereka mengisi lowongan pekerjaan sipil pemerintahan seperti tenaga medis rumah sakit, guru, polisi , sipir dan lainnya. Selain itu, pedagang dan penjual jasa lainnya umumnya berasal dari keturunan Tionghoa
Berbagai ragam suku bangsa dan budaya mudah dijumpai dalam suatu lingkungan masyarakat. Suku Batak, Bugis, Jawa, Sunda, Ambon dan Papua semua ada di Kota Sawahlunto. Mereka sejak lama telah hidup berdampingan dengan rukun dan damai.
Zohirin mengatakan, Kota Sawahlunto sangat tepat dijadikan tempat edukasi sejarah kota tambang dan pelestarian nilai nilai budaya khususnya untuk para generasi muda.
Mantan Sekdako Sawahlunto dua periode itu mengapresiasi dengan mengucapkan terima kasih kepada BPNB Sumatera Barat yang telah memilih Sawahlunto sebagai tempat pelaksanaan kegiatan acara. Zohirin mengatakan, pemerintah daerah sangat mendukung seluruh kegiatan sehingga sukses dari awal hingga akhir
"Materi dan kunjungan ke situs sejarah tambang Ombilin akan menambah pengetahuan dan wawasan mereka para generasi muda. Sebagai generasi penerus bangsa ini mereka harus kenal sejarah dan budaya bangsa sendiri, khususnya Kota Sawahlunto, " pungkas Zohirin Sayuti
Peserta kegiatan ini wajib mengikuti penyampaian materi oleh masing masing narasumber. Kepala Dinas Kebudayaan, Permuseuman dan Peninggalan Bersejarah (DKP2B) Kota Sawahlunto, Hilmet, S.Pt. MM menjadi narasumber materi dengan tema Kota Sawahlunto sebagai Kota Warisan Budaya Dunia Dan Sebagai Pusat Bahan Bakar Transportasi Pembawa Rempah Dunia.
Dr. Sudarman, MA memberikan materi dengan tema Sawahlunto Sebagai Penunjang Utama Transportasi Jalur Rempah Dalam Historis. Selanjutnya Yose Hendra, SS, MA dengan tema Akulturasi Rasa Budaya di Sawahlunto.
Asep Kambali pemateri dengan judul Edukasi Jalur Rempah, kemudian Fatris MF dengan tema Memotret dan Memvisualisasikan Kota Sawahlunto Sebagai Bahan Edukasi Jalur Rempah.
Selanjutnya Bayu Harianto dengan tema Strategi Publikasi Dari Objek Wisata Budaya dan Sejarah. Sementara, Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat, Indri mengatakan, dalam kunjungan ke situs sejarah dan obyek wisata semua peserta harus membuat laporan dan mempresentasikannya.
"Saat berada di objek wisata peserta diminta menampilkan pantomim tentang rempah dan budaya di objek wisata yang dikunjungi,"
Sebelumnya, kegiatan pelestarian nilai budaya ini dibuka secara daring oleh Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dan Pendidikan Tinggi, Dr. Restu Gunawan, M.Hum. Kegiatan ini menerapkan protokol kesehatan (Prokes) ketat. Seluruh peserta wajib menunjukkan bukti Swab Antigen dengan hasil non reaktif.*
Editor : Benk123
Tag :#sawahlunto
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
YAYASAN KEMALA BHAYANGKARI BERSAMA TK KEMALA BHAYANGKARI 17 SAWAHLUNTO BERBAGI TAKJIL
-
FORUM PENYELAMATAN OLAHRAGA KOTA SAWAHLUNTO GELAR BUKA BERSAMA
-
DEKLARASI KEBANGSAAN DI KOTA SAWAHLUNTO JUNJUNG TINGGI KOMITMEN KEBANGSAAN
-
PERINGATI HARI IBU, GOW KOTA SAWAHLUNTO GELAR BAKTI SOSIAL
-
GELANGGANG ARANG: ANAK NAGARI RAYAKAN WARISAN BUDAYA DUNIA SAWAHLUNTO HERITAGE UNESCO
-
TOXIC, CATATAN HENDRY CH BANGUN
-
MAJU PILKADA, JULIA IKHTIAR MENJAWAB KEALPAAN SELAMA INI
-
MENEMBUS BATAS WAKTU: PERAN FILOLOGI DALAM MELESTARIKAN WARISAN BUDAYA DAN MENERANGI MASA DEPAN
-
MEMANUSIAKAN MANUSIA: KUNCI KEBANGKITAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA
-
LEBARAN, LIBURAN DAN KEMACETAN