Bungkam Coronavirus!; Psikolog Harry Theozard Fikri Imbau Masyarakat Berpikir Positif Dan Menyerap Informasi Positif

Padang (Minangsatu) - Berkaitan dengan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), Psikolog Klinis Sumatera Barat (Sumbar), Harry Theozard Fikri mengharapkan masyarakat lebih selektif dalam menerima informasi yang ada di berbagai media sosial.

Kepada Minangsatu, Minggu (29/3), Harry menyatakan bahwa masyarakat perlu berpikir positif dan lebih banyak menerima informasi positif dengan tetap memperhatikan sumbernya.

"Karena dengan lebih banyak menyimak hal-hal yang positif, tentu secara psikologis kita juga akan mengembangkan emosi positif kita sendiri. Dan tentu akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis orang tersebut. Dalam hal ini kesehatan mental," ungkapnya.

Kurangnya informasi yg dimiliki oleh masyarakat tentang Covid-19 semakin membuat masyarakat menjadi mudah untuk dipengaruhi oleh berbagai berita atau informasi yang terkadang sangat berbeda dengan yang semestinya. Akibat paling banyak diterima saat ini ialah "kecemasan berlebihan" pada masyarakat.

Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa Covid-19 termasuk dalam bencana nonalam. Artinya hal ini terjadi karena wabah penyakit Covid-19 yang menimpa manusia di suatu daerah, bahkan sudah meluas ke wilayah yang sangat luas dan terpapar hampir disemua negara (berstatus pandemik). Maka, untuk ini memang akan terjadi reaksi yg sangat masif di masyarakat.

"Stress yang dirasakan harus disadari sebagai reaksi normal yang muncul pada kondisi tidak normal. Sebenarnya itu merupakan suatu bentuk kewaspadaan dari individu tersebut", tuturnya.

Akan tetapi, kondisi stress yang tidak mampu dikendalikan dan diatur dengan baik, tentu akan sangat mungkin menyebabkan kecemasan lebih besar. "Sehingga dikhawatirkan nantinya akan berpengaruh kepada kondisi fisik individu juga perilaku individu tersebut," jelasnya lagi.

Oleh karena itu, Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) turut berkontribusi dalam upaya penanganan melalui kegiatan layanan konsultasi gratis terkait Covid-19. Tujuan utamanya yaitu untuk menguatkan kondisi psikologis masyarakat agar tidak merespon secara berlebihan kondisi yang tengah dialami.

Tidak cukup sampai di sana, Himpsi juga memberikan berbagai informasi (dalam bentuk flyer) kepada masyarakat melalui media sosial yang ada sehingga diharapkan masyarakat lebih sadar dengan kondisi yang dihadapi. Edukasi tersebut dilakukan secara terus-menerus.

"Bencana wabah seperti ini yang demikian masif sebenarnya merupakan pengalaman baru bagi masyarakat,  bahkan bagi pemerintah sendiri. Jadi sebaiknya memang yang paling penting yang dapat dilakukan oleh kita ialah saling mengingatkan kepada kenalan di media sosial tentang Covid-19 ini".

Demikian pula halnya dengan Orang Dalam Pengawasan (ODP). Beberapa dari mereka merasa takut dan menolak untuk diperika karena pengetahuan yang tidak memadai akan alasan pemeriksaan tersebut. Masyarakat belum begitu merata mengetahui bahwa ODP, Pasien dalam Pengawasan (PDP), maupun positif terinfeksi merupakan suatu kondisi yang berbeda.

"Ini memang perlu perhatian serius untuk mengedukasinya, sehingga kedepannya masyarakat menjadi lebih siap dan mengerti bagaimana harus merespon suatu situasi," pungkasnya.