HOME SOSIAL BUDAYA RANTAU

  • Rabu, 22 Desember 2021

Pameran "Bersama Dalam Beda, Berbeda Dalam Sama" Di UIN Yogyakarta Berlangsung Sukses

Seruni Bodjawati, Purnama Abadi Sang Wanita Besi, 150 x 150 cm, akrilik, 2019-2020, karya yang terpajang pada pameran seni rupa di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Desember 2021.
Seruni Bodjawati, Purnama Abadi Sang Wanita Besi, 150 x 150 cm, akrilik, 2019-2020, karya yang terpajang pada pameran seni rupa di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Desember 2021.

Yogyakarta (Minangsatu) - Tidak kurang dari seratus delapan (108) perupa Indonesia mengambil bagian pada pameran seni rupa bertajuk "Bersama dalam Beda, Berbeda dalam Sama" yang digelar di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta sejak 15 s/d 22 Desember 2021.

Pameran yang dikuratori, Kuss Indarto, itu diadakan di ruang gedung Prof. Dr. Amin Abdullah, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sejak pembukaan hingga penutupan diisi dengan workshop teknik dasar cat air dan melukis bersama di kalangan peserta pameran.

Melodia, Di Pintumu Aku Mengetuk, 50 x 80 cm, cat minyak, 2021

Menurut Kuss Indarto, Rabu (22/12/2021) sejak pembukaan hingga hari ini pengunjung pameran tidak hanya diramaikan kalangan mahasiswa semata, tetapi juga masyarakat umum yang berdatangan dari berbagai daerah guna menyaksikan karya-karya terbaik para peserta pameran. Terlebih tajuk yang diangkat pada pameran ini sangat menarik dan unik perihal keberagaman umat beragama di tanah air.

Menarik dan uniknya, keberagaman tersebut merupakan sebuah kenyataan, berkah sekaligus masalah. Karena secara faktual Indonesia berada dalam silang-sengkarut perihal keberagaman dari beragam suku, bahasa, budaya dan agama.

Islam sebagai agama mayoritas (sekitar 86,7 %) dari total populasi yang sekarang mencapai 270 juta jiwa juga menampilkan varian ekspresi keislaman yang beragam. "Keragaman tersebut terlihat dalam berbagai aspek seperti pemikiran, mazhab, keorganisasian dan politik yang menjadi kekuatan dan berkah yang dimiliki Indonesia," ungkap Kuss Indarto.

Keberagaman yang dimiliki Indonesia menjadikannya sebagai sebuah negara yang multikultural, dimana masyarakat hidup berdampingan dengan beragai macam jenis kebudayaan, dan tetap saling menjaga serta menghormati perbedaan budaya yang ada.

Sigit Santosa, In the name of art, 90 x 120 cm, cat minyak, 2021

Karena itulah, tambah Kuss Indarto, perhelatan pameran “Bersama dalam Beda, Berbeda dalam Sama” ini memberi peluang seluas-luasnya bagi para perupa dalam banyak ragam medan dan medium untuk terlibat memikirkan kembali (rethinkhing), membaca kembali (re-reading), dan menemukan kembali (re-inventing) nilai-nilai pluralisme sebagai nilai lokal untuk dikembangkan dengan bentuk ungkap dan sistem pemahaman yang (sebisa mungkin) lebih baru dan dalam.

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Memberi Ruang Untuk Seniman

Sementara Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof.Dr.Phil. Al Makin, dalam pengantar pameran menyebutkan, seni bersumber dari kenyataan masyarakat, yaitu bangsa Indonesia dan dikembalikan lagi kepada orang Indonesia, dalam hal ini seniman kita mewakili episode atau gerakan sejarah sejak kemerdekaan, era orba, era reformasi dan sekarang ini era globalisasi.

"Jika kita mendengarkan bahasa seni, terutama bahasa keragaman, kita sudah dalam tempat yang tepat. Kita akan mendengarkan, melihat, menikmati dan menyaksikan para seniman mengungkapkan keragaman dengan berbagai macam cara, baik di kanvas, media patung, di dalam ekspresi-ekspresi lain dalam berbagai bentuk," ujar Rektor.

Sunan Kalijaga, tokoh yang namanya yang diambil menjadi nama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sudah lama bersentuhan dengan seni lewat tembang-tembangnya. Karya Sunan Kalijaga berupa keselarasan antara Jawa Islam bahkan berbagai macam unsur tradisi keagamaan sebelum Islam, sperti Hindu dan Buddha melegenda. Tembang, serat dan catatan serta pandangan bahkan kerajaan Demak, kerajaan Mataram tetap menganggap Sunan Kalijaga sebagai simbol keselarasan atas keragaman Jawa dan Islam.

Sunan Kalijaga menjadi tempat yang baik, menjadi kampus yang ramah bagi para seniman. Semoga mampu menyumbangkan seluruh kegaduhan, segenap krisis yang ada pada diri kita untuk dicarikan model dan cara mengekspresikan semuanya. "Keragaman, toleransi, kebhinnekaan perlu mendapatkan perhatian karena ini kunci dari kemajuan bangsa kita," tambah Al Makin.

Anagard, Mengintip keragaman disinisme polarisasi, 100 x 200 cm, stencil, spray paint on the Wall, 2016-2021

Para seniman memperoleh ruang yang tepat di kampus UIN Sunan Kalijaga, karena itu Kampus dengan senang hati menyambut mereka, menyambut karya mereka, membaca karya mereka, menikmati karya mereka. Para mahasiswa, para dosen, semuanya berharap bisa belajar banyak dari pameran seni rupa ini, meluaskan pandangan, menyegarkan perspektif, memperdalam jiwa, dan mengasah bakti dan spiritualitas.

Apalagi Seni dilahirkan tidak di ruang hampa, tanpa masyarakat, tanpa sejarah, tanpa udara tetapi seni lahir di dalam masyarakat, dari masyarakat, dan dikembalikan lagi kepada masyarakat. UIN Sunan Kalijaga bertekad untuk memberikan ruang seluas-luasnya pada keragaman. "Kampus kita adalah rumah bagi semua keragaman, semua iman, budaya, tradisi dan semua bangsa. UIN Sunan Kalijaga untuk bangsa, UIN Sunan Kalijaga mendunia," ujar Prof. Al Makin optimis.


Wartawan : Muharyadi
Editor : ranof

Tag :#Pameran seni rupa#UIN Sunan Kalijaga#Yogyakarta#Minangsatu#Sumbar#

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com