- Selasa, 7 September 2021
Rangkiang Patah Sambilan Istano Pagaruyung
Rangkiang Patah Sambilan Istano Pagaruyung
Oleh : *Chandra Antoni
Batusangkar (Minangsatu) - Pada halaman depan Istano Basa Pagaruyung terdapat sebuah bangunan yang berdiri dengan megahnya. Bangunan itu dinamakan Rangkiang Patah Sambilan. Pada bagian puncaknya terdapat empat buah gonjong, atapnya terbuat dari ijuk, bagian dindingnya penuh dengan ukiran.
Budayawan dan Pemerhati Adat Drs. Kamaruzzaman MA, Malin Malelo, mengatakan secara keseluruhan di Minang Kabau terdapat sembilan rangkiang. Untuk menyatukan itu semua maka oleh Raja Pagaruyung didirikanlah sebuah Rangkiang yang bernama Rangkiang Patah Sambilan.
Rangkiang Patah Sambilan berfungsi sebagai penyimpanan hasil pertanian terutama padi. Padi dalam rangkiang akan digunakan ketika musim paceklik atau gagal panen ataupun musim kemarau yang panjang.
"Padi yang tersimpan di Rangkiang Patah Sambilan baru bisa digunakan pada saat saat tertentu saja, seperti musim kemarau, gagal panen dan lain sebagainya," kata sang Budayawan Kamaruzzaman.
Secara tersirat ungkap Kamaruzzaman yang memiliki gelar adat Malin Malelo, tidak ada rakyat Kerajaan Pagaruyung yang mati karena kelaparan disaat musim paceklik.
"Tidak ada rakyat Kerajaan Pagaruyung yang mati kelaparan akibat musim kemarau panjang maupun kondisi sesulit apapun," katanya.
Secara keseluruhan Rangkiang Patah Sambilan memiliki empat buah gonjong. Disebutkan, empat gonjong yang terdapat pada Rangkiang Patah Sambilan ini bermakna Adat Nan Ampek yakni Adat Sabana Adat, Adat yang Diadatkan, Adat yang Teradat dan Adat Istiadat.
Selain itu tambahnya, empat gonjong pada Rangkiang Patah Sambilan juga dapat bermakna Kato Nan Ampek yakni Kato Mandaki, Kato Mandata, Kato Malereang dan Kato Manurun. Disamping itu, empat gonjong ini juga bermakna Adat Nan Empat serta Undang Nan Ampek.
Karena itulah di setiap rumah bagonjong Minang, selalu terdapat rangkiang untuk menyimpan beras setelah panen. Dalam setiap kali panen disisihkan sebagian beras untuk disimpan di dalam rangkiang.Tradisi menyisihkan sebagian hasil panen padi ini berlangsung turun temurun, dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Bagi keluarga yang tidak punya lahan persawahan, biasanya bundo kanduang atau kaum ibu akan menyisihkan segenggam beras setiap kali memasak nasi. Segenggam demi segenggam setiap kali memasak nasi, akhirnya akan terkumpul sejumlah besar untuk dijadikan cadangan makan keluarga bila sedang dalam kesulitan ekonomi.
*Chandra Antoni (Wartawan Muda), bermukim di Batusangkar, kabupaten Tanah Datar, Sumbar.
Tag :#Istana Basa Pagaruyung#Rangkiang#Batusangkar#Sumbar#
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
PERKEMBANGAN TERKINI PENGGUNAAN BIG DATA DI SISTEM E-GOVERNMENT
-
MERASA PALING HEBAT, JANGAN MAIN LABRAK SAJA
-
PEMANFAATAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK E-GOVERNMENT
-
ANGGOTA DEWAN JANGAN SEKADAR JADI TUKANG SALUR PROYEK
-
PERKEMBANGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
-
PERKEMBANGAN TERKINI PENGGUNAAN BIG DATA DI SISTEM E-GOVERNMENT
-
MERASA PALING HEBAT, JANGAN MAIN LABRAK SAJA
-
KALA NOFI CANDRA MENEBUS JANJI KE TANAH SUCI
-
PEMANFAATAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK E-GOVERNMENT
-
ANGGOTA DEWAN JANGAN SEKADAR JADI TUKANG SALUR PROYEK