- Senin, 1 Desember 2025
Nagari Saruaso: Jejak Malayapura, Prasasti Adityawarman, Dan Napas Sejarah Di Jantung Tanah Datar
Nagari Saruaso: Jejak Malayapura, Prasasti Adityawarman, dan Napas Sejarah di Jantung Tanah Datar
Oleh: Andika Putra Wardana
Di dataran tinggi Luhak Nan Tuo, tak jauh dari keramaian Batusangkar, terdapat sebuah nagari yang namanya selalu muncul dalam percakapan tentang sejarah Minangkabau. Nagari Saruaso, yang kini berada dalam wilayah Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, bukan hanya kampung agraris dengan sawah dan ladang yang membentang. Ia adalah ruang yang menyimpan lapisan-lapisan sejarah, prasasti kuno, cerita kerajaan masa lampau, hingga jejak peradaban Minangkabau sebelum Pagaruyung berdiri megah.
Secara administratif, Saruaso memiliki luas sekitar 38 kilometer persegi dengan penduduk hampir delapan ribu jiwa. Wilayahnya berada pada ketinggian 450–550 meter di atas permukaan laut, beriklim tropis basah, dan dikelilingi perbukitan bergelombang yang subur. Tidak mengherankan jika dari dulu hingga kini, pertanian tetap menjadi tulang punggung nagari ini seperti sawah, kebun, dan hortikultura tumbuh bersama ritme harian masyarakatnya.
Namun, pesona Saruaso tidak berhenti pada bentang alamnya. Justru di bawah permukaan tanah dan di dalam ingatan kolektif warganya, tersimpan narasi panjang tentang pusat kekuasaan Minangkabau di masa lampau.
Jejak Malayapura dan Adityawarman
Dalam kajian sejarah Sumatra, Saruaso kerap disebut sebagai salah satu titik penting berkembangnya Kerajaan Malayapura yang dipimpin Adityawarman pada abad ke-14. Meskipun statusnya masih dibahas dalam kalangan akademisi, sejumlah bukti arkeologis memperkuat kedekatan Saruaso dengan dinamika politik masa itu.
Di sinilah ditemukan Prasasti Saruaso II, sebuah batu pasir besar dengan aksara Jawa Kuno dan bahasa Sanskerta yang menyebut tokoh bernama Ananggawarman, diduga pewaris Adityawarman. Prasasti ini yang kini menjadi salah satu artefak terpenting masa klasik Minangkabau, menegaskan bahwa wilayah Saruaso pernah menjadi ruang aktivitas elite kerajaan, baik dalam konteks administratif, agama, maupun budaya.
Tak jauh dari nagari ini pula terdapat lanskap penting kerajaan Pagaruyung, kompleks makam raja-raja, bentang kampung tua, serta rumah gadang berarsitektur klasik yang hingga kini masih berdiri sebagai saksi bisu perjalanan sejarah Minangkabau.
Semua artefak ini menghubungkan Saruaso dengan fase transisi penting, dari kerajaan di daerah aliran sungai besar (Dharmasraya) menuju pusat kekuasaan di dataran tinggi Minangkabau.
Rumah Gadang dan Lanskap Adat
Selain prasasti, Saruaso juga dikenal memiliki rumah gadang tua yang sering dikaitkan dengan tokoh-tokoh klasik seperti Dara Jingga, sosok dari tradisi Melayu yang kerap dikaitkan dengan garis keturunan elite Minangkabau. Literatur budaya dan dokumentasi komunitas lokal menempatkan Saruaso sebagai salah satu nagari yang berhasil mempertahankan lanskap adat, ukiran kayu klasik, atap gonjong tinggi, serta tata ruang nagari yang mencerminkan pola permukiman Minangkabau lama.
Di sinilah terlihat bahwa Saruaso bukan hanya situs sejarah, tetapi juga ruang budaya hidup yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Nagari Agraris yang Terus Berkembang
Meskipun menyimpan sejarah besar, kehidupan sehari-hari di Saruaso tetap sederhana dan membumi. Lahan pertanian masih mendominasi penggunaan ruang nagari, sementara sawah-sawah di kaki bukit menjadi sumber penghidupan utama. Komoditas hortikultura, sayur, cabai, bawang, dan tanaman musiman, menjadi potensi agribisnis yang terus dikembangkan.
Kondisi alam yang sejuk dan subur memberi peluang bagi Saruaso untuk bergerak menggabungkan dua kekuatan utamanya, sejarah dan pertanian. Pemerintah nagari bersama kelompok sadar wisata kini mulai menghidupkan kembali tinggalan budaya, menjadikannya destinasi edukasi bagi wisatawan dan pelajar yang ingin mengenal pusat klasik Minangkabau.
Saruaso adalah contoh bagaimana sebuah nagari tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga ruang penyimpanan memori kolektif peradaban. Dari prasasti Adityawarman, makam raja-raja, hingga rumah gadang dan lanskap agrarisnya, semuanya menyatu membentuk identitas yang khas.
Di Tanah Datar, ada banyak nagari tua. Namun Saruaso memiliki tempat khusus, ia tidak hanya menyimpan sejarah, tetapi juga menjadi penghubung antara legenda Malayu, kerajaan Minangkabau, dan kehidupan masyarakat modern hari ini.
Siapa pun yang datang ke sini tidak hanya melihat nagari, mereka sedang menapaki jejak masa lalu yang pernah menjadi pusat perjalanan Minangkabau.
Editor : melatisan
Tag :Nagari Saruaso: Jejak Malayapura, Prasasti Adityawarman, Napas Sejarah, Jantung Tanah Datar, Minangkabau, Minang, kuliner Minangkabau, kuliner Minang, adat Minangkabau, adat Minang, masakan Minangkabau, masakan Minang, tokoh Minang, tokoh Minangkabau,
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
NAGARI PANDAI SIKEK: NEGERI TENUN EMAS DI LERENG GUNUNG YANG MENJAGA TRADISI
-
12 KUE DAN JAJANAN MANIS KHAS MINANGKABAU YANG MULAI LANGKA, RASANYA BIKIN RINDU KAMPUANG
-
10 LAUK KHAS MINANG SELAIN RENDANG YANG WAJIB DICICIPI PERANTAU
-
10 GULAI PALING IKONIK DARI RANAH MINANG: DARI PAKU SAMPAI GAJEBO
-
NAGARI SUNGAYANG: JEJAK TUA MINANGKABAU YANG MENJAGA WARISAN “TANJUANG NAN AMPEK”
-
PENERAPAN AKUNTANSI MANAJEMEN PADA FURNITURE BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
-
DIMANA MUSEUM KOTA BUKITTINGGI?
-
"ANAK DARO" DIKLAIM KOPI KERINCI JAMBI OLEH ROEMAH KOFFIE, POTENSI PENCAPLOKAN BUDAYA MINANG PICU KONTROVERSI
-
MEMBUMIKAN KOPI MINANG: DARI SEJARAH 1840 HINGGA GERAKAN MENANAM KAUM
-
FWK MEMBISIKKAN KEBANGSAAN DARI DISKUSI-DISKUSI KECIL