HOME RANCAK PROVINSI SUMATERA BARAT
- Senin, 10 Agustus 2020
Perkaya Khazanah Sastra, Firdaus Abie Tulis Novel Berbahasa Minang: Indak Talok Den Kanai Ati

Padang (Minangsatu)-Sebagai upaya memperkaya khazanah sastra terkhusus di Ranah Minang, Firdaus Abie menulis novel berbahasa Minang Indak Talok Den Kanai Ati. Novel ini berlatar cerita siswa sekolah tingkat SMA/SMK.
Alizar Tanjung, Pimpinan Penerbit Rumah Kayu selaku tempat lahirnya novel ini menyatakan tidak banyak penulis yang mampu dan berani menulis dalam bahasa Minang.
“Jumlahnya mungkin hanya hitungan jari, tetapi Firdaus Abie sangat berani melakukannya. Kami juga memberikan warna tersendiri dengan menghadirkan karya ini. Berbagai kalangan juga merespon secara positif. Tak hanya masyarakat umum, tetapi beberapa orang dosen dari berbagai perguruan tinggi di Sumbar turut memberikan apresiasi dalam bentuk memesan dan mengkaji materi yang disuguhkan dari buku ini nantinya”, paparnya, Senin (10/8).
Selaras, penulis buku-buku biografi sekaligus Komisaris PT Semen Padang melihat ada misi tersembunyi yang dibawa oleh penulis. Penulis ingin mengajak para remaja lebih dekat dengan keseharian melalui bahasa ibunya.
“Cobalah menulis dengan baik, pakai bahasa ibu. Susahnya minta ampun karena selama ini ada 'jarak' dan kita membiarkannya. Menulis dalam “bahasa ibu” memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Terasa ada, terkatakan tidak. Banyak orang terjebak, menulis dalam bahasa Minang hanya memindahkan dari bahasa Indonesia saja. Padahal tak bisa seperti itu. Bahasa Minang pada hakikatnya adalah bahasa lisan. Bukan bahasa tulis”, tuturnya.
Berikut, Drs Januarisdi, MLIS, Kepala Bidang Sejarah Adat dan Nilai Tradisi Dinas Kebudayaan Sumbar menyampaikan novel ini perlu dibaca oleh siapa saja yang ingin merasakan cita rasa bahasa dan budaya Minangkabau. “Harapan kita adalah bahwa karya ini dapat menginspirasi penulis-penulis muda, khususnya untuk mengambil tongkat estafet pelestarian Bahasa Minangkabau secara serius. Nilai-nilai budaya sebuah bangsa terselip di dalam bahasanya sehingga tak salah ungkapan bahasa menunjukkan bangsa.”
Sastrawan dan pegiat literasi Sastri Y Bakrie turut memberikan respon positif. Menurutnya, penulis mampu memainkan emosi pembaca dengan menghadirkan sosok yang kreatif. Disatirkannya kemiskinan melalui sosok tokoh yang diciptakan. Demikian juga dengan Muhammad Subhan yang mengungkapkan kehadiran novel ini seakan mambangkik batang tarandam.
Editor : melatisan
Tag :#Novel Berbahasa Minang #Firdaus Abie #Sumbar
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
HUT TNI KE-80, GUBERNUR MAHYELDI APRESIASI PERAN TNI MENJAGA KEDAULATAN BANGSA DAN MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN DAERAH
-
WAGUB VASKO, HUT SUMBAR KE-80: HARGA TRANSPORTASI UDARA PENGARUHI BERKURANGNYA KUNJUNGAN WISATAWAN DOMESTIK
-
HARI JADI PROVINSI SUMBAR KE-80 : GUBERNUR MAHYELDI BANGGA BANYAK PIHAK BERKONTRIBUSI MEMBANGUN DAERAH
-
PERLU AKSI NYATA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT CEGAH KERUSAKAN DAS ANAI YANG MENGGANGGU EKOSISTEM SUNGAI
-
TAMBANG ILEGAL MERUSAK LINGKUNGAN, GUBERNUR MAHYELDI INSTRUKSIKAN PENERTIBAN
-
UPAYA MELINDUNGI BAHASA ABORIGIN DI TENGAH ARUS GLOBALISASI
-
SEPAK TERJANG BUPATI ANNISA: MEMBANGUN PERADABAN DHARMASRAYA LEWAT PENDIDIKAN
-
DARI SUMATERA BARAT UNTUK INDONESIA: 80 TAHUN SUMATERA BARAT (1 OKTOBER 1945 - 1 OKTOBER 2025)
-
TENSI POLITIK OLAHRAGA NAIK JELANG MUSORPROV KONI SUMBAR, UPAYA INTERVENSI MENGKRISTAL
-
REQUISITOIR JPU KASUS PEMBUNUHAN BERENCANA TANAH DATAR: TUNTUT PIDANA MATI