- Senin, 14 Januari 2019
Tak Berkabar

Tak Berkabar
Biasanya, laut begejolak karena angin atau gempa. Tapi kali ini di selat sumatera yang damai, engkau menumpahkan murkamu tak berkabar.
Tak seperti lazimnya, tanah menderu ke kaki bukit tanpa merekah.
Tak seperti biasa gempa silih berganti di nusantara seperti musimnya.
Tak peduli lagikah bumi akan murka-Mu, sehingga engkau luluh lantakkan Lombok, Sulawesi Tengah dan berbagai tempat di negeri kami?
Kami tak paham. Apakah itu peringatan, hukuman, ujian, atau apa?
Kami sibuk bertengkar membicarakannya. Bukan mengambil hikmahnya. Kami seperti orang paling mengerti tapi tak tau hakiki.
Negeri kami memang luar biasa, semua dipertengkarkan, semua didikotomikan, saling membenci. Semua diperkarakan bersama caci maki yang dikemas televisi secara rapi.
Banyak yang merasa bangga dengan itu, berdalih demokrasi subur di negeri ini.
Kami memang suka menilai apa saja, tak ada peristiwa yang lewat tanpa dicela, tapi umumnya merasa bahagia dengan membulinya, namun tak mau menghisab diri.
Negeri kami memang istimewa, orang sakitpun dicaci maki di media sosial. Melihat oang sakit bisa jadi buah kata, point citra supaya dipuja sebagai sosok peduli. Yang satu membanggakan kunjungannya dan yang lain mencelanya, lalu dayang dayangnya ikut komentar pula, memuja-muja, mencela-cela. Bukan malah mendoakan bagi kesembuhannya.
Kami mengaku bangsa beradab, tapi kami suka berdusta, saling curiga, saling tak percaya dan merasa paling sempurna. Merendahkan yang lainnya, menghinakan, membohongi, menzalimi dan menista, menjadi bagian hidup kami.
Ampuni kami ya Rabb. Karena engkau kelak akan menjemput kami satu persatu, atau bersama sama, juga tak berkabar. Seperti engkau tunjukkan di Anyer bebera pekan lalu. Dan setelah kami kelak pergi, kamipun tak bekabar lagi ke sini, karena sudah dalam genggaman engkau Yang Maha Suci, mempertanggungjawabkan semua laku kami.
Tag :kolomGF
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
DINAKHODAI ARISAL AZIZ, OPTIMISTIS MATAHARI KEMBALI BERSINAR TERANG DI SUMBAR
-
TRANSFORMASI PSIKOLOGI ANAK MELALUI PENDIDIKAN INKLUSIF DAN HUMANISTIK
-
MANARI DI LADANG URANG: ANTARA KEBEBASAN DAN KESADARAN SOSIAL DALAM BINGKAI KEARIFAN MINANGKABAU
-
BARA KATAJAM LADIANG,LABIAH TAJAM MULUIK MANUSIA: SEBUAH PRIBAHASA MINANGKABAU
-
BUKAN CUMA REBAHAN: CARA PRODUKTIF MENGISI LIBURAN SEMESTER
-
DINAKHODAI ARISAL AZIZ, OPTIMISTIS MATAHARI KEMBALI BERSINAR TERANG DI SUMBAR
-
TRANSFORMASI PSIKOLOGI ANAK MELALUI PENDIDIKAN INKLUSIF DAN HUMANISTIK
-
PSIKOLOGI HUMANISTIK PADA TOKOH YASUAKI YAMAMOTO DALAM NOVEL “TOTTO-CHAN GADIS KECIL DI PINGGIR JENDELA” KARYA TETSUKO KUROYANAGI
-
MANARI DI LADANG URANG: ANTARA KEBEBASAN DAN KESADARAN SOSIAL DALAM BINGKAI KEARIFAN MINANGKABAU
-
BARA KATAJAM LADIANG,LABIAH TAJAM MULUIK MANUSIA: SEBUAH PRIBAHASA MINANGKABAU