- Senin, 8 Januari 2024
Generasi Muda Indonesia Dalam Genggaman Gadget?
Generasi Muda Indonesia Dalam Genggaman Gadget?
Oleh: Lara Aprilia
Anak muda menggenggam gadget atau anak muda dalam genggaman gadget? Pertanyaan yang masuk akal untuk ditanyakan meski fakta aktifitas memperlihatkan gadget yang digenggam anak muda. Dalam kaidah bahasa fenomena ini dikenal dengan kalimat aktif dan kalimat pasif. Sejatinya gadget yang berlaku pasif namun tanpa disadari benda tersebut beraksi aktif.
Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Mari kita lihat beberapa hasil penelitian dan data yang dirilis oleh pihak terkait yang teruji. Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan penggunaan gadget atau smartphone mencapai 167 juta orang atau 89% dari total populasi Indonesia. Data ini mencerminkan penetrasi yang sangat tinggi di berbagai kelompok usia. Hasil survei menunjukkan bahwa masyarakat pada rentang usia 20-29 tahun memiliki kepemilikan smartphone yang signifikan.
Selain itu, laporan dari GoodStats juga menunjukkan bahwa pertumbuhan penggunaan smartphone di dunia mencapai 5,3 miliar pada Juli 2022. Sementara itu Alvara Research Center pada tahun 2022 menyebutkan Generasi Z lebih menggandrungi internet ketimbang kelompok usia lainnya di Indonesia. Hal itu terlihat dari banyaknynya generasi Z yang masuk dalam kategori pengguna yang kecanduan (addicted user) dengan durasi akses internet lebih dari tujuh jam sehari. Peneliti menjelaskan ada 34% responden dari generasi tersebut yang menjadi addicted user. Rinciannya, sebanyak 20,9% menggunakan internet 7-10 jam sehari, 5,1% sebanyak 11-13 jam sehari, dan 8% mencapai di atas 13 jam sehari.
Nah, sekarang mulai jelas kiranya bahwa memang ‘gadget’ yang menggenggam generasi bangsa. Gen Z tak bisa lepas dari gadget. Gadget membuat penggunanya kecanduan dan ketergantungan atau nomophobia (no mobile phobia), Beberapa faktor disinyalir menjadi pemicu terjadinya fenomena ‘nomophobia’, diantaranya kemudahan akses ke internet, harga perangkat yang semakin terjangkau, dan pertumbuhan ekosistem aplikasi yang menarik bagi pengguna.
Gadget memang pisau bermata dua. Sebagai sumber informasi dan ‘main tools’ dalam menyelesaikan pekerjaan di era sekarang, benda ini juga dapat menimbulkan dampak negatif pada kesehatan mental dan fisik penggunanya. Beberapa dampak negatif tersebut antara lain adalah meningkatkan risiko depresi, gangguan kecemasan, kecanduan, gangguan tidur, gangguan penglihatan, gangguan postur tubuh, sulit fokus, kepribadian bipolar, psikosis, dan perilaku bermasalah lainnya.
Pakar teknologi menawarkan beberapa solusi untuk mengatasi dampak negatif penggunaan teknologi, seperti pengguna smartphone Android disarankan untuk membatasi waktu penggunaannya agar tidak berlebihan, terdapat aplikasi pengingat yang dapat membantu pengguna smartphone Android untuk membatasi waktu penggunaannya, menggunakan fitur pengatur waktu.
Dilansir dari Bisnis Style yang ditulis oleh Nur Faizah Albahriyatul Baqiroh, ada tiga metode terapi mengatasi kecanduan gadget, yaitu Cognitive Behavior Therapy (CBT), Motivational Interview (MI), dan Terapi Perilaku .
Cognitive Behavior Therapy (CBT) digunakan untuk memodifikasi pikiran-pikiran negatif agar dapat disubstitusi dengan pola pikir yang lebih positif. Sementara itu, Motivational Interview (MI) lebih cocok bagi pasien para remaja dan dewasa muda. Mengingat pengambilan keputusan (otonomi) dalam terapi sepenuhnya ada di tangan pasien.
Metode Terapi Perilaku dilakukan dengan cara memodifikasi lingkungan guna menurunkan motivasi pasien untuk menghambat ketergantungannya. Salah satu contohnya, untuk pasien yang kecanduan gadget dan internet, perlu membuat rule, misalnya menggunakan gadget hanya di area keluarga atau tidak ada wifi di kamar.
Pada akhirnya, melihat fenomena gadget bukanlah PR guru di sekolah saja atau orang tua di rumah. Ini adalah PR bangsa, karena tidak bisa dipungkiri hancurnya generasi bangsa saat ini akan menjadi penghambat tercapainya Indonesia Emas. Sudah saatnya pemerintah dan legislator duduk bersama mencari siasat agar penggunaan gadget atau smartphone menjadin isu nasional yang harus dicarikan jalan keluarnya.
(*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Andalas)
Tag :#minangsatu #opini #gadget
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
PERMAINAN MINANGKABAU,TRADISI YANG HIDUP
-
SISTEM KEKERABATAN MATRILINEAL MINANGKABAU YANG TETAP BERTAHAN DI ERA MODERN
-
MARI KITA BANGUN KOTA INI TANPA PERLU TERLALU TERGANTUNG KEPADA PARTAI POLITIK, OLEH : MIKO KAMAL
-
PASCAPUTUSAN MK NO.60/PUU-XXII/2024, TERBUKA KOCOK ULANG POLITIK DI PADANG, CATATAN MIKO KAMAL
-
MELAWAN KEDAULATAN RAKYAT YANG DIMAIN-MAINKAN
-
EFISIENSI DAN INOVASI DI ERA DIGITAL PEMANFAATAN APLIKASI SISTEM CERDAS PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI
-
MEMBANGUN BUDAYA PENULISAN BUKU: PERAN AKTIF DOSEN DAN STRATEGI UNIVERSITAS DALAM PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
-
AJARAN DAN KARAKTER DALAM PERMAINAN ANAK
-
ATASI TRAUMA PASCA BENCANA DENGAN BERMAIN
-
SURGA TERSEMBUNYI SUMATERA BARAT, PESONA ALAM YANG JARANG DIJAMAH