HOME PENDIDIKAN KOTA PADANG

  • Kamis, 11 Agustus 2022

FIB UNAND Dan BPNB Kollaborasi Selenggarakan Sesi Konferensi Dengan Topik “Examining Matrilieality In The Land Of Minangkabau”

Para pelaku dalam AICONHUM FIB UNAND Sesi Matrilineal (dari kiri ke kanan) Hasanuddin (Universitas Andalas), Diah Tjahaja Iman (Universitas Andalas), Suryadi (Leiden University), Edria Sandika (moderator), Mahmood Kooria (Leiden University), dan Zulpriant
Para pelaku dalam AICONHUM FIB UNAND Sesi Matrilineal (dari kiri ke kanan) Hasanuddin (Universitas Andalas), Diah Tjahaja Iman (Universitas Andalas), Suryadi (Leiden University), Edria Sandika (moderator), Mahmood Kooria (Leiden University), dan Zulpriant

Padang (Minangsatu) - Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Andalas dan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat berkollaborasi dalam penyelenggaraan sesi khusus Andalas International Conference in Humanities (AICONHUM) dengan topic Examining Matrilieality in The Land of Minangkabau, pada Kamis (11/08/2022) secara hybrid luring (luar jaringan) dan daring (dalam jaringan). Kegiatan luring dilaksanakan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, Kampus UNAND Limau Manih, Kecamatan Pauh, Kota Padang.

Kegiatan tersebut merupakan bagian dari Perayaan 40 Tahun FIB UNAND (1982-2022).  “Session on Examining Matrilieality in The Land of Minangkabau” itu menghadirkan empat orang pembicara undangan (invited speaker), yaitu: Mahmood Kooria, Ph. D. (Leiden University), Suryadi, Ph. D. (Leiden University), Dr. Hasanuddin, M. Si. (Sastra Minangkabau FIB Universitas Andalas), dan Diah Tjahaja Iman, Ph. D. (Sastra Inggris dan Kajian Budaya FIB Universitas Andalas). 

Mahmood Kooria, PhD membawakan paper berjudul “The Matrilineal System in the Indian Ocean World”. Sementara itu, Suryadi menagngkat topik “Matrilinealism (Myth): a Powerfull Female King”. Hasanuddin mempresentasikan paper dengan judul “Minangkabau Matrilinealism: Quo Vadis?” Diah Tjahaja Iman mengangkat isu “Marriage Practices and Identity of Minangkabau Women Migrant”. Bertindak sebagai moderator Edria Sandika, S.S., M.Hum.

Sebagai pembuka, Kepala BPNB Sumatera Barat yang diwakili oleh Ernatip menyampaikan kebahagiaan dan apresiasi yang tinggi dari Pimpinan BPNB dan jajaran kepada Pimpinan FIB dan jajaran, para pemakalah, dan peserta dan partisipasi semua pihak atas terlaksananya konferensi internasional dengan sesi khusus itu. 

Pada sesi diskusi yang mengemuka adalah kekuatiran keberlanjutan system matrilineal di Minangkabau. Ada beberapa faktor penyebab, yakni makin hapusnya harato pusako tinggi, sistem pemerintahan nagari yang tidak sesuai dengan esensi sosio kultural matrilineal karena memarginalkan para penghulu sebagai pimpinan masyarakat komunal matrilineal itu, dan sistem pendidikan yang telat mengakomodasi pembelajaran muatan local adat dan budaya Minangkabau yang mengakibatkan generasi muda mempelajari Budaya Minangkabau bak ibarat mempelajari budaya baru yang asing.

Untuk menjawab persoalan tersebut, Hasanuddin yang juga adalah seorang Pangulu dari Suku Pinyalai Nagari Kapalo Hilalang dengan gelar Sako Datuk Tan Patih memberikan alternative. Alternatif tersebut adalah Pemulihan sistem banagari yang bersifat genealogis (berstelsel matrilineal); Pendidikan muatan lokal Budaya Minangkabau untuk memulihkan kesalahpahaman, meningkatkan penghayatan, dan pembinaan karakter. 

“Di samping itu, penegakan sistem norma untuk sako, pusako, faraidh, lainnya mesti dilaksanakan secara konsisten. Penguatan peran ganda laki-laki sebagai ayah sekaligus mamak juga perlu dijaga sesuai dengan konsep ‘anak dipangku kamanakan dibimbing’. Hal yang tidak kalah penting adalah apresiasi perempuan terhadap dunsanak laki-lakinya karena matrilineal membutuhkan partisipasi laki-laki bukan hanya perjuangan perempuan,” katanya.

Ketua Panitia, Zulprianto, S.S., M.A., Ph.D. kepada Minangsatu menyampaikan bahwa sesi khusus ini diselenggarakan melalui kerja sama dengan BPNB Sumatera Barat. Keberadaan sesi ini adalah dalam rangkaian “Andalas International Conference in Humanities (AICONHUM)”.

AICONHUM sendiri dilaksanakan selama dua hari, yakni Rabu dan Kamis, 10-11 Agustus 2022. Konferensi hari pertama menghadirkan  Keynote Speaker Dr. Hilmar Farid (Direktur Jeneral Kebudayaan Republik Indonesia), dua orang Invited Speaker: Dr. Norhayati Ab. Rahman (Malaya University, Malaysia) dan Mahmood Kooria, Ph.D. (Leiden University, Nedherland)); serta  20 orang pembicara dalam sesi parelel di empat Breakout Room. 

Pada hari kedua (11/08/2022), keynote speaker adalah Prof. Harry Aveling (Monash University, Australia), dua invited speaker yakni: Dr. Ike Revita, M. Hum. (FIB UNAND) dan Akiko Tashiro, Ph.D. (Hokkaido University, Japan) dandua puluh satu orang pembicara pada sesi parallel. 

Rangkaian konferensi internasional itu ditutup oleh Lady Diana Putri, M. Hum Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, pada 11 Agustus 2022.(*)


Wartawan : Hasanuddin Dt Tan Patih
Editor : Benk123

Tag :#unand

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com