- Rabu, 26 Juni 2024
Mengenal Ungkapan "Sampik Lalu, Lungga Batokok": Menyelami Kearifan Lokal Minangkabau Dalam Menghadapi Dinamika Kehidupan
Oleh: Sitiina Hidayah
Kebudayaan Minangkabau, yang berakar kuat di Sumatera Barat, Indonesia, telah lama dikenal akan kekayaan filosofi dan kearifan lokalnya. Salah satu yang menjadi kekeyaan budaya Minangkabau adalah ungkapan khas masyarakat Minangkabau dengan filosofi yang selaras terhadap kehidupan.
Ungkapan-ungkapan tersebut bahkan telah terkenal hingga ke mancanegara, seperti ungkapan “Dima bumi dipijak, disinan langik di junjuang”, ungkapan ini telah lazim didengar oleh masyarakat luar Minangkabau, hal itu membuktikan bahwa ungkapan-ungkapan tersebut memang menjadi kearifan lokal masyarakat Minangkabau yang kaya akan filosofi sehingga dapat digunakan oleh orang banyak karena relevan dengan kehidupan.
Salah satu ungkapan lainnya yang mencerminkan kedalaman pemikiran masyarakat Minangkabau adalah "sampik lalu, lungga batokok". Pepatah ini mengandung makna yang jauh lebih dalam dari sekadar deretan kata-kata. Ungkapan "sampik lalu, lungga batokok" telah diwariskan secara turun-temurun dalam masyarakat Minangkabau. Seperti banyak pepatah adat lainnya, ungkapan ini lahir dari pengamatan mendalam terhadap alam dan kehidupan sosial.
Masyarakat Minangkabau, yang terkenal dengan sistem matrilinealnya, memiliki hubungan erat dengan alam dan menjadikannya sebagai guru dalam filosofi hidup mereka, layaknya yang diungkapkan dalam ungkapan “alam takambang jadi guru”.
Ungkapan “sampik lalu, lungga batokok” ini memiliki beberapa makna filosofis yang sesuai dengan kehidupan masyarakatnya, beberapa diantaranya adalah:
1. Ketangguhan dalam Kesulitan:
"Sampik lalu" mengajarkan bahwa kesulitan dan tantangan dalam hidup bersifat sementara. Ini mendorong masyarakat untuk tetap tabah dan terus melangkah maju, meskipun situasi terasa "sempit" atau sulit. Filosofi ini menekankan pentingnya ketahanan mental dan kemampuan beradaptasi dalam menghadapi adversitas.
2. Kebijaksanaan dalam Kemakmuran:
"Lungga batokok" mengingatkan bahwa saat berada dalam situasi yang baik atau "longgar", seseorang hendaknya bersyukur dan berbagi kebahagiaan. Ini mengajarkan pentingnya tidak menjadi sombong atau lupa diri ketika mencapai kesuksesan atau kemakmuran.
3. Keseimbangan Hidup:
Gabungan kedua frasa ini mencerminkan pemahaman mendalam tentang siklus kehidupan. Ini mengajarkan bahwa hidup tidak selalu berjalan mulus, dan penting untuk mempertahankan keseimbangan emosi dan tindakan dalam menghadapi berbagai situasi.
Selain makna filosofis, juga teradapat penerapan ungkapan “sampik lalu, lungga batokok” dalam Kehidupan Sehari-hari:
1. Resiliensi:
Dalam konteks modern, ungkapan ini dapat diterapkan sebagai dorongan untuk membangun resiliensi. Baik dalam karir, pendidikan, atau hubungan pribadi, kemampuan untuk bertahan dan bangkit kembali dari kegagalan menjadi kunci kesuksesan jangka panjang.
2. Manajemen Keuangan:
Pepatah ini juga relevan dalam hal manajemen keuangan. Saat ekonomi sedang sulit (sampik), penting untuk berhemat dan mencari solusi kreatif. Saat keadaan membaik (lungga), bijaksana untuk menabung dan berinvestasi untuk masa depan, bukan hanya bersenang-senang.
3. Hubungan Sosial:
Dalam konteks hubungan sosial, ungkapan ini mengajarkan pentingnya saling mendukung. Saat teman atau keluarga mengalami kesulitan, kita didorong untuk membantu. Saat kita sendiri yang berhasil, penting untuk berbagi dan tidak melupakan orang-orang yang telah membantu kita.
4. Pengembangan Diri:
Filosofi ini juga dapat diterapkan dalam pengembangan diri. Saat menghadapi tantangan belajar atau peningkatan keterampilan (sampik), kita didorong untuk tekun dan tidak menyerah. Saat telah menguasai sesuatu (lungga), kita didorong untuk berbagi pengetahuan dan membantu orang lain.
Meskipun berakar pada tradisi kuno, "sampik lalu, lungga batokok" tetap relevan dalam menghadapi tantangan abad ke-21. Di era yang ditandai dengan perubahan cepat, ketidakpastian ekonomi, dan tekanan sosial yang tinggi, filosofi ini menawarkan panduan yang berharga:
1. Menghadapi Disrupsi Teknologi:
Dalam era digitalisasi dan otomatisasi, banyak pekerjaan dan industri mengalami disrupsi. Filosofi ini mendorong adaptabilitas dan pembelajaran terus-menerus untuk menghadapi perubahan.
2. Mengelola Stres dan Kesehatan Mental:
Pepatah ini dapat menjadi panduan dalam mengelola stres dan menjaga kesehatan mental. Ini mengingatkan bahwa masa-masa sulit akan berlalu dan pentingnya menjaga keseimbangan emosional
3. Tanggung Jawab Sosial:
Di tengah kesenjangan ekonomi yang semakin lebar, ungkapan ini mengingatkan pentingnya berbagi dan memiliki tanggung jawab sosial, terutama bagi mereka yang berada dalam posisi "lungga" atau berkecukupan.
4. Keberlanjutan Lingkungan:
Filosofi ini juga dapat diterapkan dalam konteks keberlanjutan lingkungan. Saat sumber daya alam semakin terbatas (sampik), penting untuk bijak dalam penggunaannya. Saat ada kelimpahan (lungga), penting untuk tidak eksploitatif dan memikirkan generasi mendatang.
"Sampik lalu, lungga batokok" bukan sekadar ungkapan tradisional, melainkan filosofi hidup yang mendalam dan relevan. Pepatah ini mencerminkan kearifan lokal Minangkabau yang mengajarkan ketangguhan, kebijaksanaan, dan keseimbangan dalam menghadapi dinamika kehidupan.
Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, nilai-nilai yang terkandung dalam ungkapan ini dapat menjadi kompas moral dan panduan praktis dalam menjalani kehidupan yang bermakna dan seimbang. Dengan memahami dan menerapkan filosofi ini, kita tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga memperkaya kehidupan kita dengan kebijaksanaan yang telah teruji oleh waktu.
(Mahasiswa Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
Tag :#Mengenal Ungkapan #Kearifan Lokal Minangkabau
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
DAMPAK UJARAN KEBENCIAN DI MEDIA SOSIAL DAN SOLUSINYA
-
“BINGUNG”
-
MARAKNYA PERILAKU KENAKALAN REMAJA YANG BERUJUNG DENGAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
-
GALA MUDO, ADAT YANG DIADATKAN DI MINANGKABAU
-
SUMANDO NINIAK MAMAK
-
DAMPAK UJARAN KEBENCIAN DI MEDIA SOSIAL DAN SOLUSINYA
-
SARILAMAK, NAGARI ADAT LENGGANG 1000 TALAM
-
SARILAMAK, NAGARI ADAT LENGGANG 1000 TALAM
-
“BINGUNG”
-
NAGARI PASA DAN ICON MASJID RAYA PARIAMAN