HOME LANGKAN TINGKOK

  • Sabtu, 22 Maret 2025

Tubo: Kisah Racun Balas Dendam Dan Penjaga Kerajaan Pagaruyung Dalam Budaya Minangkabau

Tubo
Tubo

Tubo: Kisah Racun Balas Dendam dan Penjaga Kerajaan Pagaruyung dalam Budaya Minangkabau

Oleh: Andika Putra Wardana

Bayangkan hidup di sebuah masyarakat di mana dendam tidak hanya disimpan dalam hati, tetapi juga diwujudkan melalui racun mematikan yang tersembunyi dalam sepiring makanan atau segelas minuman. Inilah kisah tentang tubo, racun legendaris yang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan sejarah masyarakat Minangkabau. Tubo bukan sekadar racun biasa, melainkan simbol dari kompleksitas hubungan manusia, kepercayaan mistis, dan strategi pertahanan yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Sumatera Barat selama berabad-abad.

Menurut Hasanadi dkk (2013) dalam buku Warisan Budaya Tak Benda di Provinsi Sumatera Barat, tubo adalah racun yang digunakan sebagai alat balas dendam. Racun ini biasanya diberikan secara diam-diam melalui makanan atau minuman. Efeknya sangat mengerikan, korban yang terkena tubo akan merasakan sakit perut yang luar biasa, seolah-olah organ dalamnya diremas-remas. Meskipun ada upaya pengobatan tradisional yang dilakukan oleh dukun, seperti proses dituntuang, jarang sekali korban bisa sembuh sepenuhnya. Bahkan jika selamat, mereka sering kali menderita efek samping yang berkepanjangan.

Namun, tubo bukanlah sekadar racun biasa. Ia juga memiliki sisi mistis yang membuatnya semakin menakutkan. Tubo dianggap sebagai makhluk hidup yang dijaga oleh jin. Bentuknya digambarkan seperti kalimayia (sejenis serangga), yang hidup merayap di dinding dan atap rumah. Orang yang memelihara tubo biasanya bekerja sama dengan jin untuk menjaga dan menggunakannya. Namun, ada risiko besar bagi pemelihara tubo. Jika racun ini tidak diberikan kepada orang lain, pemeliharanya sendiri yang akan menjadi korban. Karena risiko ini, orang yang memiliki tubo sering dikucilkan dalam pergaulan masyarakat. Mereka dihindari, dan orang-orang enggan bertamu ke rumahnya, apalagi memakan makanan yang disajikan.

Tubo juga memiliki peran penting dalam sejarah Kerajaan Pagaruyung, kerajaan pusat di Minangkabau yang terletak di tengah-tengah wilayah Sumatera Barat. Menurut Muchlis Awwali, Seorang dosen Sastra Minangkabau di Universitas Anadalas. Tubo dulunya berfungsi sebagai pelindung kerajaan. Kerajaan Pagaruyung, sebagai pusat kekuasaan, memiliki daerah-daerah bawahan yang berada di perbatasan, seperti Indrapura dan daerah lainnya. Daerah-daerah ini berada di bawah kekuasaan Pagaruyung dan bertugas melindungi kerajaan dari ancaman luar.

Di daerah perbatasan, tubo digunakan sebagai senjata pertahanan. Jika ada orang atau kelompok mencurigakan yang dianggap membahayakan keamanan Pagaruyung, mereka akan diberi tubo melalui makanan atau minuman. Dengan cara ini, tubo menjadi alat pertahanan yang efektif untuk melindungi kerajaan dari ancaman musuh. Daerah-daerah perbatasan seperti Indrapura memainkan peran krusial dalam menjaga stabilitas dan keamanan Pagaruyung, dan tubo menjadi salah satu senjata rahasia mereka.

Hingga tahun 1950-an, praktik memelihara tubo masih ditemui di beberapa daerah, seperti di Jorong Matur Katik, Nagari Matur Hilir, Kabupaten Agam. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan nilai-nilai budaya, praktik penggunaan tubo semakin berkurang. Meskipun demikian, cerita tentang tubo masih hidup dalam ingatan kolektif masyarakat Minangkabau. Kisah tentang tubo menjadi bagian dari warisan budaya yang terus diceritakan dari generasi ke generasi, mencerminkan bagaimana masyarakat Minangkabau mengelola konflik, menjaga keamanan, dan mempertahankan tradisi.

Dari alat balas dendam hingga pelindung kerajaan, tubo memiliki peran yang kompleks dan multifungsi dalam budaya Minangkabau. Meskipun praktiknya sudah tidak lagi digunakan, cerita tentang tubo tetap hidup sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan dan dipahami oleh generasi mendatang. Tubo bukan sekadar racun, tetapi juga simbol dari kekayaan budaya dan sejarah Minangkabau yang penuh dengan nilai-nilai kearifan lokal.


Wartawan : Andika Putra Wardana
Editor : melatisan

Tag :#Tubo #Minangkabau

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com