HOME SOSIAL BUDAYA KABUPATEN AGAM

  • Minggu, 31 Juli 2022

Yayasan Sako Mangumpuekan Nan Taserak: Manyilau Nagari Parik Panjang- Matua Di Luhak Agam

Silaturrahmi Pengurus Yayasan Sako Minangkabau dan Ninik Mamak serta Bundo Kanduang Nagari Parik Panjang, Matua Luhak Agam 30-31 Juli 2022.
Silaturrahmi Pengurus Yayasan Sako Minangkabau dan Ninik Mamak serta Bundo Kanduang Nagari Parik Panjang, Matua Luhak Agam 30-31 Juli 2022.

Agam (Minangsatu) - Dalam rangka menjalankan prinsip yayasan, yakni ‘mangumpuakan nan taserak, manjapuik nan tingga, maramu nan lapuak, mameloki nan rusak, meingekkan nan lupo, dan mangganoki nan kurang’ Pengurus Yayasan SAKO (Saiyo Sajalan Sakato) Minangkabau memulai kegiatan dengan manyilau Nagari Parik Panjang-Matua Luhak Agam pada 30-31 Juli 2022. 

Demikian disampaikan Hanafi Zein Sutan Bagindo kepada Minangsatu di sela-sela silaturrahmi pengurus yayasan tersebut dengan KAN Nagari Parik Panjang di Matua Agam. 

Lebih jauh, Ketua Harian Yayasan Sako Minangkabau tersebut menjelaskan bahwa misi yang diemban oleh yayasan SAKO adalah (1) menghidupkan kembali dan merevitalisasi lembaga-lambaga pendidikan dan pembinaan masyarakat, yang bercirikan alam Minangkabau, seperti: Surau, Padepokan, dan Pendidikan Berketerampilan.
Misi berikutnya (2) adalah Merevitalisasi tatanan masyarakat dan lembaga adat dan budaya Minangkabau, dan (3) Menggerakkan seluruh potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM),  guna  mengembalikan kejayaan dan kemasyhuran Minangkabau, sehingga dapat berperan aktif dalam pergaulan dan mewarnai kehidupan masyarakat dunia, menuju kesejahteraan yang diridhai Allah Subhanahu Wata’ala.
Dalam kegiatan manyilau Nagari Parik Panjang-Matua Luhak Agam, pada Sabtu dan Minggu (30-31 Juli 2022) 17 Pengurus yayasan yang terdiri atas Ketua Harian, Sekretaris Umum, Pengawas, dan beberapa Ketua/ Anggota Bidang disambut oleh Ketua Karapatan Adat Nagari beserta jajaran pengurus dan anggota serta Bundo Kanduang nagari. 

Pada pertemuan yang bertempat di Ruang Sidang Kantor Wali Nagari Parik Panjang itu dilaksanakan ramah-tamah dan diskusi berkaitan dengan fenomena kemasyarakatan, adat, dan kebudayaan Minangkabau serta persoalan aktual yang dihadapi di Nagari. 

Pengurus Yayasan Sako dipandu oleh Afrianto Dt. Maninjun memberikan pencerahan dengan narasumber kompeten dari Yayasan Sako. 

Yulizal Yunus Dt. Rajo Bagindo yang sehari-hari berprofesi sebagai Dosen Fakultas Adab UIN Imam Bonjol Padang memantik diskusi dengan topik ABS SBK dalam konteks silaturrahim beradat. Menurutnya, implementasi ABS SBK terepresentasi pada konsep ‘basuku ka ibu banasab ka bapak’. Untuk meningkatkan kualitas beradat, sesuai dengan konsep ‘adat basandi syarak syarak basandi kitabullah’, maka para Ninik Mamak/ Pemangku Adat dan Bundo Kanduang harus sering mengadakan silaturrahmi adat agar anak kamanakan selalu terayomi dan terawasi. 

Pada sesi kedua, Januarisdi MLS Rio Mandaro yang mantan Kabid Jarahnitra Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat menyampaikan tentang ketinggian dan keistimewaan Adat atau Budaya Minangkabau di antara etnik dan bangsa di Indonesia. Konsep ‘adat basandi sayarak syarak basandi kitabullah’ secara faktual telah menjadi falsafah berbagai etnik di Nusantara, seperti Aceh, Melayu, Makassar, Gorontalo, dan lainnya. 

“Pada budaya Gorontalo, dikenal adanya konsep ‘adati hula-hulaa to saraa, saraa hula-hulaa to Kur'ani’ akan tetapi proses integrasi yang membuahkan sintesis ‘syarak mangato adat mamakai’ seperti di Minangkabau konon belum tercapai”, katanya. 

Hasanuddin Dt. Tan Patih, Dosen Sastra Minangkabau Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas mengupas tentang urgensi pendidikan muatan lokal adat Minangkabau bagi generasi muda. Berkaca kepada sejarah dan pengakuan lain etnik, Orang Minangkabau masa lalu adalah fakta kegemilangan empirik. 

“Pengakuan Jusuf Kalla (Mantan Wakil Preiden RI asal Makassar) bahwa tahun 1970-an di Jakarta, dari 10 masjid akan ditemukan 9 mubaligh/ khatib berasal dari Minangkabau, sekarang bahkan sulit menemukan yang sebaliknya (1 dari 10 khatib/ masjid). Apakah waktu itu (1970an) yang merantau adalah para ustadz? Jawabnya, ‘Tidak mungkin’!”.

“Jawabannya yang logis adalah bahwa pada saat itu, sebagai buah dari pendidikan Surau, setiap orang Minangkabau terampil berdakwah. Separewa-parewanya (parewa=preman) Anak Minangkabau, jika masuk waktu sholat, tidak ada muazin maka dia akan menyuarakan azan. Jika hendak sholat berjamaah ternyata tidak ada imam, maka dia mampu jadi imam. Bahkan, ketika sholat jumat ternyata khatib tidak ada, maka si Parewa itu akan tampil jadi khatib. Berpantang bagi Anak Minang, sekalipun dia parewa, sholat Jumat batal karena ketiadaan khatib”, katanya. 

“Demikian juga, tidak dapat dipungkiri, kalau orang Indonesia disuruh menyebutkan empat orang ‘the founding fathers of Indonesia’, maka orang akan menyebut Sukarno, Hatta, Sjahrir, dan Tan Malaka. Siapa mereka? Tiga dari keempat tokoh hebat itu adalah Putra Minangkabau. Mengapa bisa demikian, bukankah penduduk Minangkabau hanya 2-2,5% saja?”

Mantan Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas itu mensinyalir ada hipotesis bahwa para perantau Minangkabau yang membaur dengan masyarakat di perantauannya, berperan aktif dalam menggalang persatuan dalam perbedaan sehingga membuahkan Sumpah Pemuda dan Proklamasi Republik Indonesia 1945. Hal itu karena mereka toleran dan inklusif. 

“Filosofi ‘lain padang lain belalang-lain lubuk lain ikan, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung’ adalah refleksi bahwa Orang Minangkabau diajari oleh adatnya untuk menghayati sunnatullah perbedaan dan menghormati kebinekaan. Oleh sebab itu, mereka harus adaptif maka mustahil jika intoleran. Adat Minangkabau juga tidak mengajarkan sikap radikal karena menghayati bahwa manusia itu adalah makhluk mulia yang memiliki akal untuk menyelesaikan pertentangan melalui dialog, adu argumentasi, dan diplomasi sebagaimana digambarkan secara simbolik dalam Tambo Alam mereka”. 

“Jadi, konsep bhinekatunggalikaisme itu sangat mengakar justru pada Budaya Minangkabau. Adat yang bersumber dari filosofi ‘alam takambang jadi guru’ itu mengajarkan bahwa keindahan taman bunga itu ada pada keanekawarnaan bukan pada kesewarnaan”, jelas Ketua Perkumpulan Sarjana Budaya Bahasa Sastra Minangkabau itu. 

“Nilai-nilai luhur itulah yang mesti ditanamkan kepada generasi muda Minangkabau, baik dalam sistem pendidikan formal sekolah maupun informal dan nonformal. Pendidikan muatan lokal tersebut, harus dengan capaian pembelajaran yang terukur pada tiga dimensi, yakni: pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude)”, karena itu yang mengajarkannya tentu mesti kompeten lebih dulu”, tukasnya. 

Bundo Yapriati Piliang membagi pengalaman dalam mendirikan museum Rumah Panjang di batu Balang, Kabupaten 50 Koto. Berdasarkan romantika pengalaman yang dialami, Bundo mengajak dan memotifasi para ninik mamak dan bundo kanduang Nagari Parik Panjang untuk turut mengembangkan museum nagari sebagai wadah untuk menyimpan dan merawat aset budaya masa lalu karena hal itu sangat bermakna bagi nagari dalam konteks budaya dan pariwisata. Untuk implementasinya nanti, Bundo bersama Yayasan Sako Minangkabau siap mendampingi. Hal itu disambut sangat antusias oleh Ketua KAN Nagari Parik Laweh. 

AR Piliang Malin Marajo memberi motivasi bagaimana mengembangkan potensi nagari sebagai aset ekonomi, baik dari segi SDA seperti lahan pertanian, peternakan dan atau perikanan. Di samping itu juga potensi Sumber Daya Budaya untuk pemajuan kepariwisataan. Sebab, nagari Parik Panjang masih alami, potensi flora dan faunanya masih terawat, dan berada pada posisi strategis di antara Bukittinggi dan Maninjau.

Turut hadir dalam rombongan Tim Yayasan Sako adalah GG Datuk Parpatih, M. Damris Dt. Putiah; Suhaemi Dt Malano/ Katik Malano; Jefrizal Angku Janiah; Nasril Dt Basa Nan Balimo; Bundo Syofiarni; Bundo Nelly Pebriatmy; Bundo Nofyelni, SPd. dan Bundo Sepit Sugiarti Ningsih. Sementara dari Nagari Parik Panjang hadir ninik mamak dari tiga suku, yakni Sikumbang, Caniago, dan Tanjuang beserta Bundo Kanduang nagari.(*)


Wartawan : Hasanuddin Dt Tan Patih
Editor : Benk123

Tag :#agam

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com