HOME SOSIAL BUDAYA KABUPATEN AGAM

  • Sabtu, 27 November 2021

Pelestarian Budaya, Dinas Kebudayaan Sumbar Gelar Silaturahmi Dan Diskusi Dengan Maha Guru Silek Pingian

Kegiatan diskusi antara guru Silek Pingian Nagari Sungai Dareh dengan pihak Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat di balai-balai Laman Tuo
Kegiatan diskusi antara guru Silek Pingian Nagari Sungai Dareh dengan pihak Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat di balai-balai Laman Tuo

Dharmasraya (Minangsatu)-- Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat gelar silaturahmi dan diskusi bersama maha guru Silek Pingian Rantau Batang Hari dalam rangka pelestarian warisan budaya dunia. 

Kegiatan bertemakan "Silek Pingian Dulu, Sekarang, dan Hari Esok," mulai pada hari 
dilaksanakan Jumat (26/11/21) hingga dua hari ke depan, di Laman Tuo, Kenagarian Sungai Dareh, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. 

Kegiatan tersebut, dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat diwakili Aprimas, S.Pd.,M.Pd. (Kepala Bidang Warisan Budaya dan Bahasa Minangkabau), Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dharmasraya Sutan Taufik, Wali Nagari Sungai Dareh Hendrianto, serta guru besar Silek Pingian Zainir Datuak Mangku, Edison Datuak Pucuak, serta Pandeka Sidik, Pendeka Sati, Pendeka Bungsu, dan para murid lainnya.

Kepala Bidang Warisan Budaya dan Bahasa Minangkabau, Aprimas, dalam kapasitasnya sebagai Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar menyebutkan, kegiatan pelestarian budaya Silek Pingian Nagari Sungai Dareh ini, digelar selama dua hari, di awali bersilaturahmi dengan maha guru Silek Pingian hingga diskusi. 

Dilanjutkan penampilan Silek Pingian, disambut dengan pagelaran seni budaya, hingga pemutaran film silek, dan terakhir akan dilakukan pameran hasil penelitian kajian kebudayaan. 

"Kegiatan ini bertujuan untuk menggali dan membangkitkan sejarah budaya lama, sehingga dapat di pahami bagi masyarakat saat sekarang, dan mampu di terima oleh generasi akan datang, seperti persatuan Silek Pingian Nagari Sungai Dareh ini yang sudah berumur lebih dari Satu Abad." sebut Aprimas. 

Menariknya lagi, Silek Pingian, selain mengandung ilmu kanuragan, juga sarat dengan ilmu agama. Artinya, selain mempelajari ilmu bela diri, juga lebih mengedepankan pembentukan akhlak.

Sesuai dengan sambutan Kadis Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat di bacakan Aprimas, bahwasanya Silek (Silat) di Minangkabau merupakan warisan budaya yang sangat tua, sama halnya dengan sastra di Minangkabau. Sejak dulu hingga sekarang hidup dan berkembang di tengah masyarakat Minangkabau dengan peran penting dalam kehidupan sosial masyarakat.

Dalam silek terkandung nilai-nilai kearifan, kependekaran, kejuangan, kejujuran, budi pekerti dan akhlak mulia. Sangat banyak aliran yang terdapat di berbagai daerah di Minangkabau (Sumatera Barat) termasuk Silek Pingian.

Pada tahun 2019 UNESCO telah menetapkan Pencak Silat (The Tradition of Pencak Silat) sebagai Warisan Budaya Dunia (Intangible Cultural Heritage of Humanity) 

Sebelumnya, pada tahun 2014, Silek Minangkabau sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia 
(Nasional). Penetapan ini merupakan langkah awal bagi kita untuk memberikan perhatian lebih dalam upaya pelestarian Silek atau secara nasional kita kenal dengan Pencak Silat.

Pencak Silat merupakan kekayaan budaya dan kearifan lokal yang perlu dilindungi dan dikembangkan agar mendapat manfaat dari kekayaan budaya tersebut. Silat merupakan seni bela diri tradisional dari Indonesia yang terkenal dan telah menyebar ke seluruh pelosok negeri bahkan ke luar negeri. Dalam pencak silat diajarkan untuk menjaga hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan alam. Sumatera Barat merupakan sumber Pencak Silat di Indonesia dengan banyak aliran dan jurus Silat (Silek). 

Silek merupakan salah satu tradisi di Sumatera Barat yang memilki aspek mental spiritual, pertahanan diri, seni, 
olahraga serta nilai makna dan filosofi, untuk itu perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, melalui Dinas Kebudayaan melaksanakan berbagai kegiatan Silek baik seminar, diskusi, festival maupun pergelaran/ penampilan silek.

Sejak tahun 2018 telah menyelenggarakan even silek level nasional melalui Platform Indonesiana Silek Art Festival (SAF) Kegiatan yang kita selenggarakan saat ini merupakan rangkaian dari pelstarian warisan budaya khususnya Silek Pangian yang biasanya secara rutin sering dilaselenggarakan Galanggang Silek Tradisi Bolek Laman Silek Pangian di Kenagarian Sungai Dareah. Ini merupakan salah satu upaya kita dalam melakukan pelindungan terhadap warisan budaya. 

"Kita sangat menghargai dan mengapresiasi perkumpulan Silek Pingian dengan tradisi khas secara turun temurun. Kedepan tentu kita berharap dapat kita melakukan tata kelola dengan baik terutama untuk even silek yang kita selenggarakan disini dengan melibatkan berbagai pihak, dan orang semakin mengenal kekayaan budaya tradisi kita ini,* paparnya. 

Ia juga menambahkan, semoga kegiatan pelestarian warisan budaya “Silek” ini dapat dilakukan secara rutin dan berkala karena sangat berguna dalam membangun pendidikan karakter kepada generasi penerus bangsa melalui silek.

Sementara itu, Edison Datuak Pucuak, salah seorang maha guru Silek Pingian memaparkan, bahwasanya Silek Pingian sudah menyebar di seluruh wilayah  sealiran sungai Batanghari. Bahkan, sudah sampai ke Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, dan Kuantan Singingi, Provinsi Riau.

Silek Pingian merupakan warisan leluhur anak nagari Sungai Dareh pada abad ke-19  yang di kembangkan oleh putra terbaik Nagari Sungai Dareh bernama Duli, dan H Moh Rasyid. Keduanya juga sempat menguasai Selangor Malaysia. Sehingga pada Abad ke-20., Dua orang putra terbaik Sungai Dareh itu, kembali ke kampung halaman. 

Setiba di kampung halaman, mereka berdua gencar mengajarkan ilmu kanuragan tersebut kepada sanak saudaranya. Karena ilmu kanuragan tersebut, berlandaskan agama Islam, serta dapat dihandalkan untuk menjaga diri, maka akhirnya berkembang semakin pesat. Bahkan berita keampuhan pembelaan diri anak Silek Pingian menyebar dari hulu dan kehilir Batanghari.

Sesuai perjalanan waktu, murid Silek Pingian Rantau Batanghari sudah mencapai Puluhan Ribu orang. Tersebar di Kampung Surau, Pulau Punjung, Sikabau, Koto Tuo, Siguntur, Sitiung, Sungai Duo, Koto Padang, Bonjol, Batu Rijal, Sipangkur, Silokek, Pulasan, Tebo, Simalidu, Tanjung, Teluk Lancang, Teluk Kayu Putih, serta Kuantan Singingi, dan Ibul.

Untuk mempelajari Silek Pingian, calon murid harus memenuhi syarat tertentu, berupa Satu bilah pisau, satu buah cincin terbuat dari besi putih, Celana hitam, ayam jantan, kain hitam panjang 2 meter, serta jeruk nipis guna untuk dimandikan kepada calon murid.

"Dalam latihan juga memiliki aturan tertentu, seperti tidak dibenarkan latihan pada Sabtu malam, serta Selasa malam. Namun waktu latihan yang tepat serta terbaik itu, dilaksanakan pada kamis malam," pungkasnya.

Sementara itu, Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan ikut hadir dalam acara puncak Baralek Laman Silek Pangian Rantau Batanghari Kamis (7/9). 

Dalam sambutannya, ia memberikan apresiasi kepada seluruh guru besar, dan murid Silek Pangian Rantau Batanghari, serta seluruh masyarakat Sungai Dareh, yang selalu mempertahankan tradisi dan budaya, secara turun temurun."Setelah melihat, penampilan serta kekompakan seluruh perguruan Silek Pangian Rantau batanghari ini, terbesit pula dihati saya untuk menjadi murid dari guru besar Datuak Mangku," sebut Bupati termuda se-Indonesia itu.

Ia juga berpesan, supaya perguruan Silek Pangian Rantau Batanghari ini, dapat dipertahankan. 
"Karena tradisi ini juga merupakan salah satu ikon budaya daerah, yang dapat mengangkat nama daerah," pungkasnya. 

??????


Wartawan : Syaiful Hanif
Editor : melatisan

Tag :#pelestarian Budaya #Silek Pingian

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com