- Minggu, 29 Desember 2024
Mengungkap Sejarah Kerajaan Sungai Pagu: Kekuasaan Di Selatan Sumatera Barat

Mengungkap Sejarah Kerajaan Sungai Pagu: Kekuasaan di Selatan Sumatera Barat
Oleh : Andika Putra Wardana
Salah satu kerajaan tertua di Minangkabau, Kerajaan Sungai Pagu, terletak di Solok Selatan, Sumatera Barat, memiliki sejarah panjang budaya dan politik di Sumatera Barat, termasuk peran penting dalam mengatur hubungan antara wilayah, menyebarkan adat Minangkabau, dan menyebarkan agama Islam. Kerajaan Sungai Pagu, yang didirikan pada abad ke-14, adalah salah satu pusat pemerintahan adat yang masih ada hingga hari ini.
Pusat pemerintahan Kerajaan Sungai Pagu berada di Pasir Talang, sebuah kawasan strategis yang dulunya merupakan jalur perdagangan dan kebudayaan. Kerajaan ini terdiri dari empat suku utama yaitu Melayu, Kampai, Tigo Lareh, dan Sikumbang. Struktur kekuasaan yang mengutamakan sistem adat ini dipimpin oleh empat raja adat yang masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab tertentu. Sistem ini mencerminkan kearifan lokal Minangkabau, dimana keseimbangan dan keharmonisan antar masyarakat menjadi landasan utama kehidupan bermasyarakat.
Kerajaan Sungai Pagu terkenal karena menyebarkan budaya Minangkabau ke bagian selatan negara. Filosofi yang dikenal sebagai "adat basandi syara', syara' basandi kitabullah" berfungsi sebagai dasar utama bagi kehidupan kerajaan. Ini menggabungkan nilai-nilai adat dengan ajaran Islam, menciptakan harmoni antara tradisi dan agama. Selain itu, Sungai Pagu juga menjadi pusat pengajaran agama Islam karena ulama-ulama besar seperti Syekh Maulana Sofi yang berpengaruh di daerah tersebut berpartisipasi dalam aktivitasnya.
Dari segi struktur sosial, masyarakat Kerajaan Sungai Pagu menganut sistem kekerabatan matrilineal khas Minangkabau, dimana garis keturunan dihitung berdasarkan ibu. Sistem ini tidak hanya mengatur kehidupan bermasyarakat, namun juga menjadi landasan hukum adat yang digunakan dalam pengelolaan wilayah dan sumber daya. Hal ini menjadikan Sungai Pagu sebagai kerajaan dengan tatanan sosial yang sangat kuat dan terorganisir.
Selain dalam aspek adat dan agama, Kerajaan Sungai Pagu juga berperan strategis dalam perdagangan. Letaknya yang berada di jalur penting antara pantai barat Sumatera dan pedalaman menjadikannya sebagai penghubung berbagai komoditas seperti emas, lada, dan rempah-rempah. Wilayah ini dikenal sebagai penghasil emas besar yang merupakan sumber daya penting bagi kelangsungan kerajaan.
Namun sejarah juga mencatat masa-masa sulit bagi Kerajaan Sungai Pagu, terutama ketika terjadi konflik internal dan tekanan dari pihak luar. Salah satu tantangan besar datang dari kolonialisme Belanda yang mencoba mempengaruhi struktur kekuasaan tradisional di Sungai Pagu. Meski begitu, kerajaan ini mampu bertahan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai dan adat istiadatnya yang masih menjadi pedoman hidup masyarakat setempat.
Edi Susanto, S.E., yang sekarang menjabat sebagai Dipertuan Tuanku Rajo Malenggang, adalah salah satu orang yang sangat berkontribusi untuk mempertahankan adat dan tradisi Kerajaan Sungai Pagu. Sebagai pemimpin adat, dia berkomitmen untuk melestarikan nilai-nilai leluhur dan mempromosikan kekayaan budaya Minangkabau di tingkat lokal dan nasional. Dalam sebuah wawancara, dia menyatakan bahwa adat adalah identitas kita. Jika adat hilang, maka kita kehilangan jati diri sebagai masyarakat Minangkabau.
Saat ini Kerajaan Sungai Pagu juga dikenal dengan kawasan Seribu Rumah Gadang yang merupakan tempat wisata budaya di Solok Selatan. Kawasan ini tidak hanya menjadi tempat tinggal, namun juga merupakan simbol kehidupan adat Minangkabau yang masih dipertahankan. Wisatawan yang berkunjung ke sini bisa merasakan langsung kehidupan masyarakat adat dan memahami lebih dalam nilai-nilai yang dijunjung Kerajaan Sungai Pagu.
Editor : melatisan
Tag :#Kerajaan #Minangkabau
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
SIGINYANG SALUANG PAUH: MENJAGA WARISAN BUDAYA MINANGKABAU DI KOTA PADANG
-
GALA: GELAR ADAT YANG MENJADI IDENTITAS MASYARAKAT MINANGKABAU
-
PERAN IBU DAN MAMAK DALAM KELUARGA MINANGKABAU: MENGAPA AYAH HANYA TAMU?
-
SISTEM KEKERABATAN MATRILINEAL MINANGKABAU: MENGAPA LAKI-LAKI MENJADI PILAR KOMUNIKASI ANTAR SUKU?
-
PERAN HARIMAU NAN SALAPAN DALAM PERANG PADRI: KONFLIK YANG MENGUBAH MINANGKABAU
-
DINAKHODAI ARISAL AZIZ, OPTIMISTIS MATAHARI KEMBALI BERSINAR TERANG DI SUMBAR
-
TRANSFORMASI PSIKOLOGI ANAK MELALUI PENDIDIKAN INKLUSIF DAN HUMANISTIK
-
PSIKOLOGI HUMANISTIK PADA TOKOH YASUAKI YAMAMOTO DALAM NOVEL “TOTTO-CHAN GADIS KECIL DI PINGGIR JENDELA” KARYA TETSUKO KUROYANAGI
-
MANARI DI LADANG URANG: ANTARA KEBEBASAN DAN KESADARAN SOSIAL DALAM BINGKAI KEARIFAN MINANGKABAU
-
BARA KATAJAM LADIANG,LABIAH TAJAM MULUIK MANUSIA: SEBUAH PRIBAHASA MINANGKABAU