HOME KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

  • Jumat, 29 Mei 2020

Defriman Djafri: PSBB Adalah Persiapan New Habit Sebelum New Normal

Defriman Djafri, S.K.M., M.K.M., Ph.D
Defriman Djafri, S.K.M., M.K.M., Ph.D

Padang (Minangsatu) - Sumatera Barat (Sumbar) tengah menjalani Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jilid III hingga 07 Juni 2020.

Pakar Epidemiologi sekaligus Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas (FKM Unand), Defriman Djafri, S.K.M., M.K.M., P.hD. menjelaskan bahwa hal ini merupakan upaya untuk mempersiapkan new habit (kebiasaan baru).

"PSBB jangan dimaknai sebagai eksperimen pemerintah. Ini adalah proses mengedukasi/mendidik masyarakat untuk mempesiapkan new normal," ungkap Defriman Djafri kepada Minangsatu, Jumat (29/5).

"Pemerintah memperpanjang ini artinya untuk memastikan kita sudah siap atau belum belajarnya mempersiapkan new habit. Bukan bicara soal perilaku saja, tetapi perilaku ini sudah menjadi kebiasaan. Memakai masker, social distancing, physical distancing, termasuk pembatasan perjalanan individu itu sendiri," tambahnya.

Ada dua indikator utama yang menjadi acuan pelaksanaan PSBB, yaitu memperhatikan signifikan tidaknya peningkatan juga penyebaran kasus dan memastikan adanya transmisi lokal. Indikator ini pulalah yang nantinya menjadi penentu pencabutan PSBB.

Transmisi dapat dikatakan terkendali apabila angka reproduksi efektif (Rt) kecil dari 1. Artinya, tidak ada menularkan kepada orang lain lagi. Dalam minggu ini, angka reproduksi efektif di Sumbar sudah menunjukkan di bawah 1 meski sempat naik menjadi 1,06 saat Idulfitri. Akan tetapi, angka tersebut perlu diperhatikan secara terus-menerus dalam jangka waktu sekurang-kurangnya tiga minggu.

Terkait fase puncak Covid-19, berdasarkan kurva epidemiologi, Defriman memaparkan bahwa perlu ada konsep dan tanggal gejala yang jelas lebih dulu. "Kita bisa membuat kurva epidemiologi, menghitung puncak itu ketika data-data seperti konsepnya jelas, tanggal gejalanya jelas. Sementara, 80% dari kasus terkonfirmasi ini ialah OTG. Bagaimana kita akan membuat kurva itu jika tidak tahu kapan dia terinfeksi? Perlu menjadi kajian mendalam agar kurva ini bisa dibuat. Jika dibuat berdasarkan angka 20% kasus dari orang yang bergejala, tentu tidak akan memaparkan populasi juga," terangnya.

Selain itu, Defriman Djafri juga menegaskan perlunya kerja sama yang tinggi dalam hal pelaksanaan PSBB di setiap kabupaten/kota. Keberhasilan pengendalian Covid-19 di suatu kabupaten/kota sangat dipengaruhi oleh kontribusi daerah sekitar.


Wartawan : Sabrina Fadilah Az-Zahra
Editor : sc.astra

Tag :#newNormal #newHabbit #psbb #defrimanDjafri

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com