- Selasa, 22 April 2025
Tubo

Tubo
Oleh: Windri Liraturahma
Dalam budaya masyarakat Minangkabau yang kaya dengan nilai adat dan tradisi, terdapat satu hal yang sangat ditakuti oleh masyarakat sejak zaman dahulu hingga pertengahan abad ke-20. Hal ini dikenal dengan sebutan tubo, yaitu sejenis racun yang digunakan sebagai alat untuk membalas dendam terkadang tubo ini turun- temurun kepada anak cucunya. Racun ini bukan racun biasa, karena keberadaannya terkait dengan dunia gaib dan praktik ilmu hitam.
Apa Itu Tubo?
Tubo adalah racun yang sangat berbahaya dan konon bisa menyebabkan sakit yang luar biasa, bahkan kematian, bagi orang yang memakannya. Racun ini biasanya diberikan secara diam-diam melalui makanan atau minuman. Karena itu, masyarakat Minangkabau zaman dulu selalu berhati-hati ketika menghadiri suatu acara atau pernikahan, terutama jika ada kecurigaan atau dendam yang belum terselesaikan antara pihak yang mengundang dan tamu.
Tubo bukan hanya sekedar zat beracun biasa seperti yang dikenal dalam dunia medis. Tubo dipercayai sebagai racun yang berasal dari makhluk gaib dan hidup, dijaga oleh jin, dan digunakan dengan bantuan dukun atau orang yang memiliki kemampuan khusus. Racun ini diyakini bisa merayap seperti binatang kecil di dinding atau atap rumah dan akan masuk ke dalam makanan atau minuman yang disiapkan untuk korban.
Latar Belakang Sosial dan Budaya
Dalam kehidupan sosial masyarakat Minangkabau, nilai harga diri sangat dijunjung tinggi. Jika seseorang merasa terhina, dipermalukan, atau disakiti oleh orang lain, maka ia akan menyimpan rasa sakit hati tersebut. Zaman dahulu, ketika penyelesaian konflik tidak selalu dilakukan secara terbuka atau melalui hukum adat, maka muncul cara-cara tersembunyi untuk membalas perbuatan orang lain, salah satunya dengan menggunakan tubo.
Bagi orang yang menyimpan dendam, tubo dianggap sebagai alat yang ampuh. Jika tidak bisa membalas secara terang-terangan karena status sosial atau ketakutan akan balasan, maka pemberian tubo dilakukan secara rahasia. Hal ini menimbulkan ketakutan dan kewaspadaan dalam masyarakat, terutama saat menghadiri acara seperti pernikahan dan sekedar silaturahmi kerumah seseorang saja.
Cara Pemberian Tubo
Pemberian tubo umumnya dilakukan saat pesta atau acara adat, seperti pernikahan, silaturahmi, atau acara mendo’a ketika ada yang meninggal. Makanan dan minuman yang dihidangkan menjadi Sasaran utama untuk memasukkan racun tersebut kepada korban. Tidak heran, orang-orang dulu sangat berhati-hati sebelum memakan makanan dalam suatu acara. Bahkan ada yang membawa makanan sendiri atau memilih tidak makan sama sekali jika curiga terhadap tuan rumah atau ada suatu masalah dengan seseorang yang hadir.
Karena pemberian tubo sangat rahasia, seringkali korban tidak menyadari bahwa dirinya telah diberi racun. Gejala yang muncul setelah mengonsumsi tubo antara lain perut yang terasa sangat sakit, muntah-muntah, lemas, bahkan bisa sampai hilang kesadaran. Tubo tidak hanya menyerang tubuh, tapi juga diyakini bisa merusak jiwa dan pikiran, tergantung dari jenis racun dan kekuatan jin yang mengiringinya.
Pengobatan Akibat Tubo
Pengobatan bagi orang yang terkena tubo biasanya tidak dilakukan oleh tenaga medis atau dokter, melainkan oleh dukun atau orang pintar yang memahami cara mengobati penyakit akibat gangguan gaib. Proses penyembuhannya disebut dengan istilah dituntuang, yaitu semacam ritual yang melibatkan pembacaan doa, penggunaan obat tradisional, dan cara spiritual lainnya.
Namun, walaupun telah diobati dan sembuh secara fisik, orang yang pernah terkena tubo umumnya tidak benar-benar pulih seperti sedia kala. Ada yang mengalami gangguan kesehatan berkepanjangan, ada pula yang menjadi murung, sulit tidur, atau bahkan mengalami gangguan mental dan bisa juga mengakibatkan kematian.
Resiko Memelihara Tubo
Meskipun tubo dianggap sebagai alat untuk membalas dendam, memeliharanya bukan tanpa risiko. Racun ini dijaga oleh jin dan tidak bisa dipelihara sembarangan orang. Orang yang ingin memelihara tubo harus melakukan perjanjian dengan jin atau melalui perantara dukun. Mereka harus memberikan tumbal tertentu dan juga harus di turunkan kepada seseorang agar tubo tetap “setia” dan tidak berbalik menyerang pemiliknya.
Namun, jika tubo tidak diberikan kepada orang lain dalam waktu lama, atau jika si pemilik lalai dalam memeliharanya, racun ini bisa kembali dan menyerang pemiliknya sendiri. Ini menjadi semacam karma atau hukuman bagi orang yang menyimpan niat jahat tetapi tidak melaksanakannya sesuai aturan dunia gaib.
Karena itulah, masyarakat Minangkabau sangat berhati-hati terhadap orang yang dikenal memelihara tubo. Mereka biasanya dijauhi, dikucilkan dari pergaulan, bahkan ditakuti oleh tetangga. Orang-orang enggan bertamu ke rumahnya, apalagi menerima jamuan makan atau minum darinya Maka dari itu orang yang memelihara Tubo merahasiakan nya. Dalam masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan dan keterbukaan, menjadi orang yang memiliki tubo berarti kehilangan kepercayaan dari lingkungan sekitar.
Keberadaan Tubo di Masa Kini
Pada masa lalu, terutama hingga tahun 1950-an, keberadaan tubo masih cukup dikenal, bahkan dikabarkan masih dipelihara oleh sebagian masyarakat di masyarakat Minangkabau Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya ilmu pengetahuan serta kepercayaan terhadap pengobatan modern, kepercayaan terhadap tubo mulai berkurang.
Anak-anak muda kini mungkin hanya mengenal tubo sebagai bagian dari cerita masa lalu, atau kisah mistik yang dituturkan oleh orang tua dan kakek-nenek mereka. Namun, dalam beberapa masyarakat tradisional, kepercayaan terhadap kekuatan gaib seperti tubo masih tersisa, meskipun tidak sekuat dulu.
Nilai-Nilai yang Bisa Dipetik
Meskipun tubo terdengar menakutkan, kisah tentang keberadaannya menyimpan pelajaran penting tentang nilai-nilai sosial dalam masyarakat Minangkabau. Salah satunya adalah bagaimana rasa sakit hati yang tidak tersalurkan dengan baik bisa berubah menjadi dendam berbahaya. Hal ini mengajarkan pentingnya menyelesaikan konflik secara terbuka dan damai.
Kisah tubo juga menunjukkan betapa kuatnya pengaruh kepercayaan terhadap dunia gaib dalam kehidupan masyarakat tradisional. Dalam konteks budaya, hal ini menjadi cermin dari cara pandang masyarakat terhadap penyakit, kesembuhan, dan keadilan.
Lebih jauh, kisah tubo memperingatkan kita akan bahaya membalas kejahatan dengan kejahatan. Walaupun seseorang merasa disakiti, tidak seharusnya ia memilih jalan yang merugikan orang lain secara diam-diam. Kehidupan sosial yang sehat dibangun atas dasar saling menghargai, terbuka dalam menyelesaikan suatu masalah, dan menghindari kebencian yang berkepanjangan.
Editor : melatisan
Tag :#Tubo #Opini
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
PERAYAAN LEBARAN MENJADI WADAH PELESTARIAN KESENIAN DAERAH DAN PENGENALAN ADAT ISTIADAT KEPADA GENERASI MUDA DI NAGARI SIALANG
-
NAMA-NAMA DAERAH DI SUMATERA BARAT DAN MAKNANYA
-
ARTI PENTING HUTAN SAGU BAGI MASYARAKAT MENTAWAI: PILAR PANGAN, BUDAYA, DAN KEBERLANJUTAN
-
PEREMPUAN MINANGKABAU DAN TRANSFORMASI SENI BAGURAU SALUANG: DARI LARANGAN ADAT KE PANGGUNG UTAMA
-
OMBAK MENTAWAI: SURGA SELANCAR DUNIA YANG MENJADI MAGNET PESELANCAR INTERNASIONAL
-
NGALAU BUNIAN DI LINTAU BUO UTARA: MISTERI GUA YANG MENGUNDANG MITOS,DUNIA GHAIB DAN KEPERCAYAAN TERHADAP MAKHLUK HALUS ATAU ROH
-
BADAI PHK MASSAL DI SRITEX: PENYEBAB, DAMPAK, DAN TANGGAPAN PEMERINTAH
-
SAWAHLUNTO KOTA LAYAK ANAK DAN PENDAPATAN DAERAH
-
MEROSOTNYA KEPERCAYAAN PUBLIK TERHADAP POLRI: ANTARA "KEBAPERAN" DAN REFORMASI YANG DIPERLUKAN
-
TRADISI MAANTA PABUKOAN KE RUMAH MINTUO DI PESISIR SELATAN: WARISAN BUDAYA RAMADAN MINANGKABAU