HOME OPINI FEATURE

  • Rabu, 7 Desember 2022

Oleh-Oleh Porwanas Malang Itu Bernama 'Bakso Halus Apa Kasar?

Tim Futsal PWI Sumbar Porwanas 2022 Malang Jatim
Tim Futsal PWI Sumbar Porwanas 2022 Malang Jatim

Pinggang saya terasa kaku dan lutut masih 'manggaretek'. Nyaris 16 jam duduk di bus sambil melintasi tol Jakarta - Malang. Ternyata tidak hanya saya yang 'marasai'. Bang Anton, Bos Boing, Bang lelek, serta lebih dari 40 orang lainnya mengeluhkan hal yang sama. 

Hari itu, Minggu, 20 November 2022. Rombongan atlet-atlet yang tidak atletis yang tergabung di kontingen Pekan Olahraga Wartawan Nasional Sumbar bertolak ke Malang. Judulnya silaturrahim sambil berolahraga. Untuk keberangkatan Pemprov Sumbar yang bantu lewat Dispora. Terimakasih Pak Gubernur. 

Sejatinya, perjalanan kami diawali lumayan 'segeh'. Naik Garuda dari Padang menuju Jakarta. Sudah jadi bahan 'ota' pula oleh saya kepada rang rumah.

"Lai jo Garuda uda pai. Indak paralu manunggu naik haji bana mako ka naik Garuda," seloroh saya. 

Tapi, yang namanya perjalanan tidaklah selalu mudah. Begitulah dari Jakarta menuju Malang kami disuguhi perjalanan darat. Kalau targetnya 'raun-raun', pas lah. Tapi kami bakal 'bakuampeh' dengan atlet-atlet lain dari berbagai provinsi yang mereka 'entah wartawan entah indak'. Hehehe.. alibi orang kalau kalah main memang seperti itu. 

Senin dini hari, 21 November 2022 jam 01.30 WIB kami sampai di penginapan. Sebuah hotel bintang tiga di kawasan Tlogomas Kota Malang. 

Alhamdulillah, hotelnya nyaman. Petugasnya juga sangat ramah-ramah. Di sana saya baru sadar, ternyata saya sudah di pulau jawa. 'Matur nuwun mas', hafal sekali kalimat itu oleh saya. 

Saya sekamar dengan Bang Anton. Wartawan Pos Metro yang usianya sudah lebih setengah abad. Berkawan dengan 'urang gaek' yang 'maraso mudo' ini asyik juga. Berita tidak mengenakkan ia kasih, dengan ketawa juga kita terima. Kak Osu saya memanggilnya. Begitu panggilan orang Alahan Panjang kepada orang yang lebih tua. 

"Bisuak kito main jam 11 lawan Yogyakarta. Eh, ndak bisuak doh. Beko nah. Aa yo lah sansai. Baru tibo kito barunyo, (Besok kita main jam 11 lawan Yogyakarta. Oh tidak, salah. Hari ini ternyata. Menderita kita. Kita baru saja datang)" ujar Bang Anton menggerutu. 

"Ondek ei. Sa grup lo kito jo tuan rumah kiro e. Aa.. yo batanyo angok Rivo suak nah (aduh, satu grup kita dengan tuan rumah Jatim. Betul-betul dites besok itu kemampuan nafas Rivo)," ulas Bang Anton sambil tersenyum sungging. 

Tapi tetap saja saya tertawa menerima info itu, karena yang memberi tahu adalah 'Kak Osu' saya. 

Begitulah kira-kira. Namanya wartawan jadi atlet futsal. Kalau semangat jangan ditanya. Bos Boing sampai 2 masseur dan 1 dokter tim menanganinya. 2 punyanya Semen Padang FC dan 1 dokter tim Arema FC. 

Khusus dokter tim Arema FC itu diantar langsung oleh 'urang awak' idola Aremania, Irsyad Maulana. Luar biasa Bos Boing. Baru ini sejarahnya pemain Porwanas dirawat langsung oleh mereka-mereka yang berkutat di Liga 2 dan Liga 1. Untuk urusan ini Bos Boing tidak kalah oleh Irsyad Maulana. 

Eits.. jangan dilupakan yang satu ini. Tim futsal PWI Sumbar dilatih oleh mantan pemain Timnas Yudhi Fatra. Setiap tim yang berlawanan dengan kami lebih fokusnya kepada Coach dari pada ke pemainnya. Maklum, beliau dedengkotnya futsal nasional. Jauh bedalah dengan pemain  PWI Sumbar yang rata-rata sudah 'gadang' perutnya. Tapi sekali lagi, soal semangat nomor 1. Tidak diragukan itu. 

Jadilah kami main Senin itu versus Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan modal 'kareh angok' dan semangat yang membara kami ladeni permainan DIY yang konon katanya badan mereka atletis semua. 'Badagok' istilah urang awak. Mainnya pun 'kameh' dan 'rancak'. Saya sampai tersengal-sengal menghalau gerak mereka. 

2-3 kami kalah. 2 gol kita dicetak oleh Bang Rahmad Pos Metro dan Rezka Klik Positif. Singkatnya, dengan minim recovery, kami sanggup membuat DIY kerepotan meskipun pada akhirnya harus kalah jua. 

Kami puas. Setidaknya melihat wajah pelatih, manajer, dan official yang puas, kami juga merasa puas. 

"Dengan minim recovery, kawan-kawan luar biasa," ujar Pak Manajer kita 'Mak' Yosrizal. 

Khusus bagi saya pribadi adalah pula kebanggaanya. Main tidak berapa menit, tapi cukup bisa mengerjakan tugas dari pelatih. Ada pula Irsyad Maulana dan Hanis Sagara yang menonton di luar lapangan. Karena di kostum pemain ada namanya, jadilah nama kami di 'ariak-ariak' oleh penonton. Sekali lagi, untuk urusan ini kami tidak kalah dengan Irsyad Maulana. Hahaha.. 

Usai main kami beranjak pulang ke hotel. Rasa optimisme hadir seiring main rancak versus DIY, walau kalah dalam hasil.

 

Bakso halus apa kasar?

Tidak ke Malang kalau tidak makan bakso. Di Padang banyak jua orang 'manggaleh' bakso, bahkan Bakso Malang pula namanya. 

Tapi seperti jargon dalam iklan, 'rasa tak pernah bohong'. Bakso di Malang benar-benar enak. Bukan saya yang mengatakan itu. Tanya saja langsung sama Bang Anton. Maka akan dijawab "mau kasar apa halus, baksonya enak tenan,". 

Ya, hanya dengan melangkah 20 meter kami bisa langsung sampai di warung bakso. Pas di depan hotel tempat kami menginap ada satu warung bakso yang rasanya enak sekali. Pelayannya pun ramah. Hal terakhir selalu saya notice. Apapun kita tanya, selalu dijawab dengan ramah. Matur nuwun mbak. 

Sekali lagi saya harus memuji Bang Anton. Betah si 'mbak' penjual bakso melayaninya 'ngobrol". Judulnya tak berobah, 'bakso halus apa kasar?'

 

Versus Jatim 'Bakuampeh' Sebenarnya

DIY sudah memastikan lolos ke babak berikutnya karena berhasil mengalahkan tuan rumah jatim di laga ke 2. Sudah 6 poin mereka kumpulkan. Artinya, laga Sumbar versus Jatim, Rabu (23/11/2022) tidak lagi menentukan. Karena panitia menetapkan hanya 1 tim lolos ke babak berikutnya. 

Tapi di luar dugaan kami ternyata. Jatim sebagai tuan rumah tentu tak mau kalah 2 kali alias kehilangan muka. Ingin sekali mereka menang sepertinya. 

Baru mulai kick off, kami sudah langsung dipress habis-habisan. Mereka bermain seperti partai final. Kalau kami? Jangan ditanya. Tetap seperti tadi. Nomor 1 dalam semangat. 

Agak 'angek' main hari itu. Bukan karena kami kalah dengan skor 'gadang'. Tapi karakter pemain Jawa Timurnya sangat kental kami rasa. Bola cepat dan keras dalam pressing. Dalam hati saya bergumam, "ini sudah sepakbola lapangan besar. Pergesekan badan tak lagi jadi foul. Wasit dengan 'lamak' mengatakan 'play on'". 

Bang Rahmad Pos Metro yang menjadi bintang kami, tak luput dari 'parasaian' mereka. Diapit duanya Bang Rahmad seperti ikan bakar. Alhasil 'dipapah' beliau keluar lapangan. 

Pemain lain bagaimana? Sebelas dua belaslah. Sudah banyak benturan. Sudah tak terhitung pelanggaran. Hebatnya cuma satu, kedua tim tidak sampai 'bacakak'. 

Malahan sesudah main seperti tak terjadi apa-apa. Mereka ramai-ramai datang menyalami kami. Saya jadi teringat pemain-pemain Kopi Mos, kira-kira miriplah cara mereka salaman dengan kami waktu itu. 

Saking akrabnya ada pemain yang bertanya kepada Bang Anton sang kapten kita.

"Iven Porwanas sekali berapa tahun ya  mas,?" tanya penuh keseriusan. 

Dijawab pula dengan serius oleh Bang Anton.

"Oaaalaah. Jadi mas ngga tau iven ini sekali berapa tahun to. Piye to mas,?"

Cukup rabab saja yang menyampaikan.

 

Malang, 23 November 2022

Kamar 211

Rivo Septian (Reporter Minangsatu/ atlet futsal PWI Sumbar Porwanas Malang 2022)


Tag :#porwanas #futsal #sumbar #pwisumbar #features #rivoseptian

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com