- Kamis, 17 September 2020
Tiga Periode Binaan Semen Padang, Toko Pesona Minang Optimis Lalui Masa Sulit Akibat Wabah

Bukittinggi (Minangsatu) - Berbeda dengan toko-toko lain yang berjejer di sepanjang bibir ngarai Sianok Kota Bukittinggi, Toko Sulaman Pesona Minang tetap buka meskipun hampir tak ada pembeli yang singgah. Sejak wabah virus corona menyerang, romansa keramaian turis-turis yang berbelanja di tempat wisata ini jadi sebatas obrolan penikmat minum kopi. Terhitung sejak Maret 2020, pedagang di Taman Panorama nyaris tak ada yang "pacah talua".
Irfan Bandaro Kayo (47 tahun) dengan senyumnya yang khas menceritakan masa-masa bulan madunya berjualan sulaman dan suvenir di kawasan Taman Panorama.
"2008 sampai 2013 itu adalah masa jaya-jayanya pedagang berjualan di Taman Panorama ini. Termasuk Toko Pesona Minang yang saya kelola ini. Saat itu terasa betul nikmatnya berjualan di sini," jelas Bandaro Kayo sambil sesekali meneguk kopi hitam yang dihidangkannya.
Bagi Bandaro Kayo, berdagang adalah pilihan yang masuk akal baginya semenjak memutuskan "resign" dari pekerjaan semula sebagai staf di salah satu perguruan tinggi swasta di Bukittinggi.
"Saya melihat peluang awal 2000, dimana Kota Bukittinggi sedang hangat-hangatnya pengembangan wisata. Jumlah wisatawan meningkat setiap tahun, sayang kalau momen ini tidak saya manfaatkan," papar Bandaro yang sehari-hari juga aktif ikut pengajian di Masjid lingkungannya.
Layaknya usaha dagang kebanyakan, Toko Pesona Minang sempat mengalami penurunan penjualan. Memasuki awal 2014, Bandaro Kayo mulai kesulitan mengejar target penjualan. Meningkatkan variasi produk yang berdaya saing adalah sebuah keharusan. Intinya, saat itu Bandaro Kayo butuh pembiayaan dana dari pihak ketiga alias permodalan.
"Saya mulai dengan menawarkan permohonan pembiayaan kepada beberapa bank. Bank menyanggupi dengan syarat saya harus melampirkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Nah, disini ganjalannya. Posisi toko saya yang berada di bibir ngarai membuat saya kesulitan memperoleh SIUP. Alhasil, usaha untuk mendapatkan pembiayaan dari Bank gagal total," ulas Bandaro Kayo kepada Minangsatu, Selasa (25/9/2020).
Namun bukan Bandaro Kayo namanya kalau gampang patah arang. Berbekal beberapa kenalan di Dinas Koperindag Kota Bukittinggi, Bandaro Kayo mengadukan perihal kesulitannya tersebut. Dari Dinas Koperindag Bandaro Kayo bersama sembilan UMKM lainnya dibantu menyusun proposal binaan kepada PT. Semen Padang.
"Alhamdulillah, kami diundang PT. Semen Padang untuk menerima sosialisasi pembinaan UMKM. Alhamdulillah lagi delapan dari sepuluh proposal yang masuk diacc oleh PT. Semen Padang, salah satunya proposal Toko Pesona Minang," bebernya.
Bak gerimis di musim kemarau, program binaan dari PT. Semen Padang sungguh menjadi obat bagi Toko Pesona Minang. Sebagai perusahaan BUMN, PT. Semen Padang lebih realistis dalam memandang peluang usaha dari UMKM.
"Toko Pesona Minang memenuhi unsur-unsur yang disyaratkan oleh PT. Semen Padang. Alhamdulillah, 2014 adalah awal mula kerjasama dibangun dengan Perusahaan yang berlokasi di Indarung ini. Setelah itu penjualan saya kembali "on the track," ujar Bapak tiga anak ini..
Hingga 2020, Kayo panggilan akrab Bandaro Kayo berhasil meyakinkan PT. Semen Padang untuk selalu menjadi pendamping usaha Pesona Minang.
"Kita dibantu satu kali dua tahun. Alhamdulillah, semenjak 2014 hingga sekarang 2020 PT. Semen Padang tetap mempercayai Toko Pesona Minang dan yang luar biasa platform kita terus di-"up" oleh PT. Semen Padang. Suatu kepercayaan yang sangat berkah tentunya," kupasnya.
Sama halnya dengan usaha-usaha lain, kemunculan Wabah Covid 19 sangat menggoyahkan roda perekonomian Toko Pesona Minang.
"Ini seperti tamparan yang nyata bagi kami. Jangankan orang berbelanja, satupun turis nyaris tak ada meskipun hanya sekedar untuk melihat-lihat," papar Kayo.
Ditambahkan Kayo, posisi barisan pertokoan suvenir yang berada di pintu keluar Objek Wisata Panorama Lobang Jepang dianggap merugikan pemilik usaha.
"Riskan memang. Kami dari pihak pedagang sudah minta solusi ke Pemko, namun hingga saat ini belum ada tanggapan. Posisi toko kami yang berada dekat pintu keluar, ini akan sangat mempengaruhi daya beli pengunjung. Terlebih posisi tokopun berjarak dengan pintu keluar, artinya kecil kemungkinan pengunjung akan memutar arah ke toko kami," katanya.
Satu-satunya hal yang dilakukan Kayo saat ini adalah menjalin komunikasi dengan pelanggan. Berbekal kontak lewat what app, langganan banyak yang memesan barang kepada Toko Pesona Minang.
"Itulah hikmahnya. Jika kita menjalin komunikasi yang baik dengan pelanggan, sampai kapanpun mereka akan ingat kita. Karena di sini selain kekhasan produk, keramah-tamahanlah yang menjadi kunci kesetiaan pelanggan kepada kita," jelasnya.
Alhasil, selama wabah Covid 19 Berlangsung, Kayo masih bisa melakukan transaksi dengan pelanggan meskipun secara online.
"Yah, kami mengirimkan barang sesuai rekomendasi pelanggan. Nanti dari sanalah kita Terima pemasukkannya. Yang terpenting, Sulaman kita ini Etnik dan hanya ada satu di Bukittinggi. Tambah lagi, Kita dengan pelanggan sudah saling percaya. Itulah modal utama kita bertahan," ujar Kayo.
Sebelum tegukan kopi yang terakhirnya, Irfan Bandaro Kayo menitip terimakasih dan harapan kepada PT. Semen Padang.
"Terimakasih saya aturkan untuk segenap jajaran PT. Semen Padang. Alhamdulillah hingga saat ini kami bisa bertahan berkat binaan PT. Semen Padang. Semoga wabah ini cepat berlalu, sehingga kita bersama bisa menyusun rencana strategis pengembangan usaha ke depan," pungkas Bandaro Kayo.
Tag :#SemenPadang #TokoPesonaMinang #Sumbar
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
-
Mau Cuan, Buka Rekening Di BRI
-
Korupsi Kepala Daerah, Jalan Berbatu Mahkota Emas
-
Selangkah Lagi Kota Tambang Sawahlunto Jadi World Heritage
-
Berantas Hoaks Dan Berita Bohong, Apa Yang Perlu Dilakukan Masyarakat Dan Media?
-
PERBEDAAN PERAN DAN FUNGSI PEREMPUAN DI MINANGKABAU DAN MENTAWAI SUMATRA BARAT
-
Musik Minang Populer Yang Viral Di Media Sosial
-
REFLEKSI MATRILINEAL DALAM CERPEN DI JEMPUT MAMAK
-
Mitos Hari Api Di Tandikek
-
MERANTAU DALAM KARYA HAMKA