HOME SOSIAL BUDAYA KABUPATEN SOLOK
- Kamis, 4 April 2019
Tradisi Turun Ka Sawah, Membangkit Kearifan Lokal Nagari Paninggahan

PANINGGAHAN (Minangsatu) - Matahari naik ke ubun-ubun. Terasa memanggang kulit. Namun antusiasme masyarakat Paninggahan, kecamatan Junjung Suruh, Kabupaten Solok, Selasa (3/4), sama menyalanya dengan panas matahari. Ribuan masyarakat dengan pakaian khas sehar-hari, menggambarkan suasana turun ke sawah dalam semarak Festival 5 Danau di nagari yang berada di sisi Timur danau Singkarak itu.
Orang - orang bersuka ria. Amak-amak membawa nampam berisi makanan. Bapak-bapak dan kalangan pemuda, berpakaian galembong serba hitam layaknya pendekar silat. Mereka kemudian menuju lahan sawah siap panen, tempat dimana di kosentrasikan acara kebudayaan Turun Kasawah.
Pada bagian lain, kelompok amak-amak membawa dua buah sayak (tempurung kelapa), ditepokkan satu sama lain hingga menghasilkan bunyi-bunyian. Detak bunyi sayak itu menghasilkan irama, sahut menyahut dengan talempong dan gendang rebana yang di tabuh oleh kelompok ibu-ibu yang berdiri paralel di pematang sawah, seolah menjadi pagar hidup terhadap prosesi kebudayaan Paninggahan.
![]() |
Dibungkus dalam momentum Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Solok ke 106, pemerintah Kabupaten Solok berhasil membongkar Potensi besar destinasi Pariwisata Sumatera Barat yang terus berkembang.
Apresiasi luar biasa tampak ditunjukkan oleh Bupati Solok H. Gusmal. Orang nomor satu di rumah bagonjong Arosuka itu datang meresmikan alek Turun ka Sawah Paninggahan dengan berpakaian adat. Hadir pula anggota DPD-RI H. Nofi Candra dengan pakaian serupa. Senator RI asal Solok itu sengaja datang dari Jakarta khusus hanya menghadiri alek nagari Paninggahan dalam momentum HUT Kabupaten Solok.
Semua turun ke sawah dan duduk baselo (bersila) di bawah siraman panas matahari. Sementara Kepala Disparbud setempat, Yandra turun megukur langkah dengan ketua Dewan Kesenian Kabupaten Solok. Mereka basilek, bergelimang lunau. Pengunjung terhibur. Tertawa menyaksikan silek eksebisi, sebelum dilakukan lomba Silat susungguhnya.
Dengan melaksanakan event- even budaya seperti yang dihidangkan masyarakat Paninggahan, membuktikan konsep kepariwisataan yang diaplikasikan dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Solok sangat berhasil.
" Sanang lo hati sato dalam acara turun ka sawah ko. Warga bantu-mambantu bakarajo, sukarela mambaok nasi untuak di makan di sawah, “ ujar Anis (59), seorang ibu dari Jorong subarang Paninggahan.
Dirinya mengaku merinding saking bahagianya melihat suasana tempo doeloe yang dibangkitkan dalam peringatan HUT Kabupaten Solok. Meski tanpa dikasih biaya, tidak diganti pembeli bahan makanan dan sambal yang diantarkan ke sawah, dirinya mengaku bangga saja. “ Setiap keluarga membawa makanan. Masyarakat dengan sukarela berpartisipasi,” timpal Rosna (45).
Sebuah kerja besar dengan hasil yang masimal pada prosesi kebudayaan telah dikerjakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Solok dengan ringan. Dengan membangun sinergi lintas institusi, penyelenggara alek kebudayaan ini berhasil memunculkan sebuah potensi kepariwisataan yang memiliki prosfek besar sebagai destinasi wisaya budaya.
![]() |
Atraksi budaya Turun Ka Sawah yang hidangkan masyarakat Paninggahan, lebih merupakan hasil dari sebuah konsep yang matang. Pemerintah nagari Paninggahan, pemerintah kecamatan Junjung Siriah, Dewan Kesenian Kabupaten Solok serta sasaran-sarasan Silat yang berperan dalam mengikuti pagelaran kesenian tradisi itu, menjadi kekuatan dalam memoles keindahan alam, memadukan dengan budaya alam Minangkabau dan membangkitkan budaya gotoroyong warga setempat.
“ Kita mengusulkan even budaya turun ka sawah ini menjadi kalender tahunan Kepariwisataan Kabupaten Solok, dan menjadi kalender tetap di Sumatera Barat,” kata Yandra, kepala Disparbud Kabupaten Solok.
Bukan tanpa argumentasi Yandra menyampaikan rencananya. Paling tidak dirinya mengukur dari sisi ekonomi dan kebudayaan. Begitu banyak hasil kerajinan rakyat yang ikut ditampilkan untuk menyemarakkan kegiatan turun ke sawah itu. Hasil kerajinan berupa cenderamata buatan warga Paninggahan di pajang pada setiap event.
Bupati Solok H. Gusmal menyambutnya dengan positif. Sebuah gagasan besar telah muncul dari nagari Paninggahan. Bupati bahkan mengapresiasi, karena rasa tinggal di Minangkabau, kembali muncul diantara kebersamaan warga Paninggahan. “ Kita mengapresiasi kegiatan yang luar biasa ini. Kita sepakat menjadikan kegiatan Turun ka Sawah yang dimeriahkan dengan Silek dalam Lunau, batanam padi, manangkok Baluik, menjadi kalender Kepariwisataan Kabupaten Solok,” sambut Gusmal.
Anggota DPD-RI Nofi Candra mengaku takjub dengan “rasa” yang masih bersemayam di sanubari masyarakat Kabupaten Solok. Realita itu diperlihatkan dalam alek turun ka sawah nagari Paninggahan. “ Luar biasa Kabupaten Solok. Kita masih kaya budaya dan keunikan tradisional yang merupakan potensi kearifan lokal. Potensi kearifan lokal ini yang perlu terus di rawat. Ini even besar yang sekaligus cerminan wajah daerah yang perlu kita banggakan ke tingkat Nasional dan International,” kata Nofi Candra menyampaikan kesannya.
Terlepas dari kekurangan, dari sisi promosi misalnya, kehebatan penyelenggaraan even Turun ka Sawah nagari Paninggahan harus diapresiasi. Untuk sebuah helat besar, Diasparbur Kabupaten Solok mampu memaksimalkan minimnya sumber daya dengan kerja sukarela. Angkat topi kita.
Editor : melatisan
Tag :#turun ka sawah
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
GAWAT DARURAT! ANGKA STUNTING DI SOLOK MASIH MENCEKIK 29,5%, BUPATI JON FIRMAN PANDU TURUN TANGAN!
-
PEMKAB SOLOK GELAR SOSIALISASI ANTI KORUPSI DAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI
-
ANGGOTA DPD RI MUSLIM M YATIM JARING ASPIRASI DAN INFORMASI PEMKAB SOLOK
-
GUBERNUR MAHYELDI SERAHKAN SAPI QURBAN UNTUK MASYARAKAT KABUPATEN SOLOK
-
DINILAI TIM PROVINSI, NAGARI GANTUANG CIRI WAKILI KABUPATEN SOLOK PADA LOMBA DASAWISMA TINGKAT SUMBAR
-
DINAKHODAI ARISAL AZIZ, OPTIMISTIS MATAHARI KEMBALI BERSINAR TERANG DI SUMBAR
-
TRANSFORMASI PSIKOLOGI ANAK MELALUI PENDIDIKAN INKLUSIF DAN HUMANISTIK
-
PSIKOLOGI HUMANISTIK PADA TOKOH YASUAKI YAMAMOTO DALAM NOVEL “TOTTO-CHAN GADIS KECIL DI PINGGIR JENDELA” KARYA TETSUKO KUROYANAGI
-
MANARI DI LADANG URANG: ANTARA KEBEBASAN DAN KESADARAN SOSIAL DALAM BINGKAI KEARIFAN MINANGKABAU
-
BARA KATAJAM LADIANG,LABIAH TAJAM MULUIK MANUSIA: SEBUAH PRIBAHASA MINANGKABAU