HOME OPINI OPINI

  • Minggu, 30 Juni 2024

Surau Simauang

Penulis: Delfi Rahayu
Penulis: Delfi Rahayu

Surau Simauang

Oleh: Delfi Rahayu

Surau simaung telah berdiri pada tahun 1963  semasa zaman penjajahan Belanda. Namun tidak terlihat oleh orang Belanda. Nama simaung ada sebab dahulu ada pohon simaung bentuk fisiknya coklat lalu bijinya keras seperti tempurung.

Dalam bijinya ada isinya biasanya digunakan untuk obat. Bijinya itu dahulu juga makanan bagi masyarakat di sekitarnya. Cara pengolahan bijinya dahulu yaitu bisa di goreng atau bisa juga di gulai. Jika langsung di congkel bijinya dari buahnya lalu langsung di makan bisa membuat orang mabuk mabuk.

Agama disini dahulu sama seperti simaung. Sejarahnya pohon simaung dahulu pernah di tebang lalu ada santri yang menggiling cabai menggunakan sisa dari batang pohon simaung. Maka dari itulah surau ini dinamakan surau simaung. Surau simaung mempunyai 4 buah surau namun satu yang digunakan untuk keseharian beribadah umat IsIam.

Pada tahun 1963 peninggalan Syech Malin Bayang ada di daerah solok yaitu tepatnya di bayang. Surau semasa tempat angku simaung atau murid Syech Malin Bayang sekarang dahulu airnya sampai ke atap namun tidak kena ke surau atas. Lalu kitab kuno mengelilingi Syech Malin Bayang juga dikatakan semasa air naik beliau berzikir.

Tidak hanya itu dipercaya juga ketika Syech Malin Bayang mengambil air wudhu dahulu Syech malin bayang mengambil wudhu di sungai menggunakan gayung lalu gayung yang digunakan beliau pernah menjauh dari beliau lalu kembali lagi ke Syech Malin Bayang. Seperti itulah sejarah yang ada di surau simaung dan asal usulnya.

Manuskrip yang ada di surau simaung berjumlah 20.914 lembar. Pada 20.914 itu ada berbagai macam ilmu yang tertulis pada naskah tersebut ilmu apa saja yang ada di dunia. Ilmu yang ada pada manuskrip di surau simaung ada.

Ilmu takwin untuk mencari bulan atau bulan hijaiyah.

Ilmu falak.

Ilmu perbintangan atau Astronomi .

Ilmu mencari jodoh. Atau ciciambun bilang orang orang Jorong Tapian Diaro yang artinya baru baru barentangan.

Maktikm

Ilmu tassawuf.

Ilmu dukun.

Dan masih banyak lagi ilmu-ilmu yang ada pada manuskrip surau simaung.

Diceritakan ada dua lanskap di Sijunjung yaitu satu sama Syech Amiruddin yang lebih tua dari Syech Malin Bayang di surau simaung.

Dahulu Nagari Sijunjung pernah di timpa musibah selama 3 tahun berturut turut. Musibah itu terjadi pada abad ke 17 Masehi. Yaitu musibah kemarau panjang sehingga. Padi tidak masak atau banyak yang gagal panen juga hewan hewan ternak pada mati disebut ibeue, lalu ada tambilang indak naik pada bahasa Sijunjung yang artinya setiap hari selalu ada orang yang meninggal.

Tidak hanya itu Pimpinan nagari indak sauku sakato ndk saciok ndk saayam. Sadantiang bak nasi yang artinya pimpinan Nagari tidak lagi adil dalam mengambil keputusan.

Lalu Syech Amiruddin bermimpi bertemu dengan Syech Muhsin. Syech Muhsin mengatakan kepada Syech Amiruddin bahwasanya Nagari ini telah di timpa musibah besar. Lalu Syech Muhsin mengatakan solusinya ialah bertobat tobati. Ibaratnya salah ka manusia minta maaf, salah ka Tuhan bataubat.

Dari sanalah acara bakaua adat dilaksanakan guna menolak bala semasa itu. Acara bakaua adat dilaksanakan dua kali dalam setahun ketika setiap padi masak. Jika Bakaua adat tidak dilaksanakan maka akan ada bala yang akan datang lalu mamak akan menyalahkan datuak.

Pantangan bagi masyarakat Nagari Sijunjung yaitu.

Ka sawah mangakoli di hari Jum'at akibatnya nanti akan ada hewan ternak yang di gaduh atau di jaili.

Ka rimbo kayu jatuah ado baji atau panokok atau di masak tidak boleh digunakan.

Kedua pantangan tersebut memang betul ada yang pernah terjadi di Nagari Sijunjung.

(Penulis Mahasiswa  Jurusan Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya,Universitas Andalas)


Tag :#Surau Simauang #Artikel

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com