HOME OPINI FEATURE

  • Rabu, 1 Desember 2021

Nikmatnya Kopi Sepakbola

Nikmatnya kopi di markas Kopi Mos FC, Matur Agam.
Nikmatnya kopi di markas Kopi Mos FC, Matur Agam.

Nikmatnya Kopi Sepakbola

Oleh : Bayu Pamungkas*

 

Rute dimulai dari Padang Lua, Agam. Perjalan memakan waktu 3 jam lebih menuju Stadion Bukik Bunian di Lubuak Aluang. Masih dalam satu wilayah kabupaten, tapi medan Kelok 44 begitu menantang karena perdana bagi saya.

Turunan dan tikungan tajam bersangatan, minim rambu dan kabut pekat melengkapi. Alhasil danau Maninjau nan indah hanya terlihat remang-remang.

Sejatinya, tujuan keberangkatan siang itu meliput lanjutan Liga 3 Sumatra Barat babak semifinal antara Batang Anai sebagai wakil Padang Pariaman dan Gasliko dari 50 Kota, bersama hunter (pemburu berita) Minangsatu.

Di stadion, segenap media dan pers sudah ready menyiarkan pertandingan untuk masyarakat Minang dan Indonesia. Namun sore (30/11/2021) itu hujan turun. Karena sistem drainase lapangan tidak bekerja maksimal, air menggenang di tengah lapangan. Kemudian sebab lain yang terdengar sayup-sayup adalah, "lupo manalepon panunggu lapangan" (petugas lapangan).

Alhasil, panitia pelaksana dari Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Sumbar memutuskan pertandingan ditunda hingga waktu yang belum ditentukan.

Jelas saja, penonton dan sebagian yang hadir untuk menyaksikan semifinal 'rasa final' kali ini pulang dengan rasa hampa. Pelayan informasi media sosial dari berbagai daerah pun ada yang kecewa. Sebab mereka sudah menempuh hujan badai dari daerah dan kota yang berbeda, juga memakan waktu yang lama.

Tapi tidak dengan kami. Kami pulang tidak dengan tangan kosong. Rute balik ke Padang Lua jauh lebih hangat. Menepi ke markas Kopi Mos FC, di Matua.

Ini adalah kali ke dua ke Matua, tapi perdana ke 'dapua' (dapua) Kopi Mos yang menjadi awal nama tim sepakbola, Kopi Mos FC.

Kopi Mos FC bermarkas di Nagari Matua, Agam. Banyak sudah gelar yang diperoleh tim ini pada kompetisi di Sumbar. Bahkan ada beberapa pemain Semen Padang FC yang tergabung dengan tim ini ketika liga usai. Tapi untuk menuju level nasional tentu persiapan yang matang wajib adanya. Agaknya, tahun depan Kopi Mos FC bakal tergabung di Liga 3 Sumatera Barat.

Bg Rival, sapaan akrabnya. Mengajak tim Minangsatu ngopi langsung di 'dapua' nya Kopi Mos. Wangi Robusta mengalahkan dinginnya suasana senja yang dibumbui gerimis. Rasanya juara. "Bae lah kopi ko dulu, Bay. Langsuang dari pabrik nyo ko mah", tawaran Bg Rival sumringah pada saya dan tim liputan.

Selepas Magrib, tim Minangsatu dijamu makan malam. Menu khas Minangkabau disuguhkan 'amak' nya bg Rival. Sejatinya 'padeh' (pedas)nya tiada tara, tapi semua kalah oleh hangatnya obrolan.

Seperti biasa, solusi terbaik untuk membuat suasana semakin cair adalah 'batambuah' (nambah). Dingin, menunya pedas, minumnya kopi, outputnya adalah akrab tiada tepi. Padahal beberapa detik yang lalu tak saling kenal, tapi sekarang rasanya sudah shahih 'badunsanak' (bersaudara).

"Lah tibo golek di nan data", penutup makan malam.

Poinnya, sepakbola itu lebih dari sekedar adu strategi dan skill selama 90 menit. Sepakbola adalah asal mula kawan dan saudara. Kalau bukan karena sepakbola mungkin tidak ada pertemuan hangat ini. Sepakbola itu luas, bahkan jauh lebih luas daripada filosofi sepakbola itu sendiri.

 

*Bayu Pamungkas, reporter Minangsatu.


Tag :#Sepakbola#Kopi Mos FC#Matur#Agam#Sumbar#

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com