HOME SOSIAL BUDAYA KOTA PADANG
- Minggu, 13 Januari 2019
Matrilineal Mulai Hilang Disebabkan Harta Pusaka Mulai Habis
Padang (Minangsatu) - Salah satu penyebab mulai kurangnya ikatan kekerabatan matrilineal adalah lantaran harta pusaka (harato pusako), terutama pusaka tinggi, mulai habis.
Praktik gadai dan jual yang dilakukan oknum pemangku adat di dalam kaum bersangkutan ditengarai menjadi penyebab mulai habisnya harta pusaka.
Demikian disampaikan Emeraldy Chatra, pemerhati sosial budaya dari Universitas Andalas (Unand) kepada Minangsatu, Minggu (13/1).
Pendapat Emeraldy Chatra ini sekaligus menguatkan pendapat Undri, Peneliti Madya di Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat. Seperti diberitakan kemaren, Undri menduga ada empat aspek yang bisa menjadi penyebab mulai lunturnya ikatan kekerabatan matrilineal, salah satu adalah harta pusaka.
Menurut Emeraldy Chatra, semakin hilangnya praktik kekerabatan matrilineal disebabkan mamak tidak lagi punya wibawa terhadap kemenakan lantaran harta kaum sudah tandas.
"Kemenakan pun tidak punya harapan apa-apa lagi pada mamaknya. Dulu, ketika harta pusaka masih banyak, ada yang diharapkan kemenakan pada mamaknya, misalnya pembagian hasil. Sekarang tidak ada lagi," tukas Emeraldy Chatra.
Karena itu, Emeraldy Chatra menganjurkan supaya suku/kaum berusaha untuk tidak menggadai atau menjual harta pusaka yang ada.
"Bahkan yang sudah tergadai atau terjual pun, harus diusahakan untuk ditebus atau dibeli kembali," katanya.
Sedangkan Buya Masoed Abidin, ulama yang juga punya minat terhadap kebudayaan Minangkabau, menganjurkan supaya dibenahi manajemen suku. "Mulai dengan manajemen suku," katanya.
Sementara Indrayuda, pakar seni tradisi Minangkabau dari Universitas Negeri Padang (UNP) mengatakan kerenggangan suku/kaum disebabkan pangulu banyak yang tidak lagi berada di tengah kaumnya.
"Bagaimana pangulu akan mengurus kaumnya, sementara dia sendiri berada di rantau," ujar Indrayuda.
Sedangkan berkaitan dengan manajemen suku, Prof Helmy, Guru Besar Ekonomi Pertanian dari Unand menganjurkan supaya ada inovasi manajemen suku/kaum dalam konteks dinamika kehidupan yang berubah.
"Mungkin perlu dirumuskan kembali penerjemahan substansi "adat indak lakang dek paneh dan indak lapuak dek hujan" dalam kondisi kini dan masa depan," tuturnya.
Terhadap ragam penyebab mulai pupusnya kekerabatan matrilineal itu, Prof Helmy berharap ada inisiatif untuk menimbulkan kesadaran kolektif bahwa ada keperluan untuk merespon masalah, tantangan, dan peluang masa kini dan masa yang akan datang.
Terkait alternatif solusi dalam merespon masalah itu, agaknya pemerintah harus mengambil peran. Juga perguruan tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
"Apakah pemerintah sudah meresponnya? Jika belum harus kita dorong bersama-sama," ujar Emeraldy Chatra. (te)
Editor :
Tag :Matrilineal Minangkabau
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
PENSIUNAN RRI PADANG RAYAKAN HUT PP RRI KE-21 TAHUN 2025; SEDERHANA, DAN BERMAKNA
-
1000 'DUNE BAG' DARI PT SEMEN PADANG UNTUK PENANGANAN BANJIR BANDANG DI SOLOK
-
SRIKANDI DAN PIKK PLN HADIR UNTUK RAKYAT, DAMPINGI PENGUNGSI KORBAN BANJIR DI SUMATERA BARAT
-
SEMEN PADANG PEDULI SALURKAN 232 RIBU LITER AIR BERSIH KE DAERAH TERDAMPAK BANJIR DI PADANG
-
TIM SEMEN PADANG EVAKUASI 11 WARGA TERJEBAK BANJIR DI BATU BUSUK
-
CHERRY CHILD FOUNDATION BERSAMA BERBAGAI KOMUNITAS SALURKAN BANTUAN KE WILAYAH TERDAMPAK BANJIR BANDANG DI PADANG
-
MENANAM POHON, MENUAI KESELAMATAN: KONSERVASI LAHAN KRITIS UNTUK KETAHANAN HIDUP KOMUNITAS.
-
MUSIBAH
-
KEMANA BUPATI TAPSEL
-
BANJIR DALAM MANUSKRIP SEBAGAI CATATAN PENGALAMAN KOLEKTIFÂ MASYARAKAT