HOME OPINI OPINI

  • Rabu, 15 November 2023

“SINGLES DAY” JOMBLO ALA ORANG MINANG

OPini Diah Noverita
OPini Diah Noverita

“SINGLES DAY” JOMBLO ALA ORANG MINANG

Oleh: Dr. Diah Noverita, M.Hum*

 

Siapa sih yang senang menjomblo? Di belahan dunia ini, masih banyak orang-orang dewasa laki-laki dan perempuan betah menjomblo. Komunitas para jomblo merayakan hari jomblo sedunia pada bulan November. Tepatnya tanggal 11 November disepakati sebagai hari jomblo sedunia, termasuk negara China sebagai pelopor asal mula status jomblo ini, yang merayakan hari bebas tanpa ikatan resmi dengan lawan jenis. Memilih untuk membahagiakan diri sendiri atau self love, yaitu menerima, menghormati, dan membahagiakan diri sendiri. Kebebasan dalam aktivitas sehari-hari merupakan suatu hal yang diinginkan banyak orang di dunia ini. Hidup tanpa didikte, tanpa diperintah-perintah oleh seseorang, atau tuntutan pekerjaan sesuai dead line, tidak terburu-buru mengejar target, masih menjadi sesuatu dambaan sebagian orang-orang. Kebebasan dalam menentukan tujuan hidup dan menjalankan hidup sesuai harapannya. Kebebasan juga dapat diartikan dalam hal status dan privaci seseorang, secara umum  dikenal dengan istilah jomblo.

Jomblo berasal dari bahasa Sunda jomlo, tanpa /fonem b/, yaitu sebutan untuk orang yang tidak mempunyai ikatan hubunga dengan lawan jenis. Menurut (KBBI Online), jomblo berarti gadis tua atau perawan tua yang belum menikah, atau memang tidak mau menikah. Istilah jomblo lebih diprioritaskan kepada kaum perempuan dewasa, dan tidak mengabaikan bahwa jomblo juga disematkan kepada kaum laki-laki dewasa yang masih betah hidup sendiri. Hobby menjomblo telah menjadi fenomena, bahkan sebuah trend pada zaman kekinian. Dikalangan sosialita negeri ini, masyarakat papan atas, jomblo dianggap sebagai status elit, bergengsi tinggi, dan hanya dimiliki oleh komunitas “berkelas”. Orang-orang  menjomblo bukan lagi karena miskin harta, atau karena tidak ada pekerjaan/penghasilan bulanan, atau karena tidak siap mental. Para jomblo, mereka merupakan sosok yang mapan secara ekonomi finansial, mapan secara status sosial, relationship dengan lingkungan juga oke. Mereka para jomblo merupakan orang-orang yang kuat, mandiri, pekerja keras, memiliki selera fashion yang tidak “kaleng-kaleng”.

Pada zaman kekinian, dapat kita pantau diberbagai media sosial, menawarkan hal-hal ataupun situasi dan kondisi, betapa enak dan nyamannya hidup menjomblo. Beragam pembicaraan dan komentar tentang sosok jomblo di ambil pembelajarannya. Ada kesan santai dan tidak menjadi masalah besar untuk orang-orang jombo. Beberapa meme yang disimak tentang jomblo itu menawarkan kata-kata unik yang bikin senyum kecut membacanya, seperti Bangga jadi jomblo, Jomblo karena jelek, dan bau ketek, Jomblo karena terpaksa, masih miskin, Relationship itu hubungan dengan 2 orang, Halusinasip = hubungan tanpa orang lain, Jomblo itu hanya mencintai diri sendiri. Meme jomblo berupa singkatan, seperti: UTS= Udah Tidak Sayang (lagi), JJB=Jomblo-Jomblo Bahagia. 

Jomblo dalam kacamata Minangkabau merupakan sesuatu yang harus dihindari, karena akan mencoreng nama keluarga besar dan kaum kerabat persukuannya. Jomblo dapat dibahasakan dalam beberapa kata-kata, seperti manggadih, gadih gadang indak balaki, gaek taruang asam; gaek agogo, jando; rando; marando, gadih gaek atau parawan tuo, gundiak dll. Manggadih, yaitu istilah jomblo untuk perempuan janda muda ataupun janda tua yang galetek ‘genit’, lebih senang tidak menikah lagi, tidak mau bersuami lagi, ingin bebas kemana-mana, dan tidak mau repot-repot mengurus pekerjaan domestik rumah tangga. Istilah gadih gadang indak balaki ‘gadis tua belum bersuami’, merupakan jomblo perempuan di Minangkabau, yang memusingkan kaum sukunya, karena terkait dengan harta pusako dapat tergadai pula. Gaek taruang asam; gaek agogo sebagai kiasan/sindiran kepada orang yang sudah tua jomblo, tetapi masih bertingkah laku seperti anak muda, masih doyan daun muda, perempuan muda yang cantik untuk dipacarinya, mau diajak raun; healing ‘jalan-jalan dan makan-makan’. Gaek taruang asam; gaek agogo ‘orang tua terung asam’ merupakan sosok jomblo yang kesepian, tetapi memiliki harta dan penampilan yang dapat menjadi magnit untuk menggaet perempuan cantik yang diinginkannya. Jando;rando;marando merupakan sosok jomblo perempuan dan laki-laki yang bercerai setelah adanya masa perkawinan. Cerai mati, karena istri/suaminya meninggal dunia, dan juga karena cerai hidup, karena memutuskan berpisah/tidak berstatus istri/suami lagi karena bertengkar atau tidak cocok lagi dalam membina rumahtangga. 

Kata gundiak ‘gundik’ dipakai pada zaman kerajaan, dilingkungan istana, dan dalam karya sastra. Gundiak ‘gundik’ mengacu pada selir, yaitu sosok seseorang atau beberapa orang yang dijadikan sebagai “simpanan”, perempuan muda belia yang rupawan. Gundiak ‘selir raja’ bermakna perempuan yang difungsikan untuk melayani hasrat birahi raja ketika dibutuhkan, tanpa ikatan resmi sebagai suami istri yang sah. Gundiak sewaktu-waktu bisa saja berstatus jomblo, kalau pelayanan seksualitasnya tidak lagi diinginkan raja. Posisinya dapat diganti secara bergiliran sesuai keinginan raja yang berkuasa. Gundiak rajo hanyalah “tawanan raja” yang habis manis sepah dibuang.

Faktor-faktor yang menjadi alasan klasik penyebab jomblo di Minangkabau dan juga etnis lainnya yang sering didengar sehari-hari, masih menjadi kendala sampai saat ini. Alasan perempuan dan laki-laki berstatus jomblo, karena hal-hal seperti ini:

1. Punya masa lalu yang pahit, dikecewakan oleh seseorang, sehingga patah hati.

2. Tidak mau menikah kalau bukan dengan orang yang dicintainya.

3. Calon suami/istri tidak direstui orangtuanya, sehingga memilih jomblo seumur hidup.

4. Pengaruh mitos yang masih berkembang di tengah masyarakat, kalau anak perempuan dilangkahi menikah oleh adik-adiknya, biasanya sulit jodoh, atau tidak laku.

5. Pendidikannya sangat tinggi dan memiliki pekerjaan/penghasilan yang bagus pula, sehingga ada rasa minder/tidak PD untuk menikahinya.

6. Aspek psikologis, trauma masa kecil melihat pertengkaran orangtuanya yang bercerai, memilih menjomblo, takut terulang kisah orangtua pada dirinya.

7. Ada juga cacat bawaan lahir, merasa malu, takut diejek dan lebih nyaman hidup menjomblo saja.

8. Ada juga cinta ditolak, dukun bertindak, dukunnya stroke dan meninggal pula.

 9. Terlalu pamiliah, sok cantik, terlalu banyak kriteria dan syarat yang ditetapkan untuk mencari calon suami sehingga timbul rasa sombong, tidak butuh pasangan dalam hidupnya.

10. Secara adat, ditemukan juga alasan lainnya, terlalu tinggi uang jemputannnya, keluarga perempuan tidak sanggup dengan syarat tersebut.

11. Larangan adat kawin sesuku.

Dari pandangan Islam, sabda Rasulullah SAW dapat menjadi pedoman kita semua: “Sesungguhnya, diantara sunnahku adalah menikah; orang yang paling buruk diantara kalian (ketika hidup) adalah orang yang menjomblo dan orang yang paling hina saat meninggal adalah orang yang (hidup) menjomblo (HR. Ahmad). Hal ini untuk orang-orang dewasa yang telah baliq berakal, memiliki kemampuan secara moril/mental dan material.  Lebih baik kita ikuti sunnah rasul, nabi Muhammad SAW, supaya hidup lebih diridhoi Allah SWT.

 

*Dosen Sastra Minangkabau FIB Unand


Tag :#Opini #Minangsatu

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com