- Minggu, 2 Oktober 2022
Pameran "Calling Exhibition" Perupa Muda Sumbar Di PDIKM Padangpanjang : Abstraksi Objek Dalam Berbagai Bentuk Sensasi

Pameran "Calling Exhibition" Perupa Muda Sumbar di PDIKM Padangpanjang
Abstraksi Objek dalam Berbagai Bentuk Sensasi
Oleh : Muharyadi
Sederetan karya seni rupa - terutama seni lukis - yang disuguhkan sekumpulan perupa anak muda Sumbar melalui pameran "Calling Exhibition" Tambo Arts Centre Sumbar di gedung PDIKM (Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau) Padangpanjang, selama seminggu sejak 24 September 2022 hingga kini menarik untuk diamati lebih jauh dan lebih dalam.
Apalagi dikorelasikan dengan perspektif sosial budaya, ekonomi dan politik sebagai pandangan para perupa dalam ranah penekunan berkarya secara sungguh-sungguh, totalisme dan berkelanjutan dalam mengamati dan memandang banyak hal yang terbentang dihadapannya untuk terus digali dan ditelusuri.
Timbul pertanyaan, apa sesungguhnya yang mereka angkat ke permukaan hingga memiliki isi dan muatan karya guna mengusung seperangkat nilai-nilai untuk publik?
Bagaimana pun kehadiran seni lukis, tentulah lahir tak lepas dari jiwa perupanya melalui pengolahan media dengan bahan, alat, dan teknik tertentu yang melibatkan ekspresi, emosi dan gagasan perupa.
Kini, tak jarang pula kita dengar pameo bahwa dunia seni lukis saat ini tidak sepenuhnya dapat dipahami tanpa menempatkannya dalam kerangka masyarakat dan kebudayaan yang tengah berlangsung.
Mengingat keberadaan dan kemunculan karya seni tidak terlepas dari sejauh mana perupa mampu membentuk diri dengan memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap dunia mereka sendiri dan yang ada di luar diri sebagai pengetahuan budaya untuk melahirkan karya-karya yang tidak saja bernilai estetis, tetapi juga mampu mengusung berbagai nilai kehidupan secara utuh yang menyiratkan konsep dan makna di dalamnya.
Perupa muda yang berpameran tersebut; Berly Destionanda, Gebra Dani. Hidayat Di Kincie, Jefri Rahmat, Jeska Delaren, Imam Teguh, M Fauzul Kiram, Randi Pratama dan Syifa Rahmadhani.
Menyimak apa yang ditampilkan para perupa muda ini kita bisa menyidik bahwa persoalan kecenderungan mayoritas para perupa dalam melahirkan karya-karya tampak nyata adanya sebagai upaya melakukan abstraksi terhadap objek ke dalam berbagai bentuk menjadi suatu sensasi dalam seni moderen di muka bumi ini.
Kita amati misalnya karya Hidayat Di Kincie berjudul, Ada Apa di Dapur # 1, Akrilik, 100x140 cm, 2022 yang dibuat secara ekspresif simbolik ini bertutur tentang seekor monyet yang menyelinap masuk ke dapur. Di dapur tergantung sesisir (sasikek) pisang milik penghuni rumah, rupanya menjadi makanan favorit pula bagi monyet. Monyet dengan leluasa melahap pisang yang tergantung didapur.
![]() |
Ide karya ini memang sederhana, tapi pesan yang ingin disampaikan cukup menarik yakni berisikan dua hal pesan ; pisang sebagai menu konsumsi tambahan manusia, ternyata menjadi pusat perhatian pula bagi monyet. Ini semua terjadi akibat kelalaian pemilik rumah yang tidak mengetahui monyet memasuki dapur rumah mereka.
Lukisan Randi Pratama diberi judul Unforgotten Can, 140x140 cm, akrilik, 2021. Apa yang disajikannya dalam karya ini berkisah tentang sesuatu yang terlupakan. Ada komunikasi yang dibangun menjadi interaksi antara penikmat dan karya untuk dinikmati, diamati dan diapresiasi hingga memberi ruang komunikasi dalam bahasa simbol ranah estetik.
![]() |
Melakukan apa yang kita cintai sebagai sebuah bahasa komunikasi antara perupa dan penikmatnya di ketengahkan pelukis Jesca Delaren dalam karyanya berjudul Do What U Love, 150x150 cm, akrilik, 2022. Dalam karya yang dibuat dalam bentuk dekoratif simbolik berobyek 4 wanita, tumbuhan dan fauna yang secara kasat mata berobsesi bagaimana memulai suatu pekerjaan dengan cinta dan ikhlas.
Karya M. Fauzul Kiram, Fade and Black, Dimension Variable, Mixed Media, 2022 juga tak kalah menarik untuk ditelusuri. Struktur karyanya berisikan sejumlah simbol-simbol dari sebuah proses emosional perupanya. Ide, pemikiran maupun imajinasi yang dituangkannya ke permukaan terlihat mencitrakan pemikiran dan karakter psikologis penciptanya. Yang hadir kemudian berisi persoalan nilai baik bentuk maupun isi.
![]() |
Bagaimana pun menyimak dan mjenelusuri karya-karya perupa muda ini pada pameran ini tentulah merupakan cerminan bahwa seni terus hidup, tumbuh dan berkembang di tengah masyarakatnya dengan nilai-nilai dan spirit kebudayaan, di mana setting sosiokultural tempat seni itu hidup sangat berpengaruh terhadap karya-karya yang dihasilkan.
Muharyadi, Seniman dan Jurnalis tinggal di Padang
Tag :#Perupa muda #Calling exhibition #Padang panjang #Sumbar
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
PCNO, PENGABDIAN DAN KISRUH ORGANISASI
-
MUSYAWARAH DI KUBONG TIGO BALEH MELAHIRKAN KESEPAKATAN ADAT BAGI ALAM MINANGKABAU
-
SENI PERTUNJUKAN TARI RAGAM ANDALAS: MEMAHAMI KEUNIKAN TARI TRADISIONAL DARI SUMATERA
-
SILEK MINANGKABAU: PERGURUAN BIRUANG SATI SEBAGAI TEMPAT PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN TRADISI
-
SATRIA MUDA INDONESIA SALAH SATU PELATIHAN SILAT TERBAIK UNTUK ANAK SEKOLAHAN YANG SERING MENGHABISKAN WAKTU DENGAN BERMAIN GADGET YANG ADA DIKOTA PARIAMAN TEPATNYA DI PUNGGUNG LADING
-
PCNO, PENGABDIAN DAN KISRUH ORGANISASI
-
MELARANG BERDAGANG BUKU DI SEKOLAH ITU BERAT
-
KOMPLET, SIP PAKE TELOR
-
BERSYUKUR MASIH NOMOR DUA
-
PERAN PEMUDA DALAM MELESTARIKAN RANDAI MINANGKABAU